Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen. Klasifikasi Trauma Kulit Kepala Cedera kulit kepala dapat mengakibatkan suatu abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi. Karena banyaknya pembuluh darah, kulit kepala dapat mengalami perdarahan sangat banyak ketika cedera. Luka kulit kepala merupakan entri portal untuk infeksi intracranial Fraktur Tengkorak Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontuinitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma yang terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka atau tertutup berdasarkan rusaknya duramater. Manifestasi Klinik Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur Fraktur kubah intracranial menyebabkan pembengkakan pada sekitar fraktur Fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus paranasal pada os frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering menimbulkan hemoragi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah conjungtiva. Suatu area ekimosis mungkin terlihat di atas mastoid (tanda Battle). Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga (otorea CSS) dan hidung (rinorea CSS). CEDERA OTAK KOMMOTIO CEREBRI/CONCUTIO CEREBRI Bentuk ringan dari cedera otak Terjadi disfungsi neurologic sementara dan bersifat dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran Jika ada penurunan kesadaran mungkin hanya beberapa detik/menit Pasien mengalami disorientasi dan bingung waktu relative singkat. Observasi pasien terhadap sakit kepala, pusing, peka rangsang dan ansietas. KONTUSIO SEREBRAL Merupakan cedera otak yang lebih parah. Otak mengalami memar dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode tidak sadarkan diri Gejala tergantung lokasi dan luasnya lesi Individu dengan cedera luas yang mengalami fungsi motorik abnormal, gerakan mata abnormal, dan peningkatan TIK mempunyai prognosis yang buruk HEMORAGI INTRAKRANIAL Hemoragi yang terjadi di dalam kubah cranial adalah akibat paling serius dari cedera kepala. Hematoma epidural, subdural atau intraserebral tergantung lokasinya. Hematoma Epidural Darah terkumpul pada ruang epidural antara tulang tengkorak dan duramater yang sering diakibatkan putusnya atau rusaknya (laserasi) arteri meningeal tengah. Hemoragi ini menyebabkan penekanan pada otak. HEMATOMA SUBDURAL Darah berkumpul diantara duramater dan dasar otak, suatu ruang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hemoragi subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural. Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik bergantung ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. HEMATOMA INTRASEREBRAL Perdarahan ke dalam substansi otak yang terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (luka tembak, luka tusuk) mungkin juga diakibatkan oleh hipertensi sistemik, aneurisma atau anomaly vaskuler. Diagnostik Pasca Perawatan Minimal (simple head injury) GCS 15, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada amnesia pasca trauma, tidak ada defisit neurologi Cedera kepala ringan GCS 13-15, CT scan normal, pingsan <30 menit, tidak ada lesi operatif, rawat RS <48 jam, amnesia pasca trauma <1jam Cedera kepala sedang GCS 9-12 dan dirawat >48 jam, atau GCS >12 akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau CT scan abnormal, pingsan >30 menit-24 jam, amnesia 1-24 jam. Cedera kepala berat GCS <9 yang menetap dalam 48 jam sesudah trauma, pingsan >24 jam, amnesia pasca trauma >7 hari. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL.pdf Konsekuensi dari PTIK adalah terjadinya herniasi. Herniasi tentorium lateral pada lobus temporal akan menekan formasi retikularis yang menyebabkan gangguan kesadaran. Kompresi nervus dan nukleus okulomotorius pada otak tengah menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral terfiksasi. Herniasi tentorium sentral, edema serebri yang difus, atau herniasi lateral yang diabaikan akan mengakibatkan herniasi ke arah vertikal melalui hiatus tentorium. Terjadi penurunan kesadaran, pupil awalnya kecil terfiksasi kemudian melebar. Cedera kepala mempengaruhi setiap sistem tubuh Manfestasi klinik: gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, perubahan tanda-tanda vital. Mungkin ada gangguan penglihatan, pendengaran, disfungsi sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang. Penatalaksanaan Tindakan terhadap peningkatan TIK Observasi tanda-tanda peningkatan TIK (bradikardi, peningkatan TDS, tekanan nadi melebar). Bila TIK meningkat, pertahankan oksigenasi adekuat, pemberian manitol, penggunaan steroid, peningkatan kepala tempat tidur, dan kemungkinan intervensi bedah neuro. Tindakan lain: dukungan ventilasi, pencegahan kejang, cairan elektrolit dan keseimbangan nutrisi. Tindakan untuk mengontrol TIK Tinggikan kepala tempat tidur sampai 30o Pertahankan posisi kepala dan leher dalam kesejajaran netral. Lakukan tindakan mencegah manuver valsava (misalnya pelunak feses) Berikan obat sesuai order untuk menurunkan TIK (diuretik, kortikosteroid). Pertahankan suhu tubuh normal. Berikan oksigen Pertahankan pembatasan cairan Hindari stimulus berulang (pengisapan, prosedur yang menimbulkan nyeri) Berikan sedatif untuk menurunkan kebutuhan metabolisme. Komplikasi Edema serebral dan herniasi Puncak pembengkakan yang mengikuti cedera kepala terjadi kira- kira 72 jam setelah cedera. Defisit neurologik dan psikologik (afasia, gangguan memori, kejang post traumatik, emosi labil, perilaku agresif). Komplikasi lain: infeksi sistemik, infeksi bedah). PROSES KEPERAWATAN Pengkajian: Riwayat Kesehatan : waktu terjadinya cedera, arah dan kekuatan benturan, apakah ada kehilangan kesadaran, durasi periode tidak sadar. Pengkajian jalan napas dan pola napas Hipoksia dan hiperkapnia dinilai dengan pemeriksaan AGD. Observasi langsung dengan melihat gerakan dinding dada dan auskultasi paru. Pengukuran vital sign Chusing refleks yang ditandai dengan hipertensi berat, tekanan nadi melebar dan bradikardia merupakan tanda PTIK. Hipotensi dan takikardia merupakan tanda syok hipovolemik, Pemeriksaan Neurologis Cedera korteks serebral menyebabkan perubahan kesadaran dan orientasi. Penurunan kemampuan untuk terjaga/tidur meningkat dan koma disebabkan oleh penekanan pada RAS di batang otak. Pemeriksaan mata PTIK dan hidrosefalus menyebabkan pergerak NIII, IV, VI mengalami penurunan. Kerusakan kiasma optikum atau traktus optik menyebabkan penurunan visus dan diplopia. Pemeriksaan motorik Postur deserebrasi dan dekortikasi mengindikasikan adanya PTIK. Pengkajian Psikososial Cedera kepala dapat menyebabkan perubahan kepribadian, gangguan memori khususnya memori jangka pendek, ketidakmampuan berkonsentrasi dan mempelajari informasi baru. Pemeriksaan diagnostik: Laboratorium: AGD, darah lengkap, glukosa dan elektrolit. Radiografik: CT-scan, x-ray Diagnosa Keperawatan Pola napas tidak efektif Konfusi akut Penurunan kapasitas adaptif intrakranial Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif Pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurologis NOC: status respirasi: ventilasi NIC: Manajemen airway; monitoring respirasi Menunjukkan pola napas Monitor respirasi, catat pola respirasi dengan AGD dbn Melaporkan kemampuan Atur posisi HOB 30 derajat bernapas dengan nyaman Mendemonstrasikan pursed-lip Auskultasi bunyi napas breathing Pertahankan jalan napas paten dengan batuk atau suction Kaji kemampuan untuk mempertahankan jalan napas (batuk, gag refleks) Ajarkan purse-lip breathing dan teknik mengatur pernapasan Berikan oksigen sesuai yang diorderkan Confusi akut b.d delirium, dimensia Tujuan: Pasien alert, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang NOC: orientasi kognitif, NIC: Manajemen delirium, orientasi realitas, status neurologis: kesadaran Status kognitif Evaluasi kemungkinan penyebab delirium (obat, lingkungan, kurang tidur) Orientasi waktu, tempat, Monitor status neurologis orang Perilaku motorik sesuai Orientasikan pasien jika memungkinkan
Mempertahankan kapasitas Gunakan pendekatan yang tenang, komunikasi
fungsional dan penjelasan singkat Lakukan perawatan supportive termasuk kebutuhan dasar (makan, toileting dan hidrasi) Berikan obat yang dapat mengurangi delirium Tentukan kebutuhan konsultasi psikiatri Penurunan kapasitas adaptif intrakranial Faktor yang berhubungan: cedera otak, penurunan perfusi serebral 50-60 mmHg, peningkatan TIK secara kontinu 10-15 mmHg Tujuan: Pasien menunjukkan status neurologis yang tidak mengarah pada PTIK NOC: Status neurologis NIC: Manajemen edema serebral Kemampuan kognitif Monitor tanda vital Fungsi motorik/sensorik kranial Monitor status neurologis dengan GCS Tekanan intrakranial Pertahankan ICP <20 mmHg dan CPP >60 mmHg Pola napas Elevasi HOB 30 derajat Tekanan nadi Pertahankan normotermia Tekanan darah Berikan bolus manitol sesuai protokol Denyut nadi Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
Tujuan: perfusi jaringan serebral dalam parameter normal
NOC: Perfusi jaringan serebral, ditandai dengan indikator sebagai berikut (skala 1 5). Fungsi neurologi Tekanan intrakranial Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Status neurologis, ditandai dengan indikator sebagai berikut (skala 1 5) Sadar Fungsi sensorik/motorik kranial Fungsi otonom Tekanan intrakranial Ukuran pupil Tekanan darah, nadi, pernapasan, hipertermia Orientasi kognitif NIC: Neurologis Monitoring Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan reaksi pupil Monitor tingkat kesadaran Monitor tingkat orientasi Monitor recent memori, perhatian, past memori, mood, perasaan dan perilaku Monitor tanda-tanda vital : suhu, tekanan darah, nadi dan pernapasan Monitor status respirasi : analisa gas darah, pulse oksimetri, kedalaman, pola, rate dan usaha pernapasan Monitor kesimetrisan wajah Monitor gangguan penglihatan : diplopia, nistagmus, penglihatan kabur dan ketajaman penglihatan Catat keluhan sakit kepala Monitor respon babinski Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial NIC: Peningkatan Perfusi Serebral Konsultasikan ke dokter tentang perubahan parameter hemodinamik dan pertahankan parameter hemodinamik dalam rentang normal. Induce Hipertensi dengan volume expander, agen inotropik atau vasokonstriktor. Monitor perubahan perfusi oksigen jaringan (PaCO2, saturasi O2, hemoglobin dan cardiac output). Hitung dan monitor CPP Pertahankan nilai glukosa serum dalam rentang normal Kolaborasikan dengan dokter untuk menentukan tinggi kepala tempat tidur yang optimal (seperti 0, 15 atau 30 derajat) dan monitor respon pasien terhadap posisi kepala Monitor status neurologis Monitor intake dan output. EBN Evaluasi status neurologis yang sangat penting adalah mengkaji tingkat kesadaran. Perubahan tingkat kesadaran merupakan indikator yang sangat sensitif dan merupakan indikator pertama kemunduran status neurologis (Noah, 2004). GCS meerupakan metode yang reliabel untuk mengkaji tingkat kesadaran. Posisi backrest dengan elevasi kepala 30 derajat merupakan tindakan yang efektif dalam menurunkan tekanan intrakranial dan meningkat tekanan perfusi serebral, pada pasien trauma kepala tertutup (Winkelman, 2000) Pendidikan Kesehatan Jika pasien tidur, bangunkan setiap 3 atau 4 jam dalam 2 hari pertama. Tanyakan nama, lagi dimana dan nama caregiver. Jika pasien mengalami nyeri kepala, mual atau pusing <24 jam, gejala bertambah dan tidak mengalami perbaikan hubungi dokter atau kembali ke rumah sakit. Berikan acetaminofen (Tylenol) setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan jika mengalami sakit kepala. Hindari sedatif, pil tidur atau alkohol dalam 24 jam pertama kecuali diresepkan. Jangan melakukan aktivitas yang berlebihan pada 48 jam pertama. Hindari blowing (meniup) hidung atau membersihkan telinga pada 48 jam pertama. Anjurkan pasien kembali ke rumah sakit jika muncul gejala: penglihatan buram, keluar cairan dari hidung/telinga, mengalami kelemahan, kesulitan berbicara, mengantuk terus menerus, muntah, nyeri kepala memburuk dan ukuran pupil yang tidak sama.