Anda di halaman 1dari 15

Teknik Duplikasi Anatomi Rugae Palatinal

dengan Bahan Cetak Putty pada


Pembuatan Gigitiruan Lengkap Basis Akrilik
(Prosedur Laboratorium)

Oleh : Shohibul Anam

Disampaikan pada Acara :

REFRESHING COURSE FOR DENTAL TECHNICIAN 2


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2017
LATAR BELAKANG

Gigi tiruan lengkap yang memuaskan harus memenuhi empat persyaratan


dasar yaitu estetika,fonetik, efisiensi, dan kenyamanan
Kebanyakan pengguna gigi tiruan lengkap memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan kemampuan bicaranya dengan adanya gigi tiruan
dalam beberapa waktu tertentu, tetapi beberapa kemampuan berbicara
bisa terganggu ketika hubungan lidah dengan kontur palatal gigi tiruan
berubah
LAPORAN KASUS
Seorang pasien datang ke tempat praktek dokter gigi dengan
keluhan gigi tiruan lengkap yang telah dibuatkan oleh dokter gigi di
tempat lain kurang lebih 1 tahun yang lalu dengan kondisi suara
yang kurang jelas apabila berbicara.
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap yang baru dengan
harapan kondisi suaranya akan lebih baik. Setelah mendengar
keluhan pasien, dokter gigi memanggil tenaga laboran (tekniker
gigi) dan mendiskusikan kasus tersebut.
Hasil analisa ternyata pada gigi tiruan lengkap yang sedang
dipakai tidak terdapat bentuk anatomi rugae palatinal. Oleh
karena itu tenaga laboratorium (tekniker gigi) memberikan usul
untuk dibuatkan ulang gigi tiruan lengkap dengan penambahan
desain anatomi rugae palatinal agar kondisi suara menjadi lebih
baik.
PERMASALAHAN
Dari Laporan Kasus diatas dapat dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana teknik pembentukan anatomi rugae


palatinal pada pembuatan gigi tiruan lengkap rahang
atas
Bagaimana langkah-langkah menduplikasi rugae
palatinal melalui teknik duplikasi berbahan putty
sehingga diperoleh rekaman anatomis yang menyamai
kondisi aslinya
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Pisau Malam 1. Malam Merah
2. Lampu Spiritus 2. Putty
3. Mesin Grinding & Alat Polish 3. Gips
4. Kuvet & Alat Press 4. Akrilik
5. Alat Curing 5. Gigi Artifisial
PROSEDUR KERJA
1. Pencetakan pasien oleh dokter gigi untuk menduplikat
gigi tiruan lengkap yang lama. (Gambar 1)

Gambar 1: Model kerja hasil pencetakan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
2. Pembuatan bite rime (pola malam untuk menentukan
tinggi gigitan) (Gambar 2)

Gambar 2: Bite rim rahang atas


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
3. Penyusunan gigi tiruan oleh tekniker gigi. (Gambar 3)

Gambar 3: Penyusunan gigi artifisial


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
4. Setelah penyusunan gigi selanjutnya dicobakan pada
pasien oleh dokter gigi. Kemudian dilanjutkan ke
laboratorium (tekniker gigi) untuk diproses.
5. Pemotongan basis malam merah pada daerah rugae
palatinal.(Gambar 4)

Gambar 4: Pemotongan basis malam merah


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
6. Kemudian dilakukan cetakan dengan menggunakan
bahan putty untuk mencetak rugae palatinal pada
model. (Gambar 5)

Gambar 5: Duplikasi rugae palatinal


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
7. Kemudian malam merah dipanaskan/ dilunakkan
dengan api bunsen untuk dilekatkan ke rugae palatinal
pada model dan dilakukan pencetakan putty yang telah
dibuat. (Gambar 6A dan 6B)

6A 6B
Gambar 6A dan 6B: Pemindahan rugae palatinal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
8. Hasil cetakan malam merah dengan menggunakan
putty dirapikan sesuai dengan kontur anatomi.
(Gambar 7A dan 7B)

7A 7B
Gambar 7A dan 7B: Penyesuaian kontur anatomi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PROSEDUR KERJA
9. Selanjutnya dilakukan proses akrilik
10. Setelah itu dilakukan finishing dan polishing.
(Gambar 8)

Gambar 8: Gigi tiruan lengkap rahang atas yang


disertai rugae palatinal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PEMBAHASAN
Rugae palatinal adalah salah satu anatomi landmark yang penting dalam
pembuatan gigi tiruan berbasis akrilik karena berperan penting dalam
pengucapan dan membantu dalam memperoleh sensasi taktil saat makan.
Kurangnya tekstur pada bagian palatinal pada saat pembuatan gigi tiruan
lengkap dapat mengganggu artikulasi.
Penambahan rugae palatinal pada gigi tiruan dapat menghilangkan
masalah tersebut.
Pada laporan kasus ini, dapat diperoleh bahwa keberadaan rugae palatinal
pada basis gigi tiruan lepasan akrilik sangat berpengaruh terhadap
pengucapan huruf r. Di samping itu ketebalan basis akrilik juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan karena mempersempit
ruang gerak lidah sehingga pengucapannya terdengar kurang jelas,
terutama pada saat pengucapan huruf s yang akan terdengar bunyi desis
(sh) atau seperti suara bersiul
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan menduplikasi rugae palatinal melalui teknik
duplikasi berbahan putty untuk memperoleh rekaman
anatomis yang hampir menyamai aslinya, sehingga pada
gigi tiruan lengkap tersebut menghasilkan produksi suara
yang baik dan pengguna gigi tiruan lengkap dapat lebih
cepat beradaptasi.
Saran
Untuk mendapatkan hasil duplikasi rugae paltinal yang
lebih baik, sebaiknya lekukan-lekukan anatomi rugae
palatinal dipertegas pada saat masih dalam bentuk pola
malam.

Anda mungkin juga menyukai