Anda di halaman 1dari 28

Perceptor :

dr. Tendry Septa,


Sp.JK.(K)

CASE REPORT
GANGGUAN
SKIZOAFEKTIF
Andhika Razannur 1618012019
Harjanto
IDENTITAS PASIEN

Nama Ny M, umur 39 tahun, jenis kelamin


Perempuan, pendidikan SD, agama Islam,
suku/bangsa Jawa, alamat Pekon Balok Kecil Limau
Tranggamus, status pernikahan sudah menikah,
nomor rekam medik 02xxxx, tanggal pemeriksaan 31
Oktober 2017 pukul 11.00 WIB di Bangsal Melati
RSJ.
RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari rekam medik, autoanamnesis tanggal 31 Oktober 2017.


Alloanamnesis didapatkan via telpon pada tanggal 31 Oktober 2017 dari Tn.A
, 44 tahun, kakak kandung, Islam, pendidikan SMP, tinggal serumah dengan
pasien.

Keluhan Utama
Pasien mengamuk, obat habis dan sudah lama tidak kontrol.
Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut rekam medik, pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi
Lampung pada tanggal 28 Agustus 2017 dengan diantarkan oleh kakak
kandung dengan keluhan pasien mengamuk diakibatkan obat habis dan
sudah lama tidak kontrol. Menurut kakak kandung pasien, pasien mulai
mengamuk sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga tampak sering melamun,
berbicara sendiri, dan sulit tidur. Keluarga memutuskan untuk membawa
pasien ke Rumah Sakit Jiwa dikarenakan pasien mengamuk dan
bertengkar dengan kakak iparnya, oleh sebab itu keluarga sepakat agar
pasien dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan pengobatan.
pasien bercerita tentang alasan mengapa pasien sampai dibawa ke
RSJ. Pasien mengatakan bahwa ia merupakan anak ke-5 dari 7
bersaudara. Pasien mengatakan bahwa pasien masuk akibat
bertengkar dengan kakak iparnya dan juga obat pasien telah habis
setelah lama tidak kontrol. Pasien mengatakan beberapa lama
setelah pengobatannya habis, ia mulai mendengar suara-suara
bisikan yang seperti mengejek dia serta meyakinkan dia bahwa
tetangga pasien menganggap pasien gila dan ikut mengejek pasien.
Pasien mengatakan bahwa saat dia meminum obat, bisikan ini
menghilang tetapi setelah lama tidak berobat, bisikan tersebut
muncul kembali.

Pasien mengatakan bahwa selain bisikan yang dirasakannya, pasien


juga merasa minder akibat keadaannya, pasien merasa tidak
berguna, saat di rumah pasien merasa ingin bersembunyi sendiri di
kamar, mudah marah, dan sulit tidur. Pasien terlihat cukup tenang,
banyak bicara, namun cukup kooperatif terhadap pemeriksa.
Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri


Pasien pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa pada
tahun 2016. Saat itu, pasien diantar oleh keluarganya
dengan alasan pasien seringkali mengamuk, sulit tidur,
suka menyendiri, merasa ingin mencekik orang lain,
bicara sendiri, dan sering curiga. Menurut keluarga,
pasien mulai menunjukkan masalah setelah mengetahui
kabar suaminya beserta keluarga suaminya hilang di
Aceh pada saat kejadian tsunami 13 tahun silam. Pasien
pun didiagnosa menderita gangguan skizoafektif. Setelah
selesai dirawat, pasien melanjutkan berobat rawat jalan
di poli rumah sakit jiwa. Namun, dari data yang
diperoleh pada rekam medik, pasien jarang kontrol ke
poli dan pasien juga jarang datang untuk berobat.
Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Menurut kakak kandung pasien, pasien tidak
memiliki riwayat penggunaan narkoba maupun zat
psikoaktif lainnya.
Riwayat Penyakit Medis Umum
Menurut kakak pasien, pasien tidak pernah
mengalami kejang dan trauma kepala.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Periode Prenatal dan Perinatal


Pasien adalah ke-5 dari 7 bersaudara. Tidak banyak hal
mengenai periode ini yang dapat diketahui dari pasien
dan kakak pasien karena ibu pasien tidak tinggal
bersama mereka.
Periode Bayi dan Balita
Kakak pasien mgengatakan pasien diberi ASI oleh ibu
pasien. Dalam pengasuhan dan perawatan sepenuhnya
dilakukan oleh ibu dan keluarga. Pasien tidak ingat
kapan pertama kali bisa berbicara dan berjalan.
Menurut kakak pasien, perkembangan pasien dari
tumbuh kembang pasien sesuai dengan umurnya.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun)


Menurut pasien, masa kanak-anak pasien tidak berbeda dari anak-
anak yang lainnya. Pasien putus sekolah saat SMP kelas 3 akibat
keterbatasan biaya dan pasien melanjutkan dengan bekerja. Pasien
tinggal bersama orang tua pasien sejak pasien kecil.

Periode Remaja ( 12-18 tahun)


Hubungan interaksi eksternal (teman-teman) dan internal (keluarga)
pasien terkesan baik. Pasien memiliki teman di lingkungan rumah
maupun sekolahnya dulu.

Periode Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan SD tepat waktu dan tidak pernah
tinggal kelas. Pasien putus sekolah saat SMP akibat keterbatasan biaya
Riwayat Pekerjaan
Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga

Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah, namun menurut pengakuan pasien,
pasien sudah pisah dengan suaminya. Saat ditanya dengan
kakaknya didapatkan keterangan bahwa Suami pasien beserta
keluarga suami pasien hilang di Aceh saat terjadi kejadian
Tsunami 13 tahun lalu. Setelah itu pasien tidak menikah lagi
Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Menurut pasien, pasien telah diajari
pelajaran tentang agama oleh orang tuanya sejak pasien masih
kecil.
Riwayat Militer
Pasien tidak pernah tinggal di daerah konflik.
Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara. Sekarang


pasien tinggal bersama kakak dan keluarga kakaknya.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang tua,
kakak dan adiknya. Namun, menurut kakak kandung
pasien, semenjak pasien mendapat kabar suaminya hilang,
pasien sering menarik diri dan mengamuk pada anggota
keluarga yang lain. Menurut informasi yang juga diperoleh
dari kakak pasien, di dalam keluarga ada satu orang yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien yaitu ayah
pasien. Pasien mengatakan bahwa ayahnya gila, dan kakak
pasien mengatakan bahwa ayah pasien tidak pernah
dirawat untuk penyakit jiwanya.
Skema Pohon Keluarga
Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal bersama kakak dan keluarga kakaknya,


dan kegiatan sehari-harinya yaitu mengurus urusan
rumah. Pasien juga mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, makan, dll. Pasien
mengatakan bahwa anaknya sedang bekerja di
restoran dan sangat sibuk sehingga tidak bisa
mengunjungi pasien, tetapi ketika ditanyakan kepada
kakak pasien, dia mengatakan bahwa anak pasien
sebenarnya kabur dari rumah karena malu akan
keadaan ibunya.
STATUS MENTAL

Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang wanita terlihat sesuai usianya, memakai seragam RSJ Provinsi
Lampung yang lusuh dengan adanya beberapa lubang, perawatan diri
cukup, kulit sawo matang, kuku panjang, rambut rapi dan cukup
bersih.
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien tampak tenang, kontak mata dengan
pemeriksa cukup dan terbuka terhadap pemeriksa.
Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
pemeriksa.
Keadaan Afektif
Mood : merendahkan diri sendiri (self-contemptuous)
Afek : terbatas
Keserasian : serasi
Pembicaraan
Lancar, spontan, artikulasi jelas, intonasi sedang, volume
kuat, kualitas cukup, kuantitas cukup.
Gangguan Persepsi
Halusinasi
Ditemukan halusinasi auditorik
Ilusi
Tidak ada
Derealisasi
Tidak ada.
Depersonalisasi
Tidak ada
Pikiran
Proses dan arus pikir
Koheren
Produktivitas
Cukup.

Isi Pikir
Ditemukan adanya waham curiga yakni pasien yakin
bahwa ia merasa selalu dipojoki dan di olok olok oleh
tetangganya. Pasien juga mengatakan bahwa saat
sakitnya kambuh dia merasa sangat sedih dan tidak
mau beraktivitas. Pasien juga mengatakan dia merasa
tidak berguna akibat penyakitnya.
Kesadaran dan Kognisi
Kesadaran: Compos mentis.
Orientasi
Waktu : baik (pasien dapat membedakan pagi, siang,
atau malam).
Tempat : baik (pasien mengetahui bahwa dirinya
sedang berada di Rumah Sakit Jiwa)
Orang : baik (pasien dapat menyebutkan nama orang
di sekitar pasien).
Situasional : baik (pasien mengetahui situasi saat
wawancara berlangsung)
Daya ingat
Jangka panjang : baik (Pasien mengingat masa kecilnya sampai
SMP, pasien juga mengingat pelajaran yang dipelajarinya
semasa sekolah)
Jangka sedang : baik (pasien masih ingat orang-orang yang
mengantar pasien ke rumah sakit)
Jangka pendek : baik (pasien ingat akan menu makan paginya
dan nama pemeriksa)
Segera : baik (pasien mampu mengingat tiga benda yang
disebutkan oleh pemeriksa)
Konsentrasi dan perhatian : baik
Kemampuan visuospasial : baik
Abstraksi : cukup baik
Intelegensi : baik
Kemampuan menolong diri sendiri : baik
Pengendalian Impuls
cukup
Daya Nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : terganggu
Tilikan
Tilikan derajat IV (Sadar bahwa penyakitnya disebabkan
oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya
Taraf Dapat Dipercaya
Kesan dapat dipercaya.
FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan data-data yang didapat memelalui


anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik,
tidak ditemukan riwayat trauma kepala, ataupun
kelainan organik. Tidak ada riwayat penggunaan
narkoba dan zat psikotropika. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan
penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Pada pasien ini ditemukan halusinasi dan waham yang
menonjol, halusinasi yang menonjol yaitu halusinasi
audiotorik berupa pasien selalu mendengar suara-suara yang
mengejeknya dan dan terdapat waham curiga yaitu pasien
selalu merasa dirinya diejek-ejek oleh orang lain. Pasien juga
merasa sangat sedih, mudah lelah saat beraktivitas dan
merasa dirinya tidak berguna. Pasien mengatakan bahwa
perasaan sedih tersebut muncul bersamaan dengan bisikan-
bisikan yang mengejek dirinya selain itu pasien juga merasa
sulit tidur. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri umum yang
mendasari diagnosis Gangguan skizoafektif (F.25)
dimana terdapat gejala gangguan afektif depresif yang
menonjol sehingga diagnosis ditegakkan menjadi Gangguan
skizoafektif tipe depresif (F.25.1)
Aksis II belum ada diagnosis dikarenakan tidak didapatkan gangguan
tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja dan gangguan
kepribadian belum dapat dinilai. Pasien sekolah sampai SMP kelas 3
namun terputus oleh masalah biaya. Hal ini menyingkirkan diagnosis
retardasi mental (F.70).

Pada pasien ini pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
riwayat penyakit fisik, sehingga diagnosis aksis III pada pasien ini
belum ada.

Pasien ini memiliki riwayat putus obat dan masalah dalam kepercayaan
diri. Pasien juga memiliki masalah sosial yang muncul setelah Suaminya
hilang dan diperparah dengan kaburnya anak pasien serta pasien sering
bertengkar dengan kakak ipar pasien (aksis IV). Penilaian terhadap
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan
skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan
wawancara, skor GAF 70-61 (saat ini) sebagai aksis V.
EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 skizofrenia paranoid


Aksis II : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
Aksis III : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
Aksis IV : putus pengobatan
Aksis V : GAF 70-61 (saat ini)
DAFTAR PROBLEM

Organobiologi: Tidak ditemukan adanya kelainan


fisik yang bermakna.
Psikologi: ditemukan hendaya dalam menilai realita
berupa waham curiga, dan halusinasi berupa
halusinasi audiotorik. Pasien memerlukan
psikoterapi.
Sosial: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang
sosial sehingga pasien membutuhkan psikoedukasi.
RENCANA TERAPI

Psikofarmaka :
Resperidon 2 x 3mg
Chlorpromazine 1 x 100 mg
THP 2x2 mg (jika timbul gejala
ekstrapiramidal)
Fluoxetine 2x10mg

Psikoterapi :
Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
samping pengobatan.
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap.
Menambah kegiatan dengan keterampilan yang dimiliki.
Psikoedukasi :
Kepada keluarga :
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang
gangguan yang dialami pasien.
Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan
dan perawatan pasien.
Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien yaitu membawa pasien kontrol
secara teratur dan mengawasi pasien saat meminum
obat agar obat benar-benar dikonsumsi.
Perawatan dirumah sakit ( hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar. Pada pasien ini dibutuhkan penstabilan medikasi.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung
dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah
masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
PROGNOSIS

Sehingga pada pasien ini didapatkan prognosis:


Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Malam

Anda mungkin juga menyukai