Anda di halaman 1dari 49

Ns. NURHIDAYAH, S.Kep., M.

Kep
Derajat kesehatan semakin meningkat, namun
disparitasnya masih tinggi
Beban ganda dalam bangkes
Pemberdayaan masyarakat masih terbatas
Lingkungan strategis kurang mendukung
Yangkes yg merata, terjangkau dan berkualitas belum
optimal
Sistem perencanaan dan penganggaran masih belum
optimal
Standar dan pedoman bangkes kurang memadai
Dukungan depkes dalam bangkes masih terbatas
SKN adalah suatu tatanan yg menghimpun berbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum
Upaya kesehatan masyarakat (UKM)
Upaya kesehatan perorangan (UKP)

UKM: Pemerintah dan peran serta aktif masyarakat &


swasta, mencakup: promkes, pem. Kesehatan, keswa,
pengendalian penyakit tdk menular, sanitasi dasar, gizi
masyarakat, dll
UKP: Dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta
dan pemerintah, mencakup: promkes, pencehagan,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap dan
rehabilitasi
U Strata ketiga
U
K (tersier) K
M
Yangkep tersier P

Strata kedua (sekunder)


Yankep sekunder

Strata pertama (primer)


Yankep primer
Sistem rujukan kesehatan adalah tatacara pengelolaan
strategis, pragmatis, dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat Indonesia. Dengan
sistem ini masyarakat Indonesia dimanapun mereka
berada dan dari golongan sosial ekonomi manapun,
dapat menjangkau layanan optimal sesuai
masalahnya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Tipe
C dan D/RS Kabupaten
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Rumah Sakit Tipe
A/RS Pusat dan B/RS provinsi
Merupakan pelayanan kesehatan dasar yg diberikan
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (non
spesialistik) yg meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap (BPJS, 2013 dan Kementrian Kesehatan,
2013)
Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang mencakup observasi,
diagnosis, pengobatan, dan/ pelayanan kesehatan
lainnya
Merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yg
dilakukan oleh dokter spesialis/ dok. Gigi spesialis yg
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik (BPJS, 2013)
Merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yg
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi
sub spesialis yg menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik (BPJS, 2013)
Untuk memudahkan masyarakat agar supaya
mendapatkan pelayanan maksimal.
Adanya sistem rujukan memungkinakan pelimpahan
tugas dan tanggung jawab baik secara vertikal maupun
horizontal sehingga semua pasien peserta BPJS bisa
berobat sesuai indikasi medis
Sistem pelayanan hendaknya:
1. Mampu mendorong terciptanya pelayanan yg
berkualitas, aman, efisien, efektif, timely (kemudahan
aksen setiap saat), patient centered (orientasi
kebutuhan pasien)
2. Dapat mengatasi dampak transisi epidimeologi dan
transisi demografi: pelayanan primer sebagai sektor
utama
3. Meminimalisasi disparitas dan meningkatkan akses
bagi masyarakan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
Primer Sekunder Tersier
Pelayanan rujukan horizontal
Adalah rujukan yg dilakukan antar pelayanan kesehatan satu tingkatan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan yg sifatnya sementara atau menetap
Contoh : Rujukan antar puskesmas/antara RS ynag setipe
Pelayanan rujukan vertikal
Adalah rujukan yg dilakukan antar pelayanan kesehatan yg berbeda tingkatan,
dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yg lebiih rendah ketingkat pelayanan
yg lebih tinggi/sebaliknya. Rujukan vertikal dilakukan apabila pasien
membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik/ sub spesialistik dan perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan, dan/ atau ketenagaan (BPJS, 2013)

Pelayanan kesehatan dimulai dari fasilitas kesehatan primer. Jika diperlukan


pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk kefasilitas
kesehatan sekunder.
Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi
Kewenangannya dan kompetensi dan pelayanan tingkat
pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien
tersebut.
Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yg lebih
rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
sarana, prasarana, peralatan dan/ atau ketenagaan (BPJS,
2013)
Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang ini dapat
tidak dilakukan (tidak harus rujukan dan fasilitas
kesehatan primer) dalam kondisi:
1. Gawat darurat
2. Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan/ atau pemerintah daerah
3. Kekhusussan permasalahan kesehatan pasien untuk
kasus yg sudah ditegakkan rencana terapinya dan
terapi tersebut hanya dapat dilakukan difasilitas
kesehatan lanjutan, pertimbangan geografis
4. Pertimbangan ketersediaan fasilitas (BPJS, 2013)
Bermanfaat dalam upaya mengurangi kecacatan,
komplikasi, dan kematian, meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, serta pemerataan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
Rujukan medis, misalnya rujukan pasien, dan
laboratorium/bahan pemeriksaan
Rujukan kesehatan, misalnya pengiriman tenaga
dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dsb) utk
meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
teknologi
Rujuakan manajemen, misalnya pengiriman
informasi diagnosis, kebutuhan obat, biaya, tenaga,
peralatan, permintaan bantuan monitoring
epidemiologi, mengatasi wabah, dsb
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
1. Otoritas (autority) /Mempengaruhi proses asuhan
melalui peran professional.
2. Akotabilitas (accountability)/ Tanggung jawab
3. Kolaborasi (collaboration)
4. Mengambil keputusan yang mandiri (independen
dicicion making
5. Pembelaan/dukungan (advocacy)
6. Fasilitas (facilitation) mendesimalkan profesi demi
organisasi dan system klien-keluarga dalam asuhan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan
badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori
yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan
baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang
cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus
utama pada pelayanan.
1. Berorientasi pada pelayanan masyarakat
2. Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan
pada ilmu pengetahuan
3. Adanya otonomi
4. Memiliki kode etik
5. Adanya organisasi profesi.
1. Mempunyai body of knowledge
2. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang
pendidikan tinggi
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktik dalam bidang profesi
4. Memiliki perhimpunan/organisasi profesi
5. Pemberlakuan kode etik keperawatan
6. Otonomi
7. Motivasi bersifat altruistik
Sesuai permenkes RI no.1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat, dijelaskan perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
Care Giver (pemberi asuhan keperawatan meliputi : Pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi)
Client Advocate (pelindung klien)
Counsellor (pembimbing)
Educator (pendidik klien)
Collaborator (bekerja sama dengan tim)
Coordinator (perawat memanfaatkan semua sumber dan potensi
yang ada baik materi maupun kemampuan klien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih)
Change Agent (sebagai pembaharu)
Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan
kondisi spesifik klien).
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik
yang dapat dilakukan perawat)
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang
mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di
sarana kesehatan
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten,
perawat berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar
kewenangannya
1. Fungsi Keperawatan mandiri (independen),
2. Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen),
3. Fungsi Keperawatan kolaboratif (interdependen).
Fisiologis
Psikologis
Sosial dan Kultural
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat
dilakukan perawat)
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang
mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di
sarana kesehatan
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat
dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa
perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati,
teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien
merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang
relevan dengan disiplin ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan
akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat
yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin
bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.
Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere
intereset) Contoh : Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan
kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti
spreinya.
Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat
bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya
(explanantion about the delay). Misalnya ; Mohon maaf pak
saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat
sehingga harus meninggalkan bapak sejenak.
Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang
ditunjukkan dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan
salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.
Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien
(subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau
keinginan perawat misalnya Coba ibu jelaskan bagaimana
perasaan ibu saat ini. Sedangkan apabila perawat berorientasi
pada kepentingan perawat ; Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon
pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus
Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud
menghina (derogatory) misalnya pasien yang ini mungkin
harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi
Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien
dalam sudut pandang klien (see the patient point of view).
Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien
menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya
mungkin salah.
1. Meningkatkan Kesehatan
2. Mencegah Penyakit
3. Memulihkan Kesehatan
4. Mengurangi Penderitaan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
sistem yankes secara keseluruhan
Proporsi tenaga keperawatan merupakan proporsi tenaga
terbesar (48%) yang dapat mempengaruhi kinerja rumah
sakit dan puskesmas/sarana pelayanan kesehatan lainnya
Peran perawat dalam UKP & UKM
Peran perawat di semua tatanan pel.kes disetiap level
rujukan
Bentuk pelayanan: bio-psiko-sosio-cultural-spiritual yang
komprehensif
Sasaran klien: individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
Rentang: sehat-sakit mencakup seluruh proses kehidupan
Dua hal yg menentukan mutu peleyanan
keperawatan/kesehatan yaitu:
Peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia/tenaga kesehatan (quality of care)
Penyediaan sarana dan prasaranan yang menunjang
pelaksanaan tugas (quality of services)
Pelayanan medik
Pelayanan keperawatan
Pelayanan penunjang medik
Tujuannya
Meningkatkan mutu pelayanan & Askep
Menurunkan biaya operasional
Menjaga mutu pelayanan sesuai standar & peraturan yg
berlaku
Meningkatkan pencatatan & dokumentasi pelayanan dan
asuhan
Membuat penilaian terhadap penampilan secara rasional
Meningkatkan tanggung gugat para profesional praktisi
Meningkatkan image yg positif
Sistem pengembangan manajemen kinerja klinik
(PMK) bagi perawat di RS & Puskesmas (Kepmenkes
836 tahun 2005)
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional
Akreditasi
ISO 9000
Patient safety
Kenyamanan
Pengetahuan
Kepuasaan pasien
Self care
kecemasan
Aplikasi nilai-nilai profesional praktik keperawatan
Manajemen dan pemberian ASKEP
1. Kepemimpinan & manajemen kep
2. Metode pemberian Askep
3. Ketenagaan perawat
4. Keterampilan spesifik manajemen Askep
Pengembangan profesional diri
Komunikasi kepemimpinan hub
perawat/klien dalam Yanwat
Pengorganisasian Askep

Klasifikasi klien
Metode : Pengkajian - Yan Minimal
- Fungsional Diangnosa - Yan Partial
- Tim Perencanaan - Yan Mandiri
- Primer Implementasi - Yan Intensif
- Kasus Evaluasi - Yan Ekstensif
- Modifikasi
Pelayanan keperawatan diberikan diberbagai tatanan
peleyanan kesehatan di tingkat primer, sekunder dan
tertier
Pelayanan keperawatan sebagai sistem dipengaruhi
oleh infut, proses dan output
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan
Pelayanan keperawatan berpengaruh dalam
pencapaian mutu peleyanan kesehatan
Pelayanan keperawatan berkontribusi dalam
pembangunan kesehatan nasional
Sekian & terima kasih

Anda mungkin juga menyukai