Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSA AN

MATA
PENDAHULUAN

Tidak semua orang mempunyai visus yang sama.Visus dipergunakan untuk


menentukan penggunaan kacamata.Visus penderita bukan saja memberi
pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas
yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan
memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang
mengakibatkan turunnya visus.Visus perlu dicatat pada setiap mata yang
memberikan keluhan mata.
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa

ANATOMI MATA
selubung berserabut putih dan relatif kuat
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
bagian luar sklera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah
dan suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
Iris : berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan
cara merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke
otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil
dari retina ke otak.
Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung,
merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke
retina,
Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan
berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
I. PERSYARATAN PEMERIKSAAN
MATA
1. Intensitas cahaya adekwat
2. Tersedia alat dan obat diagnostik
3. Dilakukan secara sistematik
4. Mengenal anatomi, fisiologi dan patologi mata
5. Memuat catatan medis yang rapih dan mudah dibaca
II. SISTEM PEMERIKSAAN MATA DASAR
a. Anamnesa :
1.Dilakukan dengan ramah
2.Mencatat - identitas pasien
3.Menggali - keluhan utama - keluhan tambahan - Perjalanan
penyakit
4.Mengetahui riwayat pengobatan dan penyakit terdahulu.
III. MEMERIKSA ORGAN MATA SECARA
SISTEMATIS.
1. Bentuk, posisi dan gerak bola mata, alis, bulu mata dan kelopak mata atas dan bawah. Area
lakrimalis konjungtiva bulbi. Harus mampu melipat kelopak mata untuk menilai konjungtiva
tarsalis.
2. Sistem optik mata
a. Sinari kornea
Perhatikan reflek kornea yaitu reflek cahaya pada permukaan kornea yang berbentuk bintik cahaya.
1) Cerah / mengkilat:
a) kornea jernih
b) jaringan parut (putih)
Suram: erosi kornea, radang kornea atau edema kornea Perhatikan reflek cahaya padakedua
permukaan kornea (Tes Hirschberg)
a). masing-masing di tengah pupil : ortofori
b). salah satu tidak ditengah pupil : heterofori (juling)

b. Bilik mata depan (BMD) dan iris


Iris yang baik memiliki cekungan cekungan radier (kripti). Kejernihan BMD perhatikan kriptiiris.
1. Kripti iris terlihat jelas : jernih
2. Kripti iris tidak jelas : keruh
Kedalaman BMD: sinari iris dari samping, lalu perhatikan luasnya permukaan iris yang mendapat
penyinaran.
1. Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar: BMD dangkal
2.Seluruh/sebagian permukaan iris tersinari: BMD dalam
IV. MATA NORMAL
Mata normal
Silia posisi normal
Konjungtiva tenang
Kornea jernih
Refleks iris normal
c. Pupil
Perhatikan pupil yang bulat teratur.
Pupil yang tidak bulat/tidak teratur dapat akibat perlengketan iris dengan
lensa/kornea (sinekkia).
Reaksi pupil langsung : pupil mengecil pada mata yang disinari
Reaksi pupil tak langsung : pupil mengecil pada penyinaran mata yang sebelahnya.
Nyatakan besarnya pupil dalam mm.
1. Isokor kedua pupil sama besar
2. Anisokor tidak sama besar.
3. Besar pupil normal 3-5 mm. <2mm disebut miosis, >5mm: midriasis.
Gambar pupil bila pupil terletak tidak pada tempatnya atau bentuknya tidak normal.
V. IRIS DAN PUPIL NORMAL
Gambaran kripti iris jelas
Pupil bulat konsentris
d. Lensa 2. Ubah sinar dari samping
Pemeriksaan katarak. (kurang lebih 45%), dan sinari
1. Sinari pupil dari depan. iris.
Perhatikan warna pupil. Kembali lihat pupil. Perhatikan
a.pupil berwarna hitam : (1) perubahan kekeruhan lensa:
lensa jernih, (2) aphakia a. seluruh pupil tetap putih
b.pupil putih/abu-abu : katarak matura (tes shadow/
keruh/katarak bayangan - )
b. sebagian pupil menjadi hitam
katarak immatura(tes bayangan
+)
KATARAK

Lensa keruh di belakang pupil


Mata tenang
VI. FUNDUSKOPI (DOKTER)
Sebaiknya dilakukan di ruangan relatif Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui
gelap. oftalmoskop dilihat lewat pupil pada jarak
pemeriksaan: 30 cm.
Bila mata kanan yang akan diperiksa,
Bila media refraksi jernih: reflek fundus berwarna
pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, merah kekuningan pada seluruh lingkaran pupil.
oftalmoskop dipegang dengan tangan Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan
kanan, pemeriksaan dengan mata kanan. kaca) terlihat adanya bercak hitam di depan latar
Bila mata kiri akan diperiksa, pemeriksaan belakang yang merah kekuningan.
dari sebelah kiri dengan mata kiri. Penilaian reflek fundus penting untuk
membedakan katarak matura dan immatura.
Katarak mutura reflek fundus negatif.
Selanjutnya untuk melihat retina dan pupil N II,
oftalmoskop didekatkan sedekat mungkin ke mata
pasien.
OFTALMOSKOP CARA FUNDUSKOPI
VII. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
DENGAN TES KONFRONTASI
Pemeriksa dan pasien berhadapan kurang lebih 60
cm.
Bila mata kiri yang akan diperiksa, mata kanan
pasien ditutup.
Mata kiri pasien berhadapan/berpandangan
dengan mata kanan pemeriksa. Gerakan jari/benda
dari segala arah, dari luar ke dalam.
Catat bila ada bagian lapang pandang, yang masih
terlihat oleh pemeriksa, tetapi tidak oleh pasien.
Ulangi dengan cara yang sama pada mata kanan.
VIII. TONOMETRI DENGAN TONOMETER
SCHIOTZ
Mengukur tekanan intra okuler.
Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang
berbaring terlentang atau setengah duduk.
Agar posisi kornea horizontal, usahakan
dagu dan dahi pasien terletak pada satu
bidang horizontal.
XI. SNELLEN CHART
Siapkan kartu snellen
Atur kursi pasien dengan jarak 5-6 cm dari
snellen chart
Atur penerangan yang memadai sehiingga
kartu bisa dibaca
Instruksikan ke pasien untuk menutup
sebelah matanya dengan satu tangan
Dimulai dari mata kanan dengan cara
pasien diinstruksikan untuk membaca
mulai dari huruf yang terbesar menuju ke
huruf terkecil (catat huruf terakhir yang
daat dibaca oleh pasien) dan dilanjutkan ke
mata sebelah kiri.
XI. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Pemeriksaan anel : menyuntikkan cairan garam fisiologis melalui pungtum lakrimalis dengan
jarum bengkok yang tumpul.
Bila cairan masuk ke dalam hidung/tenggorokan disebut Anel +. Berarti saluran lakrimal
berfungsi baik. Bila tidak berarti ada sumbatan saluran lakrimal (Anel-).
2. Pemeriksaan Buta Warna mempergunakan buku ishihara. Ditetapkan buta warna total atau
sebagian.

3. Uji Fluoresein
Melihat defek epitel
Pemeriksaan tonometer
Melihat adanya fistel kornea

Setelah ditetes pantocain kertas


fluoresein ditempel pada konjungtiva di daerah forniks inferior

Anda mungkin juga menyukai