Anda di halaman 1dari 12

BAWASLU

(Badan Pengawas Pamilu)

Anggota Kelompok :
Agi Dewinda Sanjaya (NIM. 1147010002)
Ayu Rahma Devi (NIM. 1147010013)
Faeshal Sahli (NIM. 1147010023)
Heni Solihat (NIM. 1147010029)
Maryam (NIM. 1147010039)
Susan Amalia (NIM. 1147010066)
Shelvia (NIM. 1157010058)
Rumusan Masalah:

1. Definisi Bawaslu
2. Sejarah Bawaslu
3. Tugas dan Fungsi Bawaslu
4. Faktor penunjang dan penghambat program Bawaslu
5. Solusi
Definisi Bawaslu

Badan Pengawas Pemilihan Umum (disingkat Bawaslu) adalah lembaga


penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu diatur dalam bab IV
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Jumlah anggota Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang. Keanggotaan Bawaslu terdiri atas
kalangan professional yang mempunyai kemampuan dalam melakukan
pengawasan dan tidak menjadi anggota partai politik. Dalam melaksanakan
tugasnya anggota Bawaslu didukung oleh Sekretariat Jenderal Badan Pengawas
Pemilihan Umum.
Visi dan Misi

Visi Misi
Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat,
mandiri dan solid;
Pengawal Terpercaya dalam Penyelenggaraan
Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;
Pemilu Demokratis, Bermartabat, dan
Berkualitas. Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan
yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi;
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta
meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu
partisipatif;
Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan
berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara
cepat, akurat dan transparan;
Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan pemilu
baik bagi pihak dari dalam negeri maupun pihak dari luar negeri.
Sejarah Bawaslu

Dalam sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia, istilah pengawasan pemilu


sebenarnya baru muncul pada era 1980-an. Walaupun pertentangan ideologi pada saat
itu cukup kuat, tetapi dapat dikatakan sangat minim terjadi kecurangan dalam
pelaksanaan tahapan, kalaupun ada gesekan terjadi di luar wilayah pelaksanaan Pemilu.
Kelembagaan Pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan Pemilu 1982, dengan
nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu).
Perubahan mendasar terkait dengan kelembagaan Pengawas Pemilu baru
dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Selanjutnya kelembagaan
pengawas Pemilu dikuatkan melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu dengan dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata
masih berjalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu.
Tugas & Fungsi Bawaslu

Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Pengawas Pemilu berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu adalah sebagai berikut :
Mengawasi Penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu
yang demokratis. Tugas tersebut secara singkat dalam diuraikan sebagai berikut :
Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu;
Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu;
Mengawasi pelaksanaan Putusan Pengadilan;
Mengelola, memelihara, dan marawat arsip/dokumen;
Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu;
Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;
Evaluasi pengawasan Pemilu;
Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu;
Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Wewenang Pengawas Pemilu sebagai berikut : Kewajiban Pengawas Pemilu sebagai berikut :
Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- tugas dan wewenangnya;
undangan mengenai Pemilu
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua
administrasi Pemilu dan mengkaji laporan dan tingkatan;
temuan, serta merekomendasikannya kepada
yang berwenang Menerima dan menindaklanjuti laporan yang
berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran
Menyelesaikan sengketa Pemilu terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan mengenai Pemilu;
Membentuk, mengangkat dan memberhentikan
Pengawas Pemilu di tingkat bawah Menyampaikan laporan hasil pengawasan sesuai
dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau
Melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam berdasarkan kebutuhan; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.
Faktor Penunjang dan
Penghambat Program Bawaslu
Ekspektasi publik yang tinggi terhadap pelaksanaan pemilu yang berkualitas;
Komitmen DKPP dalam menegakkan integritas penyelenggara pemilu;
Dukungan masyarakat terhadap pengawasan pemilu, baik dalam pencegahan
dan penindakan maupun dalam penyelesaian sengketa;
Keterbukaan KPU dalam perumusan rancangan teknis penyelenggaraan tahapan
pemilu;
Kesediaan kelompok-kelompok strategis untuk terlibat dalam pelaksanaan
pengawasan partisipatif, pelaksanaan tugas kewenangan penyelesaian sengketa
pemilu, dan penegakan hukum pemilu
Permasalahan dan Solusi
Bawaslu Provinsi Jawa Barat
Beeberapa contoh permasalahan yang dihadapi Bawaslu :
Perkembangan kelembagaan dari Panwas Pemilu yang bersifat ad hoc menjadi
Bawaslu yang bersifat tetap belum sepenuhnya mampu menggerakkan seluruh
kapasitas pengawasan Pemilu secara nasional dan berkesinambungan.
Permasalahan faktual berkenaan dengan sumber daya manusia yang meliputi
integritas, kredibilitas, soliditas, disparitas kemampuan, rekrutmen pengawasan
pemilu yang cenderung terlambat dan bergantung pada institusi lain (KPU), serta
kesiapan dalam memberdayakan sumber daya manusia yang mampu menjawab
permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh pengawas Pemilu ke depan
Penyelenggaraan pilkada yang relatif bersamaan waktunya dalam jumlah besar.
Permasalahan yang harus dihadapi oleh Bawaslu berkenaan dengan pengembangan
konsep partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu yang mana masih pada
tataran uji coba atau trial and error, karena belum adanya model partisipasi
pengawasan pemilu yang bisa menjadi acuan.
Adanya gugatan dari peserta Pemilu terhadap beberapa tahapan Pemilu adalah
masalah yang cukup serius
Kurangnya kemampuan dan kapasitas internal Bawaslu dalam menanggapi dan
mengembangkan model pengawasan yang partisipatif.
Berdasarkan pengalaman dalam melakukan pengawasan Pemilu, Bawaslu tidak
memiliki kekuatan untuk mendorong instansi yang berwenang baik KPU (berkenaan
dengan pelanggaran administratif) maupun kepolisian (berkenaan dengan
pelanggaran pidana) untuk melakukan penegakan hukum Pemilu.
solusi

Agenda Rapat Teknis bagi panwas Kabupaten kota diselenggarakan sebagai bentuk
pembinaan kesiapan jajarannya di tingkat kabupaten kota dalam melaksanakan
pengawasan pada proses pleno rekapitulasi hasil penghitungan surat suara, yang
akan diselengarakan oleh KPU di masing-masing kabupaten kota.
Menekankan agar hasil analisa melalui alat kerja pengawasan dapat menjadi
barometer hasil pengawasan.
Melakukan kajian yang komperehesif, terkait hal-hal substantif yang akan di
rekomendasikan kepada KPU
Kemudian terkait tindak lanjut laporan yang masih dalam proses agar segera
diselesaikan, sehingga tidak menjadi permasalahan baru yang berimbas kepada
lembaga pangawas itu sendiri
Kesimpulan

Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu mempunyai tugas yaitu
mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu, mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan, dan memantau atas
pelaksanaan tindak lanjut pengananan penyelenggaran pidana pemilu.
Bawaslu memiliki kekuatan penting yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menghadapi persoalan-persoalan
diantaranya yaitu : komitmen dan mekanisme serta pengawasan dalam pencegahan dan penindakan terhadap
berbagai bentuk penyelenggaraan pemilu, yang dapat mencegah konflik politik berujung pada tindak kekerasan;
adanya sumber daya pengawas pemilu yang memiliki kapasitas dan kapabilitas; adanya kewenangan
menyelesaikan sengketa, dan sebagai satu-satunya lembaga yang menjadi pintu dalam proses awasl dalam
penegakan hukum pemilu.
Permasalahan yang harus dihadapi oleh Bawaslu berkenaan dengan pengembangan konsep partisipasi masyarakat
dalam pengawasan pemilu yang mana masih pada tataran ujicoba, karena belu adanya model partisipasi
pengawasan pemilu yang bisa menjadi acuan; dan adanya gugatan dari peserta Pemilu terhadap beberapa
tahapan Pemilu adalah masalah yang cukup serius. Mekipun upaya hukum yang dilakukan adalah merupakan
tindakan yang konstitusional namun implikasi politiknya tidak dapat dicegah serta dapat mengganggu
akseptabilitas sosial terhadap Pemilu yang telah berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai