Anda di halaman 1dari 38

Hukum Keuangan Negara

PKN STAN
Pertemuan ke-11
Pengelolaan Keuangan BLU
OUTLINE => FOKUS BLU (PEMERINTAH PUSAT)

Pengertian Badan Layanan Umum

Tujuan dan Azas BLU

Persyaratan, Penetapan, Pencabutan BLU

Standar dan Tarif Layanan BLU

Pengelolaan Keuangan

Tata Kelola, Pembinaan dan Pengawasan, Remunerasi


KELEMBAGAAN SEKTOR PUBLIK

1. SATKER 2. SATKER 3. PERUSAHAAN


BIASA DENGAN PK BLU NEGARA/BUMN

Non Profit Not For Profit Profit Oriented


(pendapatan < (tidak (Pendapatan >
belanja) mengutamakan belanja)
Pengelolaan keuntungan) Pengelolaan
sesuai dengan Pengelolaan keuangan bisnis
mekanisme APBN keuangan sesuai murni
Tidak Otonom dengan PP Kekayaan Negara
23/2005 jo. PP yang Dipisahkan
74/2012 Otonom
Kekayaan Negara
yang Tidak
Dipisahkan
Semi Otonom
Latar Belakang
Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran
dari penganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja
(UU 17/2003)
Salah satu alternatif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik
adalah dengan mewiraswastakan pemerintah (enterprising the
government).
Instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya memberi pelayanan
kepada masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang
fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
(UU 1/2004 Pasal 68 dan 69).
BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan
manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
DASAR HUKUM BLU
1. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68 dan 69;
2. PP No. 23/2005 tentang PK BLU sebagaimana telah diubah dengan PP
No.74/2012 tentang Perubahan atas PP No. 23/2005;
3. PMK No. 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan
Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada
Satuan Kerja Instansi Pemerintah;
4. PMK No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan
Barang/Jasa pada BLU;
5. PMK No. 95/PMK.05/2016 ttg Dewan Pengawas Badan Layanan
Umum;
6. PMK No. 10/PMK.02/2006 dan PMK No. 73/2007 tentang
Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewas, dan
Pengawai BLU;
7. PMK No. 44 /PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis Dan Anggaran
Serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.
Pasal 68 UU No. 1 Tahun 2004
1)Badan Layanan Umum (BLU) dibentuk untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan


serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan
kegiatan BLU yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri


Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung
jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat


pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala
satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang
pemerintahan yang bersangkutan.
Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004
1) Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan.
2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian
Negara/Lembaga/pemerintah daerah.
3) Pendapatan dan belanja BLU dalam rencana kerja dan anggaran tahunan
sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dan nomor (2) dikonsolidasikan
dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian Negara
/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.
4) Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang
diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.
5) BLU dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau
badan lain.
6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada nomor (4) dan nomor (5)
dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU yang
bersangkutan.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam
peraturan pemerintah.
PENGERTIAN BLU

Pasal 1 UU No. 1/2004 dan Pasal 1 PP 23 Tahun 2005

Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk


memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Kriteria BLU
Bukan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, sebagai
satuan kerja instansi pemerintah;
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi;
Berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga
induknya:
1. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja,
2. Menteri/pimpinan lembaga bertanggungjawab atas
kebijakan layanan yang hendak dihasilkan,
3. BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang
diminta.
TUJUAN DAN AZAS BLU
Tujuan
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas
Penerapan praktek bisnis yang sehat.
Azas BLU
1) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian
negara/lembaga /pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan.
2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan
kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah dan
karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
sebagai instansi induk.
3) Menteri/pimpinan lembaga tertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan
umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
Azas BLU (lanjutan)
4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan
umum yang didelegasikan kepadanya oleh
menteri/pimpinan lembaga.
5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan.
6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran
serta laporan keuangan dan kinerja kementerian
negara/lembaga.
7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan
dengan praktek bisnis yang sehat.
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PENCABUTAN BLU

Persyaratan
1. Persyaratan substantif BLU
fungsi dasar pelayanan publik
2. Persyaratan teknis BLU
diatur oleh Kementerian/Lembaga teknis
3. Persyaratan keuangan/ administratif
diatur oleh Menteri Keuangan
Persyaratan Substantif
Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang
berhubungan dengan:
1) menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;
2) Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau untuk layanan
umum; dan/atau
3) Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat
Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional
yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods);
Dalam melakukan kegiatannya tidak mengutamakan pencarian
keuntungan.
Persyaratan Teknis
Kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya
melalui BLU sebagaimana direkomendasikan menteri/pimpinan
lembaga;
Kinerja keuangan satker yang bersangkutan sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
Persyaratan Administratif
pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
pola tata kelola;
rencana strategis bisnis ;
laporan keuangan pokok;
standar pelayanan minimum; dan
laporan audit terakhir (bila telah diaudit) atau membuat pernyataan
bersedia diaudit secara independen.
Penetapan BLU (1-2)

Instansi/calon Menteri Teknis/ Menteri


BLU Pimpinan Lembaga Keuangan

usulan usulan
Persyaratan
substantif

ya
Usulkan Teliti ya Penetapan
memenuhi Usulkan memuaskan
BLU Persyaratan BLU Penuh
diteruskan
tidak teknis
Teliti ya
Persyaratan
tidak administrasi
Tidak diusulkan
kurang
tidak
Tdk Penetapan
diusulkan BLU bertahap
Tdk
disetujui
Pasal 5 PP 23 Tahun 2005
Penetapan BLU (2-2)

1. Penilaian Persyaratan Administrasi oleh Tim Penilai yang


dibentuk Menteri Keuangan.
2. Penilaian dengan SOP yang ditetapkan Dirjen
Perbendaharaan.
3. Penetapan PK BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sesudah
persyaratan administrasi diterima dengan lengkap.
4. Penetapan PK BLU dengan Keputusan Menteri Keuangan
Status BLU dan Konsekuensinya (1-2)

BLU Penuh
Kriteria:
1. Persyaratan Substantif, Teknis Terpenuhi
2. Persyaratan Administrasi Terpenuhi memuaskan sesuai dengan
kriteria SOP penilaian
Fleksibilitas: Semua yang diamanatkan PP 23/2005 a.l
1. Pengelolaan Pendapatan dan Belanja
2. Pengelolaan Kas
3. Pengelolaan Piutang dan Utang
4. Investasi
5. Pengadaan dan Pengelolaan Barang
6. Pengembangan sistem dan prosedur pengelola keuangan dan
akuntansi.
Status BLU dan Konsekuensinya(2-2)
BLU Bertahap (paling lama 3 tahun)
Kriteria:
1. Persyaratan Substantif, TeknisTerpenuhi
2. Persyaratan AdministrasiTerpenuhi kurang memuaskan sesuai dengan
kriteria SOP penilaian
Fleksibilitas dibatasi:
1. Penggunaan langsung pendapatan dibatasi, sisanya harus disetor ke kas
negara sesuai prosedur PNBP
2. Tidak dibolehkan mengelola Utang
3. Tidak dibolehkan mengelola Investasi
4. Pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan umum pengadaan
barang/jasa yang berlaku.
5. Tidak diterapkan flexible budget
Pencabutan (1-2)
Lihat Pasal 6 PP 23 Tahun 2005
1) Penerapan PPK-BLU berakhir apabila:
a) dicabut oleh Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya;
b) dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan usul dan
menteri/pimpinan lembaga, sesuai dengan kewenangannya;
atau
c) berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan
negara yang dipisahkan.
2) Pencabutan penerapan PPK-BLU karena 1).a). dan 1).b).
dilakukan apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau
administratif.
3) Pencabutan status karena 1).c). dilakukan berdasarkan
penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencabutan (2-2)

4) MenKeu sesuai dengan kewenangannya, membuat penetapan


pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat
3 (tiga) bulan sejak tggl usul pencabutan diterima (kasus
pencabutan karena usulan.
5) Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul pencabutan
dianggap ditolak.
6) Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU
dapat diusulkan kembali untuk menerapkan PPK-BLU.
Lihat Pasal 7 PP 23 Tahun 2005
Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan, Menteri
Keuangan, sesuai dengan kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.
STANDAR DAN TARIF LAYANAN BLU
Standar Layanan
Lihat Pasal 8 PP 23 Tahun 2005

1) Instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU menggunakan


standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh
menteri/pimpinan lembaga sesuai dengan kewenangannya.
2) Standar pelayanan minimum dapat diusulkan oleh instansi
pemerintah yang menerapkan PPK-BLU.
3) Standar pelayanan minimum harus mempertimbangkan kualitas
layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Tarif Layanan
Lihat Pasal 9 PP 23 Tahun 2005 jo. Pasal 9 PP 74/2012

1) BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas


barang/jasa layanan yang diberikan.
2) Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.
3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mempertimbangkan aspek-aspek:
a) kontinuitas dan pengembangan layanan;
b) daya beli masyarakat;
c) asas keadilan dan kepatutan; dan
d) kompetisi yang sehat.
4) Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya mengatur pedoman umum penyusunan tarif layanan.
5) Menteri/pimpinan lembaga sesuai dengan kewenangannya mengatur
pedoman teknis penyusunan tarif layanan BLU.
Tarif Layanan
Lihat Pasal 9 PP 23 Tahun 2005 jo. Pasal 9 PP 74/2012

6) BLU menyusun tarif layanan dengan memperhatikan pedoman umum


dan pedoman teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).
7) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diusulkan oleh
pemimpin BLU kepada menteri/pimpinan lembaga sesuai dengan
kewenangannya.
8) Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan usulan tarif layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada Menteri Keuangan sesuai
dengan kewenangannya untuk ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan.
9) Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya, dapat
mendelegasikan kewenangan penetapan tarif layanan kepada
menteri/pimpinan lembaga dan/atau pemimpin BLU.
10) Pendelegasian kewenangan penetapan tarif layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Pengelolaan Keuangan BLU
Pengelolaan Keuangan BLU (PK BLU):
Pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Praktik bisnis yang sehat:


Proses penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan.

Institusi yang dapat menerapkan PK BLU:


Instansi yang langsung memberikan layanan kepada masyarakat (organic
view);
Memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
Perencanaan dan Penganggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Pengelolaan Kas
Pengelolaan Piutang dan Utang
Investasi
Pengelolaan Barang
Penyelesaian Kerugian
Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan
Akuntabilitas Kinerja
Surplus dan Defisit
Perencanaan dan Penganggaran
RBA (Rencana Bisnis RKA K/L DIPA
dan Anggaran) (Berbeda dgn DIPA satker Biasa)
Pendapatan: APBN
Layanan Belanja Pegawai, Barang/jasa, Modal
KSO PNBP (APBN)
Hibah & Lainnya

Cost Accounting
Variable Direct Costs Dgn SPM
Fixed Direct Costs
Variable OH Costs Penggunaan pendapatan BLU
Fixed OH Costs
Belanja Pegawai
Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa Belanja Barang/Jasa
Biaya Pegawai Belanja Modal
Biaya Material dan
Supplies
Belanja Modal
Depresiasi/Amortisasi
Biaya Operasional Dgn SPM Pengesahan
Lainnya

Ringkasan Belanja Modal:


- Belanja Modal APBN Rp xxx
- Belanja Modal dr Pendapatan Fungsional Rp xxx
Perencanaan & Penganggaran
Lihat Pasal 10 PP 23 Tahun 2005 jo. Pasal 10 PP 74/2012
1) BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah.
2) BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana
strategis bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun berdasarkan
basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis
layanannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari
masyarakat, badan lain, dan APBN.
3a) Perhitungan akuntansi biaya sebagaimana dimaksud pada ayat
berdasarkan standar biaya yang ditetapkan oleh pemimpin BLU.
3b) Perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya paling
kurang menyajikan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak
langsung.
3c) Dalam hal BLU belum menyusun standar biaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3a), BLU menggunakan standar biaya yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya.
Perencanaan & Penganggaran
Lihat Pasal 11 PP 23 Tahun 2005 jo. Pasal 11 PP 74/2012

1) BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga untuk


memperoleh persetujuan sebagai bagian dari RKA-K/L.
2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan usulan
standar pelayanan minimum dan standar biaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (3a).
3) RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga
diajukan kepada Menteri Keuangan sebagai bagian RKA-K/L.
3a) Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L yang sumber dananya berasal
dari pendapatan BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu
program, satu kegiatan, satu output, dan jenis belanja.
4) Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya melakukan telaah
terhadap RBA sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan
APBN.
5) BLU menggunakan APBN yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif. .
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

RBA yang disetujui sebagai dasar untuk membuat dokumen


pelaksanaan anggaran.
Dokumen pelaksanaan anggaran disahkan oleh
Menteri Keuangan
Dokumen pelaksanaan anggaran merupakan lampiran dari
perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan kementerian
Dokumen pelaksanaan anggaran menjadi dasar penarikan
dana dari APBN
Pendapatan dan Belanja

Sumber Pendapatan BLU


-Bel. Pegawai, barang & modal dari APBN
-Penarikan dana dgn SPM

Alokasi APBN

Imbalan Jasa BLU Dapat Dikelola


Langsung Sesuai RBA
PNBP Hasil Kerjasama
Dgn Pihak Lain
K/L

Hibah Terikat
Sesuai Persyaratan
Pemberi Hibah
Belanja

1. Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan


ambang batas yang ditetapkan dalam RBA
2. Jika melampaui ambang batas harus mendapat
persetujuan Menkeu
3. Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan
ke Menkeu
4. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan
jasa di kementerian/lembaga
MATERI TAMBAHAN TERKAIT TRANSFORMASI PERGURUAN TINGGI

*materi tambahan
PERBEDAAN STATUS PERGURUAN TINGGI
BERUPA PTN, BHMN / PTN BH, BLU

No Ranah PTN BHMN / PTN BH BLU


1 Status Unit Kerja di bawah Badan Hukum/kekayaan Satuan Kerja
Kementrian negara yang dipisahkan Kementrian Teknis
2 Visi misi sebagai Sesuai dengan visi misi Merupakan bentuk Mengacu visi misi
pendidikan tinggi kementrian pertanggung jawaban ke kementrian
yang nir-laba stakeholder (exp Majelis
Wali Amanat)
3. Wewenang Tidak ada otonomi Otonomi luas baik Ada otonomi
pengelolaan dalam keuangan akademik dan non dalam pengelolaan
akademik dana yang berasal
dari masyarakat
4 Anggaran Disusun berdasarkan Disusun berdasarkan Disusun
renstra dan diusulkan renstra dan ditetapkan berdasarkan renstra
ke kementrian . oleh MWA dan diusulkan ke
kementrian
No Ranah PTN BHMN / PTN BH BLU
5 Belanja Setiap belanja harus Belanja sesuai dengan Belanja yang berasal
melalui mekanisme KPPN. RKAT yang disusun dari masyarakat dapat
digunakan terlebih
dahulu.
6 Pendapatan Semua pendapatan Pengelolaan pendapatan Semua pendapatan
yang berasal dari PNBP diatur oleh PT BHMN yang berasal dari
yang harus disetor ke kas (bukan PNBP) PNBP harus disetor ke
negara, tidak boleh Bendahara
dipergunakan terlebih Penerimaan Satuan
dahulu. Kerja BLU. Setiap
triwulan dilakukan
pengesahan realisasi
pendapatan melalui
mekanisme KPPN.
7 Tarif Diatur oleh Kementrian Tarif layanan ditetapkan Tarif layanan
Keuangan oleh Rektor dilaporkan diusulkan kepada
kepada Kemenristekdikti Menteri Teknis dan
(PTN BH) ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
No Ranah PTN BHMN / PTN BH BLU
8 Aset(Pencatatan, Aset yang dimiliki Menggunakan Aset yang dimiliki
pengelolaan, merupakan Barang Milik prosedur yang merupakan Barang
pengalihan, dan Negara. Pencatatan, ditetapkan oleh PT Milik Negara.
penghapusan) pengelolaan, pengalihan BHMN Pencatatan,
dan penghapusan aset pengelolaan,
melalui persetujuan pengalihan dan
Menteri Keuangan penghapusan aset
melalui persetujuan
Menteri Keuangan
9 Pemeriksaan dan Pemeriksaan eksternal Pemeriksaan Pemeriksaan eksternal
Pengawasan oleh BPK, Pemeriksaan eksternal oleh BPK, oleh BPK,
internal oleh SPI Pemeriksaan internal Pemeriksaan internal
oleh SPI, namun ada oleh internal BLU
lembaga audit di
tingkat MWA
10 Subyek Pajak Bukan Subyek Pajak Subyek Pajak Bukan Subyek Pajak
DISKUSI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai