Anda di halaman 1dari 9

FITRI ANITA SARI 1414141003

Status Hematologi Sapi Bali melalui Uji PCV


Di Laboratorium Kesmavet
Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Metode Kerja

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
Latar Belakang
1. Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatnya pengetahuan dan teknologi di bidang
peternakan.

2. Jenis sapi yang umum dipelihara yaitu jenis sapi bali yang merupakan hewan ruminansia yang mempunyai ciri
khas tersendiri

3. Sebagai hewan yang diunggulkan, sapi bali mempunyai mutu yang tinggi, dan nilai mutu ini ditentukan oleh
faktor fisik dan genetik. Faktor genetik ditentukan oleh keadaan fisiologis sapi itu sendiri, dan keadaan
fisiologis dapat dilihat atau ditentukan dari profil darahnya.

4. Darah merupakan komponen penting yang memenuhi tubuh ternak, namun dilain hal darah juga rentan
sebagai media penyebaran penyakit.

5. Pemeriksaan darah ternak ruminansia biasa disebut dengan istilah hematologi. Yang umum dan biasa
dilakukan yaitu uji PCV.

6. Uji PCV biasa juga disebut dengan penentuan nilai hematocrit, yang artinya perbandingan antara eritrosit dan
plasma darah yang dinyatakan dalam persen volume
Bagaimana cara menetapkan nilai hematocrit

Rumusan (PCV) pada sampel darah sapi bali


Bagaimana kondisi kesehatan sapi bali yang
Masalah memiliki nilai hematocrit rendah dan nilai
hematocrit tinggi

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

Tujuan mengetahui status hematologi sapi bali melalui uji


PCV
METODE KERJA
ALAT BAHAN

roller mixer centrifuge pipa kapiler

Darah EDTA

micro hematocrit plastisin


PROSEDUR KERJA
Tabung yang berisi sampel darah yang telah
dicampur dengan antikoagulant dikocok dan
diaduk diatas mesin roller mixer selama 3 menit
atau lebih.

Ambil darah dengan


Menghitung PCV, sampel
menyentuhkan pipa kapiler
yang diukur adalah sel
pada tabung yang berisi
darah merah (eritrosit)
darah dengan posisi
dengan menggunakan
horizontal, darah akan
alat penghitung
mengalir kedalam pipa.
hematocrit (mikro
Tunggu sampai volume 4/5
hematocrit),
penuh.

Masukkan kedalam
centrifuge dengan posisi
tabung tertutup sebelah
Tabung diangkat dari luar dan yang terbuka
centrifuge, dan siap untuk kearah dalam kemudian
menghitung PCV centrifuge dihidupkan
selama 5 menit pada
kecepatan 15.000 rpm.
HASIL DAN PEMBAHSAN

Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan


antara lain anemia, hemoragi, kerusakan sumsum tulang belakang,
kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, rheumatoid dan
arthritis. Nilai hematokrit yang tinggi sebaliknya mengindikasikan
dehidrasi eritrositosis, polisitemia vena. Adapun faktor yang
menyebabkan perubahan status hematologi ternak yaitu dari segi
pakan. Menurut Hoffbrand dan Pettit (1987) bahwa oleh karena
sangat besar jumlah sel darah yang harus di produksi setiap hari,
maka sumsum memerlukan banyak prekursor untuk mensintesis sel
baru dan sejumlah besar hemoglobin. Golongan zat yang dibutuhkan
dalam pembentukan darah adalah : 1) logam : besi, mangan dan
kobalt, 2) vitamin : cianokobalamin, folafat, piridoksin, tiamin,
riboflavin, asam pantotenat, vitamin C dan vitamin E, 3) asam
amino, 4) hormon : erithropoietin, androgen dan tiroksin. Mineral Ca
dan Vitamin K diperlukan dalam pembekuan darah
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa status hematologi sapi bali dapat
dilakukan melalui uji PCV. Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui apakah hewan yang diperiksa tergolong
normal atau tidak, yaitu dengan membandingkan hasil uji tersebut dengan nilai standar untuk tiap-tiap jenis hewan,
seperti pada sapi bali nilai hematocrit (PCV) normalnya berkisar 24-46%. Dari 10 sampel yang diuji terdapat 6
sampel yang dinyatakan normal yaitu pada kode sampel 2, 3, 5, 7, 8, 10 dan terdapat 4 sampel yang dinyatakan tidak
normal yaitu pada kode sampel 4 dan 6 nilai hematokritnya rendah, pada kode sampel 1 dan 9 nilai hematokritnya
tinggi. Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragi, kerusakan
sumsum tulang belakang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, rheumatoid dan arthritis. Nilai
hematokrit yang tinggi sebaliknya mengindikasikan dehidrasi eritrositosis, polisitemia vena. Adapun faktor yang
menyebabkan perubahan status hematologi ternak yaitu dari segi pakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai