Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

TUMOR KOLON

Disusun Oleh :
Bambang Sugiyarto
1261050148

Pembimbing :
dr. I Wayan Wisnu Brata, Sp.B
Pendahuluan
Polip pada kolon berasal dari epitel mukosa dan merupakan
neoplasma jinak terbanyak di kolon dan rectum. Diantara polip
kolon ada yang berpotensi ganas. Pada tahap lanjut, sebagian
besar karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak
maligna.
Karsinoma kolorektal merupakan penyakit ketiga terbanyak di
dunia. Insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per
100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari
seluruh kasus kanker.
Siklus Sel Normal
Siklus Sel Normal
Tumor

Tumor jinak (benigna) Tumor ganas (maligna)


Metabolisme Sel Neoplasma
Anatomi Colon
Neoplasma Jinak Colon

Polip berasal dari epitel mukosa dan merupakan


neoplasma jinak terbanyak di kolon dan rectum.
Tipe-tipe Polip
Neoplasma Ganas (Cancer)
Colon
Karsinoma kolon mulai berkembang di mukosa dan
tumbuh menembus dinding dan meluas secara sirkuler
kearah oral dan aboral.
Patofisiologi Tumor Ganas
Colon
Patofisiologi Tumor Ganas
Colon
Etiologi
Diet

Faktor
genetik

Tumor
Colon Merokok dan
Alkohol
Keterbatasan
Aktivitas dan
Obesitas

Obat-obatan
dan hormon
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Colok Dubur

Endoskopi CT Colonography
Enema Barium
Tatalaksana
Stadium Terapi

Stadium 0 Eksisi lokal atau polipektomi sederhana


Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak memenuhi
(TisN0M0)
syarat eksisi lokal

Stadium I Wide surgical resection dengan anastomosis tanpa kemoterapi


(T1-2N0M0) ajuvan

Stadium II Wide surgical resection dengan anastomosis


Terapi ajuvan setelah pembedahan pada pasien dengan risiko
(T3N0M0, T4a-bN0 M0)
tinggi

Stadium III Wide surgical resection dengan anastomosis


(T apapun N1-2M0) Terapi ajuvan setelah pembeda

Reseksi tumor primer pada kasus kanker kolorektal dengan


Stadium IV metastasis yang dapat direseksi
(T apapun, N apapun M1) Kemoterapi sistemik pada kasus kanker kolorektal dengan
metastasis yang tidak dapat direseksi dan tanpa gejala
Terapi Endoskopi
Terapi endoskopik dilakukan untuk polip kolorektal, yaitu lesi mukosa
kolorektal yang menonjol ke dalam lumen.

Panduan American College of Gastroenterology menyatakan bahwa:


Polip kecil harus dibuang secara utuh.
Jika jumlahnya banyak (lebih dari 20), harus dilakukan biopsi representatif.
Polip pendukulata besar biasanya mudah dibuang dengan hot snare.
Polip sesil besar mungkin membutuhkan piecemeal resection atau injeksi submukosal
untuk menaikkan mukosa dari tunika muskularis propria agar dapat dilakukan endoscopic
mucosa resection (EMR).
Eksisi Lokal (Polipektomi Sederhana)
Eksisi lokal dilakukan baik untuk polip kolon
maupun polip rektum.
Polipektomi endoskopik harus dilakukan apabila
struktur morfologik polip memungkinkan.
Sebagian besar polip kolorektal dapat diterapi dengan
polipektomi endoskopik, baik dengan biopsy forceps
maupun snare polypectomy. Hampir semua polip
bertangkai dan sebagian polip sesil dapat dibuang
dengan electrocautery snare.
Terapi bedah
Kolektomi
dan reseksi
KGB
regional
en-Bloc

Bedah
laparoskopik
pada kanker
kolorektal

Tindakan
bedah untuk
kanker
metastatik
Kolektomi dan reseksi KGB regional en-Bloc

Teknik ini diindikasikan untuk kanker kolon yang masih dapat direseksi
(resectable) dan tidak ada metastasis jauh.

Luas kolektomi sesuai lokasi tumor, jalan arteri yang berisi kelenjar getah
bening, serta kelenjar lainnya yang berasal dari pembuluh darah yang ke
arah tumor dengan batas sayatan yang bebas tumor (R0).

Bila ada kelenjar getah bening yang mencurigakan diluar jalan vena yang
terlibat sebaiknya direseksi.

Reseksi harus lengkap untuk mencegah adanya KGB positif yang tertinggal
(incomplete resection R1 dan R2).
Kolektomi dan reseksi KGB regional en-Bloc

Reseksi KGB di area asal pembuluh harus diidentifikai untuk


KGB harus pemeriksaan patologis. KGH yang positif secara
mengikuti klinis di luar lapangan reseksi yang dianggap
kaidah- mencurigakan, harus dibiopsi atau diangkat
kaidah
sebagai KGB positif yang tertinggal menunjukkan reseksi
berikut: inkomplit (R2)

Minimal ada 12 KGB yang harus diperiksa untuk


menegakkan stadium N.
Bedah laparoskopik pada kanker kolorektal

Keuntungan bedah laparoskopik dalam


jangka pendek dibandingkan open
colectomy :

penurunan kehilangan darah intraoperatif,


asupan oral yang lebih cepat
rawat inap yang lebih singkat

Bedah laparoskopik sebaiknya hanya


dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman dalam melakukan teknik
tersebut.
Tindakan bedah untuk kanker metastatik

Pada KKR stadium 4 dengan


metastasis hati dan atau paru, reseksi
merupakan pilihan yang terbaik
Tumor primer resektabel dan dengan catatan tumor primer masih
metastasis resektabel dapat direseksi

Pada keadaan seperti ini, dapat


Tumor primer resektabel dan dilakukan reseksi tumor primer
dilanjutkan dengan kemoterapi
metastasis tidak resektabel
untuk metastasisnya.

Kombinasi kemoterapi dan


Tumor primer tidak resektabel,
pembedahan atau radiasi paliatif
metasatasis tidak resektabel merupakan penanganan standar
untuk pasien dengan KKR
metastasis. Pada kasus dengan
penyakit metastasis yang tidak
resektabel maka terapi pilihannya
adalah kemoterapi sistemik.
Terapi Sistemik

Kemoterapi untuk kanker kolorektal dilakukan dengan berbagai pertimbangan,


antara lain:

stadium penyakit,
risiko kekambuhan
performance status

Terapi ajuvan direkomendasikan untuk KKR stadium III dan stadium II yang
memiliki risiko tinggi.

Yang termasuk risiko tinggi adalah:

jumlah KGB yang terambil <12 buah,


tumor berdiferensiasi buruk,
invasi vaskular atau limfatik atau perineural;
tumor dengan obstruksi atau perforasi.

Kemoterapi ajuvan diberikan kepada pasien dengan WHO performance status


(PS) 0 atau 1. Selain itu, untuk memantau efek samping, sebelum terapi perlu
dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin), serta elektrolit darah.
KESIMPULAN
Polip pada kolon berasal dari epitel mukosa dan merupakan
neoplasma jinak terbanyak di kolon dan rectum. Terdapat polip
yang bertangkai dan tidak bertangkai. Diantara polip kolon ada
yang berpotensi ganas. Pada tahap lanjut, sebagian besar
karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna.
Karsinoma kolorektal merupakan penyakit ketiga terbanyak di
dunia. Insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per
100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari
seluruh kasus kanker.
Skrining karsinoma kolorektal memegang peranan yang sangat
penting. Skrining yang adekuat terbukti menurunkan angka
kematian akibat dari karsinoma kolorektal. Bila sudah terjadi
metastasis, prognosis menjadi buruk dan angka survival menurun
drastis. Berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat
ini memungkinkan kesempatan untuk terapi adjuvan untuk
penderita stadium lanjut atau pada kejadian kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Kanker Kolorektal. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 172 hlm.
2. Tambayong, J. Patofisiologi untuk keperawatan. Monica Ester EGC.
2000. Jakarta: viii + 211 hlm.
3. American Joint Committee on Cancer. Colon and Rectum. 2006. 107
118 hlm.
4. Larasati, S. Regulasi Siklus Sel. Cancer Chemoprevention Research
Center. 8 hlm.
5. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathology. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders: 2013.
6. Anatomy, Histology, Embryology, and Developmental Anomalies of the
Small and Large Intestine. Diakses pada 28 Juni 2017; 13:40 WIB. 7.
Hamilton, S.R., B. Vogelstein., S. Kudo., E. Riboli., S. Nakamura., P.
Hainaut., C.A. Rubio., L.H. Sobin., F. Fogt., S.J. Winawer., D.E.
Goldgar & J.R. Jass. Tumours of the colon and rectum. 104143 hlm.
7. https://clinicalgate.com/anatomy-histology-embryology-and-
developmental-anomalies-of-the-small-and-large-intestine/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai