DISUSUN OLEH:
1. SUSI SETYOWATI (B.131.16.0052)
2. GATOT SETIAWAN (B.131.16.191)
3.
4.
5. KURNIA ALIFIANA (B.141.16.0018)
ALASAN PENGELUARAN RESOLUSI SAWIT
PENGURANGAN HUTAN ( DEFORESTASI) PELANGGARAN HAM
Parlemen Uni Eropa menuding berkurangnya hutan global Parlemen Uni Eropa menuding pendirian dan pengoperasian
disebabkan oleh peningkatan produksi dan konsumsi perkebunan kelapa sawit di banyak negara terkait dengan
komoditi pertanian salah satunya yakni kepala sawit. Hal itu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Tudingan itu diklaim
dinilai sebagai pemicu pembukaan lahan untuk perkebunan atas dasar beberapa penyelidikan. Pelanggaran HAM yang
kelapa sawit. Dokumen Parlemen Uni Eropa juga tercantum di laporan Parlemen Uni Eropa yakni
menyebutkan, kebakaran lahan di Indonesia biasanya hasil penggusuran paksa, kekerasan bersenjata, penjeratan utang,
dari pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. dan diskriminasi terhadap masyarakat adat.
Sekitar 52 persen dari kebakaran hutan di Indonesia pada
tahun 2015 tulis dokumen itu, terjadi di lahan gambut yang Bahkan Parlemen Uni Eropa menyebutkan mendapatkan
kaya karbon. Akibatnya, 69 juta orang menghirup polusi laporan adanya ekploitasi pekerja anak di perkebunan
udara yang tidak sehat. kelapa sawit. Selain itu terjadi banyak konflik lahan antara
masyarakat lokal dan adat dan pemegang konsesi kelapa
Menurut Parlemen Uni Eropa, pembukaan lahan sawit.
perkebunan kelapa sawit dengan membakar hutan
berdampak besar kepada deforestasi, erosi tanah, polusi
air, dan hilangnya keseluruhan keanekaragaman hayati.
Selain itu menyebabkan hilangnya banyak ekosistem yang
berdampak besar pada iklim, konservasi sumber daya alam,
dan pelestarian lingkungan global untuk generasi sekarang
dan mendatang. Hal itu dinilai tidak sesuai dengan agenda
pembangunan berkelanjutan Uni Eropa, salah satunya
yakni meningkatkan pembentukan hutan (aforestasi) dan
perbaikan hutan (reforestasi) di seluruh dunia.
DAMPAK DEFORESTASI HUTAN
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam
di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan
kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan
banjir.
Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia
utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat
deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa
(Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan
perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
STUDI KASUS DAMPAK LINGKUNGAN DI SEKITAR
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KECAMATAN DAYUN,
KABUPATEN SIAK, PROPINSI RIAU
Sumber: Widodo, Isa Teguh dan Bambang Dwi Dasanto. 2010. ESTIMASI NILAI LINGKUNGAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DITINJAU DARI NERACA AIR TANAMAN KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS: PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN DAYUN, KABUPATEN SIAK,
PROPINSI RIAU). Jurnal Agromet 24, hlm 23-32. Bogor: Institut Pertanian Bogor
DAMPAK LINGKUNGAN PERKEBUNAN RESPONDEN:
KELAPA SAWIT 220 KK WARGA
DESA SAWIT
PERMAI,
KESULITAN KECAMATAN
BERKURANGNYA
MENDAPATKAN DAYUN, KABUPATEN
BIODIVERSITY
19%
AIR SIAK, RIAU,
26% INDONESIA
KONDISI TANAH
SEMAKIN
GERSANG PERUBAHAN CUACA
23% KESULITAN 16%
MENANAM
TANAMAN LAIN
16%
Sumber: Philip. G. Taylor et al. Palm oil wastewater methane emissions and
bioenergy potential. Nature climate change, vol 4. March 2014