Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

Unstable Angina Pectoris dan Gastroesophageal Reflux Disease

Pembimbing :
dr. Windhi Dwijanarko, SpJP

Oleh :
Fauzia Citra Dyanti 1620221221
Mutiara Nova Pratiwi 1620221193
Berkatty Widiastuti G4A016115
Sylvia Delti Elvira G4A016124
Yunizar Dwi Cahya N. G4A016128
Aditya Pratama G4A016130
Arny Arpianty G4A016134

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

2017
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Teluk RT 2/V Purwokerto Selatan, Banyumas

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

No RM : 02027016

Tgl. Masuk RS : 26 Oktober 2017

Tgl. Pemeriksaan : 1 November 2017


LAPORAN KASUS
B. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri dada dirasakan membaik, sudah tidak sesak, nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-)

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD keluhan nyeri dada tidak menjalar ke punggung dan tangan terjadi tiba-tiba saat
istirahat, berlangsung 10-15 menit, semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan sesak napas (+), mual
(+), muntah (+) , nyeri ulu hati, dan tidak nafsu makan.
STATUS PASIEN
B. ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan sama : disangkal Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat DM : disangkal Riwayat gg tiroid : disangkal
Riwayat asma : disangkal Riwayat sakit kuning : disangkal
Riwayat stroke : disangkal Riwayat operasi : disangkal
Riwayat kolesterol : disangkal Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
STATUS PASIEN
B. ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Sosial Ekonomi

Riwayat keluhan sama : disangkal Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-
harinya banyak dilakukan di rumah.. Hubungan pasien dengan
Riwayat hipertensi : disangkal keluarga dan tetangga baik.
Riwayat DM : disangkal Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Riwayat asma : disangkal Pasien tinggal di sebuah rumah dengan anak dan cucunya. Rumah
terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi yang
Riwayat alergi : disangkal terletak didalam rumah.
Pasien mengaku malas berolahraga dan lebih senang untuk
bermain bersama cucunya di dalam rumah.
Pasien mengaku tidak sedang mengonsumsi obat. Menu makan
pasien terdiri dari nasi dan sayur-mayur, dan lauk-pauk. Pasien
makan 3 kali sehari.
STATUS PASIEN
C. OBJEKTIF

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 120/60mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 OC
STATUS PASIEN
C. OBJEKTIF
Kepala : Mesochepal, simetris, venektasi temporal (-)
Rambut : Warna hitam, mudah rontok -, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra -/-
Hidung : Napas cuping hidung -, deformitas - , rhinore -
Telinga : Otore -/-. deformitas -/-, nyeri tekan -/-
Mulut : Bibir sianosis -, lidah sianosis , tepi hiperemis -, lidah kotor -, sariawan -
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid maupun limfonodi, deviasi trakea -
Paru
Inspeksi : Simetris, hemithorax D = S
Palpasi : Vokal fremitus D = S (apeks dan basal)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
STATUS PASIEN
C. OBJEKTIF

Cor Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari medial LMCS,
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
kuat angkat (+) Edema (pitting) - - - -

Perkusi : Batas jantung DBN Sianosis - - - -


Kuku kuning - - - -
Auskultasi : S1 > S2, Reguer, Gallop - Murmur - (ikterik)

Abdomen Akral dingin - - - -


Inspeksi : Cembung Reflek fisiologis
Bicep/tricep + +
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Patela + +
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Reflek patologis
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-) Reflek babinsky - - - -

Hepar : tidak teraba pembesaran


Sensoris D=S D=S D=S D=S
Lien : tidak teraba pembesaran
STATUS PASIEN
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 30 Oktober 2017 13.01 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Hitung Jenis Leukosit


Darah Lengkap Basofil 0,7 01%
Hemoglobin 12,6 11,2-17,3 g/ dL Eosinofil 0,4 (L) 24%
Leukosit 17000 (H) 3.80010.600 U/L Batang 2, 4 (L) 35%
Hematokrit 36 4052 % Segmen 75,6 50 70 %
Eritrosit 4,4 4,45,9 ^6/uL Limfosit 14,9 (L) 25 40 %
Trombosit 360000 150.000 440.000 /uL Monosit 5,8 28%
MCV 81,9 80-100 fL Kimia Klinik
MCH 27,7 26 34 Pg/cell Ureum Darah 109,1 (H) 14,98-38,52 mg/ dL
MCHC 33,8 32 36 % Kreatinin Darah 1,96 (H) 0,70-1,30 mg/dL
RDW 13,7 11,5-14,5 % SGOT 20 U/L 15-37
MPV 10,7 9,4 12,4 fL SGPT 24 U/L 14-59
CK 58 U/L 26-192
CKME 34 U/L (H) 7-25
STATUS PASIEN
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan x-foto thorax AP ( asimetris) tanggal : 26 Oktober 2017

Trakea di tengah
Cor :
apeks jantung bergeser ke laterokaudal
Elongation aorta
Pulmo :
corakan vaskuler normal
Tak tampakbercak pada kedua lapang paru
Hemidifragma kanan setinggi kosta 9 pposterior
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Kesan :
cardiomegaly (LV) disertai elongation aota
Pulmo dalam batas normal
LAPORAN KASUS

Diagnosis Kerja Prognosis


Ad vitam --- dubia ad bonam
1. Unstabel Angina Pectoris
Ad functionam --- dubia ad bonam
2. Gastroesophageal Reflux Dis.
Ad sanationam --- dubia ad malam

Terapi
IVFD RL 10 TPM
O2 4 lpm
ISDN 3x5mg
Aspilet 1x80mg tab
CPG 1x75mg
Atrovastatin 1x20mg tab
Inj Lansoprazole 1x1 amp IV
Inj ondansentron 1amp iv 1x prn
Braxidin 2x1 tab
Drip UFH 700unit/jam
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI ANGINA PEKTORIS


Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskhemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel
Karakteristik Angina pektoris :
1. Lokasi --- dada sebelah kiri, penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan
2. Kualits --- nyeri tumpul seperti ditekan, berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat
3. Kuantitas --- nyeri < 20 menit; jika > 20 menit maka harus dipertimbangkan sebagai angina pektoris tidak stabil
TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI
Berdasarkan beratnya Angina : Kelas I (angina yang berat untuk pertama kali/makin bertambah), Kelas II (angina
pada waktu istirahat; subakut dalam waktu 1 bulan; Kelas III (adanya serangan pada waktu istirahat)
Berdasarkan keadaan klinis : Angina tidak stabil sekunder karena anemia, infeksi lain, atau febris (KELAS A), angina
tidak stabil yang primer (KELAS B), angina yang timbul setelah serangan infark jantung (KELAS C)
TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner).

FAKTOR RISIKO
Merokok
Memiliki kadar kolesterol tinggi
Tidak berolahraga secara teratur
Memiliki hipertensi, atau tekanan darah tinggi
Makan makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol
Memiliki diabetes melitus
Berat badan lebih dari 30 persen dari berat badan ideal
Memiliki anggota keluarga (terutama orang tua atau saudara kandung) yang pernah menderita penyakit jantung
koroner atau stroke
Menggunakan stimulan atau narkoba, seperti kokain atau amfetamin
TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI
Ruptur plak aterosklerotik aktivasi zat-zat pro inflamasi, adhesi dan agregasi platelet
terbentuk trombus oklusi pembuluh darah koroner
Proliferasi dan migrasi otot polos (reaksi kerusakan endotel akibat inflamasi) kerusakan
endotel hilangnya produksi nitrat oksida kontraksi otot polos oklusi pembuluh
darah koroner
Sel miokard menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
menghasilkan asam laktat menurunkan PH miokard; menimbulkan nyeri
TINJAUAN PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Orang yang menderita angina pectoris tidak nyaman, dada berat dan didianosis sebagai
berikut:
1. Sakit / neri menjelar ke tubuh bagian kiri, seperti ke lengan kiri, leher sebelah kiri, rahang
dan punggung.
2. Tenaga dan stres akan lega dalam beberapa menit setelah istirahat.
3. Diendapkan oleh cuaca dingin atau makanan.

Tipe Angina Pectoris


Stable angina
Unstable angina terjadi pada waktu istirahat
TINJAUAN PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSIS

EKG --- Depresi segmen ST dengan/tanpa inversi gelombang T


Foto Rontgen Thoraks
Penanda biokimia seperti darah rutin, CK, CKMB, Troponin T
Profil lipid, gula darah, ureum kreatinin
Echocardiografi
Tes treadmill
Angiografi koroner
Penegakan Diagnosis Diagnosis angina tak stabil apabila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tidak ada
kelainan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG untuk iskemia, seperti adanya depresi segmen
ST ataupun elevasi yang sebentar atau adanya gelombang T yang negatif.
TINJAUAN PUSTAKA
TATALAKSANA

Obat Anti Iskemia


Nitrat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah; mengurangi preload dan afterload sehingga mengurangi
kebuthan oksigen; juga memiliki efek langsung vasodilatasi pembuluh koroner
Beta Blocker --- menurunkan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium
Calcium Channel Blocker --- vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah
Obat Anti Agregasi Trombotik/Antitrombotik/AntiPlatelet --- aspirin, tiklodipin, klopidogrel, inhibitor glikoprotein
Obat Trombolitik, Obat Antitrombin/Antikoagulan, Direct Trombin Inhibitor
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner --- coronary artery bypass surgery/percutaneous coronary intervention
TINJAUAN PUSTAKA

KOMPLIKASI (Smeltzer dan Bare, 2001)

Payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark miokard akut

PROGNOSIS
Tergantung dari daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada atau tidaknya komplikasi. Prognosis buruk apabila
terdapat hal-hal di bawah ini :
Gagal jantung kongestif berkelanjutan
Adanya riwayat fraksi ejeksi ventrikel kiri rendah (LVEF)
Ketidakstabilan hemodinamik
Angina berulang meskipun diterapi intensif anti-iskemik
Mitral regurgitasi baru atau memburuk
Ventrikel takikardi berkelanjutan
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI GERD
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal reflux disease/GERD) adalah suatu kondisi patologis akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, laring, faring dan
saluran napas. Banyak ahli yang menggunakan istilah esofagitis refluks sebagai keadaan terbanyak dari penyakit refluks
gastroesofageal (Makmun, 2014).
TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI GERD
TINJAUAN PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Pasien datang dengan keluhan nyeri/rasa tidak nyaman di epigastrium/retrosternal bagian
bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-kadang
bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi dan
rasa pahit di lidah (Makmun, 2014).
Keluhan biasanya terjadi terutama setelah makan dengan volume besar, berlemak, saos
tomat, peppermint, cokelat, kopi dan alkohol serta diperberat dengan posisi berbaring
terlentang. Keluhan sering muncul pada malam hari (Kemenkes, 2013).
Menurut Makmun (2014), GERD juga dapat menimbulkan gejala nyeri dada non-kardiak,
suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai timbulnya bronkiektasi atau asma.
Beberapa penyakit paru juga dapat menjadi faktor predisposisi penyebab GERD akibat
penggunaan obat-obatan yang dapat menurunkan tonus LES (misalnya teofilin).
TINJAUAN PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Tes penghambat pompa proton (proton pump inhibitor/PPI test/tes supresi asam/acid supression test), yakni
memberikan PPI dosis tinggi selama 1-2 minggu sambil menilai respon yang terjadi. Tes ini dianggap positif jika
terdapat perbaikan dari 50%-75% gejala yang terjadi.
Endoskopi saluran cerna bagian atas, menjadi standar baku diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal
break di esofagus.
Esofagografi dengan barium, tidak spesifik pada kasus GERD ringan namun pada kasus GERD berat gambar
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, serta gambaran hiatus hernia sebagai faktor
predisposisi GERD
Pemantauan pH 24 jam, Ph di bawah 4 pada jarak 5 cm di atas lower esophageal sphincter (LES) dianggap
diagnostik untuk GERD
Tes Bernstein, yakni melakukan perfusi pada bagian distal esofagus dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurang dari
1 jam. Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien maka tes ini dianggap
mendapatkan hasil positif.
TINJAUAN PUSTAKA
TATALAKSANA

Non Farmakologis
Modifikasi gaya hidup, berhenti merokok dan konsumsi alkohol, mengurangi konsumsi lemak, mengurangi
makanan/minuman seperti cokelat, teh, pepermint, kopi dan minuman b ersoda, menurunkan berat badan,
mengurangi obat-obatan yang dapat mengurangi tonus les
Farmakologis
Memberikan PPI dosis tinggi selama 7-14 hari. Bila terdapat perbaikan signifikan maka diagnosis dapat ditegakkan
sebagai GERD. PPI dosis tinggi berupa Omeprazol 2x20 mg/hari dan/atau Lansoprazol 2x30 mg/hari.
Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4 minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik
seperti domperidon 3x10 mg/hari
Pada kondisi PPI tidak tersedia maka dapat digunakan antagonis reseptor H2 seperti simetidin 400-800 mg, ranitidin
150 mg, atau famotidin 20 mg.
Terapi endoskopi
TINJAUAN PUSTAKA
DIAGNOSIS BANDING

Angina Pektoris
Akalasia
Dispepsia
Ulkus peptikum
Ulkus duodenum
Pankreatitis
DAFTAR PUSTAKA
PAPDI. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta :
Interna Publishing
Braunwald, E. 1992. Heart Disease : A Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia : W.B. Saunders
Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI
Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta : EGC
Arif Mansjoer dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia
Makmun, D. 2014. Penyakit refluks gastroesofageal. Hal. 1748-1756. Dalam : S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo,
M. Simadibrata, B. Setiyohadi, dan A.F. Syam (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam. Interna
Publishing, Jakarta
Kahrilas, P.J., dan I. Hirano. 2012. Disease of the esophagus. Hal. 2427-2437. Dalam : D.L. Longo, D.L.
Kasper, J.L. Jameson, A.S. Fauci, S.L. Hauser, dan J. Loscalzo (Eds.), 18th Edition Harrisons Principles of
Internal Medicine. McGraw-Hill, New York
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta 565 hal

Anda mungkin juga menyukai