CR Skizoafektif
CR Skizoafektif
CASE REPORT
GANGGUAN
SKIZOAFEKTIF
Andhika Razannur 1618012019
Harjanto
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama
Pasien mengamuk, obat habis dan sudah lama tidak kontrol.
Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut rekam medik, pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi
Lampung pada tanggal 28 Agustus 2017 dengan diantarkan oleh kakak
kandung dengan keluhan pasien mengamuk diakibatkan obat habis dan
sudah lama tidak kontrol. Menurut kakak kandung pasien, pasien mulai
mengamuk sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga tampak sering melamun,
berbicara sendiri, dan sulit tidur. Keluarga memutuskan untuk membawa
pasien ke Rumah Sakit Jiwa dikarenakan pasien mengamuk dan
bertengkar dengan kakak iparnya, oleh sebab itu keluarga sepakat agar
pasien dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan pengobatan.
pasien bercerita tentang alasan mengapa pasien sampai dibawa ke
RSJ. Pasien mengatakan bahwa ia merupakan anak ke-5 dari 7
bersaudara. Pasien mengatakan bahwa pasien masuk akibat
bertengkar dengan kakak iparnya dan juga obat pasien telah habis
setelah lama tidak kontrol. Pasien mengatakan beberapa lama
setelah pengobatannya habis, ia mulai mendengar suara-suara
bisikan yang seperti mengejek dia serta meyakinkan dia bahwa
tetangga pasien menganggap pasien gila dan ikut mengejek pasien.
Pasien mengatakan bahwa saat dia meminum obat, bisikan ini
menghilang tetapi setelah lama tidak berobat, bisikan tersebut
muncul kembali.
Periode Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan SD tepat waktu dan tidak pernah
tinggal kelas. Pasien putus sekolah saat SMP akibat keterbatasan biaya
Riwayat Pekerjaan
Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah, namun menurut pengakuan pasien,
pasien sudah pisah dengan suaminya. Saat ditanya dengan
kakaknya didapatkan keterangan bahwa Suami pasien beserta
keluarga suami pasien hilang di Aceh saat terjadi kejadian
Tsunami 13 tahun lalu. Setelah itu pasien tidak menikah lagi
Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Menurut pasien, pasien telah diajari
pelajaran tentang agama oleh orang tuanya sejak pasien masih
kecil.
Riwayat Militer
Pasien tidak pernah tinggal di daerah konflik.
Riwayat Keluarga
Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang wanita terlihat sesuai usianya, memakai seragam RSJ Provinsi
Lampung yang lusuh dengan adanya beberapa lubang, perawatan diri
cukup, kulit sawo matang, kuku panjang, rambut rapi dan cukup
bersih.
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien tampak tenang, kontak mata dengan
pemeriksa cukup dan terbuka terhadap pemeriksa.
Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
pemeriksa.
Keadaan Afektif
Mood : merendahkan diri sendiri (self-contemptuous)
Afek : terbatas
Keserasian : serasi
Pembicaraan
Lancar, spontan, artikulasi jelas, intonasi sedang, volume
kuat, kualitas cukup, kuantitas cukup.
Gangguan Persepsi
Halusinasi
Ditemukan halusinasi auditorik
Ilusi
Tidak ada
Derealisasi
Tidak ada.
Depersonalisasi
Tidak ada
Pikiran
Proses dan arus pikir
Koheren
Produktivitas
Cukup.
Isi Pikir
Ditemukan adanya waham curiga yakni pasien yakin
bahwa ia merasa selalu dipojoki dan di olok olok oleh
tetangganya. Pasien juga mengatakan bahwa saat
sakitnya kambuh dia merasa sangat sedih dan tidak
mau beraktivitas. Pasien juga mengatakan dia merasa
tidak berguna akibat penyakitnya.
Kesadaran dan Kognisi
Kesadaran: Compos mentis.
Orientasi
Waktu : baik (pasien dapat membedakan pagi, siang,
atau malam).
Tempat : baik (pasien mengetahui bahwa dirinya
sedang berada di Rumah Sakit Jiwa)
Orang : baik (pasien dapat menyebutkan nama orang
di sekitar pasien).
Situasional : baik (pasien mengetahui situasi saat
wawancara berlangsung)
Daya ingat
Jangka panjang : baik (Pasien mengingat masa kecilnya sampai
SMP, pasien juga mengingat pelajaran yang dipelajarinya
semasa sekolah)
Jangka sedang : baik (pasien masih ingat orang-orang yang
mengantar pasien ke rumah sakit)
Jangka pendek : baik (pasien ingat akan menu makan paginya
dan nama pemeriksa)
Segera : baik (pasien mampu mengingat tiga benda yang
disebutkan oleh pemeriksa)
Konsentrasi dan perhatian : baik
Kemampuan visuospasial : baik
Abstraksi : cukup baik
Intelegensi : baik
Kemampuan menolong diri sendiri : baik
Pengendalian Impuls
cukup
Daya Nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : terganggu
Tilikan
Tilikan derajat IV (Sadar bahwa penyakitnya disebabkan
oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya
Taraf Dapat Dipercaya
Kesan dapat dipercaya.
FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
riwayat penyakit fisik, sehingga diagnosis aksis III pada pasien ini
belum ada.
Pasien ini memiliki riwayat putus obat dan masalah dalam kepercayaan
diri. Pasien juga memiliki masalah sosial yang muncul setelah Suaminya
hilang dan diperparah dengan kaburnya anak pasien serta pasien sering
bertengkar dengan kakak ipar pasien (aksis IV). Penilaian terhadap
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan
skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan
wawancara, skor GAF 70-61 (saat ini) sebagai aksis V.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Psikofarmaka :
Resperidon 2 x 3mg
Chlorpromazine 1 x 100 mg
THP 2x2 mg (jika timbul gejala
ekstrapiramidal)
Fluoxetine 2x10mg
Psikoterapi :
Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
samping pengobatan.
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap.
Menambah kegiatan dengan keterampilan yang dimiliki.
Psikoedukasi :
Kepada keluarga :
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang
gangguan yang dialami pasien.
Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan
dan perawatan pasien.
Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien yaitu membawa pasien kontrol
secara teratur dan mengawasi pasien saat meminum
obat agar obat benar-benar dikonsumsi.
Perawatan dirumah sakit ( hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar. Pada pasien ini dibutuhkan penstabilan medikasi.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung
dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah
masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
PROGNOSIS