Anda di halaman 1dari 18

REVOLUSI

HIJAU dan
Pelaksanaanya
di INDONESIA

Kelompok 14
Nama Kelompok:
Andychah Ibnu Abdillah (05)

Meylina Putri Aditya Rachma (20)

XII IPS 02
Sejarah Revolusi Hijau
Sejarah Revolusi Hijau diperkenalkan pertama kali oleh William Gaud pada 1968. Mantan Direktur
USAID, lembaga donor milik pemerintah Amerika Serikat ini, membandingkan masifnya perubahan di bidang
pertanian itu dengan Revolusi Merah di Soviet dan Revolusi Putih di Iran, dua perubahan besar secara politik di
dua negara musuh bebuyutan Amerika Serikat itu.
Perubahan yang oleh Gaud disebut revolusi itu dimulai dari Meksiko. Negara di Amerika Latin ini
mengubah sistem pertaniannya secara radikal pada 1945. Salah satu alasannya adalah karena berbanding
terbaliknya pertambahan jumlah penduduk dengan kapasitas produksi gandum. Penduduk terus bertambah
sementara produksi gandum terus berkurang. Mereka pun menggenjot pertaniannya melalui riset, penyuluhan, dan
pembangunan infrastruktur yang didanai beberapa lembaga besar lainnya. Hasilnya, dari semula mengimpor
gandum pada 1943, negara ini bisa memenuhi kebutuhan gandumnya pada 1956. Delapan tahun kemudian,
Meksiko bahkan sudah mengekspor gandum ke negara lain.
Karena perubahan itu dianggap berhasil maka beberapa lembaga besar kemudian membawa teknologi
yang sama ke berbagai dunia. Kalau di Meksiko mereka fokus pada gandum, maka di belahan dunia lain mereka
fokus pada padi. Salah satunya dengan mendirikan International Rice Research Institute (IRRI) di Los Banos,
Filipina. Dari pusat riset padi ini lahir padi varietas baru bernama International Rice (IR) seperti IR 64 dan IR 36
yang disebar ke dunia, termasuk Indonesia. Produk mereka inilah yang menjangkau hampir separuh penduduk
dunia dan kemudian menggantikan padi lokal, termasuk di Indonesia.
IRRI yang mempunyai kantor perwakilan di 14 negara mulai bekerjasama dengan Indonesia pada tahun
1972, melalui Balai Litbang Pertanian Departemen Pertanian (Deptan). Deptan yang seharusnya jadi kepanjangan
tangan pemerintah ternyata kemudian hanya jadi kepanjangan tangan korporasi dan lembaga internasional.
Latar Belakang Revolusi Hijau
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan
yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan
peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan
usaha pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.
Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan
masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya
swasembada beras. Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis
baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok,
yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga
sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Gerakan ini berhasil
menghantarkan Indonesia pada swasembada beras. Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di
negara negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.
Pelaksanaan Revolusi Hijau di
Indonesia
Revolusi Hijau di Indonesia di mulai sejak berlakunya UU Agraria pada
tahun 1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga di
Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman. Dalam perkembangan
kemudian , pada masa Orde Baru, program Revolusi Hijau digunakan sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama
produksi beras. Revolusi Hijau ini dilaksanakan sebagai secara sistematis,
terprogram, dan terus menerus sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu
meningkatkan swasembada pangan yaitu penghasil beras sehingga Presiden
Soeharto mendapat penghargaan Nobel.
Usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk meninggatkan
swaembada pangan nasional yaitu:

a. Program Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi beras.


b. Program Intensifikasi Massal (Inmas) yang merupakan kelanjutan Bimas.
c. Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakan upaya peningkatan
produksi per unit.
d. Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus) yang dapat meningkatkan
swasembada beras.

Program-program di atas dikembangkan melalui intensifikasi


pertanian,ekstensifikasi pertanian,diversifikasi pertanian,mekanisme pertanian dan
rehabilitasi pertanian.
Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi pertanian adalah upaya untuk meningkatkan hasil pertanian. Dengan cara
memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar,
daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfaatkan.
Inteensifikasi pertanian di indonesia dikenal dengan nama Pancausaha Tani dan
Saptausaha tani.
1. Pancausaha Tani
konsep pancausaha tani yang dimaksud sebagai berikut:
a) Pemilihan bibit unggul
b) pengolahan lahan
c) Pengaturan irigasi
d) Pemupukan
e) pemberantasan hama dan bibit penyakit
Konsep Pancausaha tani

Pemilihan bibit unggul pengolahan lahan


Pengaturan irigasi Pemupukan

pemberantasan hama
dan bibit penyakit
2. Saptausaha Tani
pemerintah mengembangkan Saptausaha tani yang sebenarnya
merupakan gabungan dari Pancausaha tani ditambah dengan kegiatan
Pascapanen dan Pemasaran yang baik.

a) Pascapanen
adalah kegiatan yang dilakukan para petani setelah melakukan
panen. Contoh: Menanam jenis tanaman yang berbeda
(selain tanaman pokok) yang umurnya pendek.
Hal ini ditujukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Selain itu, juga
dapat menambah penghasilan petani selagi menunggu masa pascapanen.

b) Pemasaran yang baik


pemasaran yang baik termasuk hal yang penting dalam
saptausaha tani. Karena percuma sa jika hasil panennya baik jika
pemasaran kurang maka akan merugikan petani.
Ekstensifikasi pertanian
Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk
menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat
dilakukan dengan dua cara,yaitu:
1. Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani
juga beternak ayam dan beternak ikan ( tambak ikan).
2. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan
selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang, penanaman rumput untuk makan
ternak, menanam sayuran organik.
Mekanisme pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil
pertanian dengan menggunakan mesin-mesin
pertanian modern. Mekanisasi pertanian
banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang
memiliki lahan pertanian luas. Pada program
mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan
hewan bukan menjadi tenaga utama
Contoh: Menggunakan traktor untuk
membajak sawah
Rehabilitasi pertanian

Adalah usaha pemulian produktivitas


sumber daya pertanian yang kritis, serta daerah
rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat di daerah tersebut.
Dengan usaha memperbaiki lahan
pertanian yang semula tidak produktif atau sudah
tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau
mengganti tanaman yang sudah tidak produktif
menjadi tanaman yang lebih produktif.
Contoh: Menanami ladang tandus dengan
pepohonan.
Pelaksanaan program penerapan Revolusi Hijau di Indonesia

Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.


Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering perkembangan teknologi
dan komunikasi.
Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu menanami
lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan yang
tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu.
Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi Internasional
(IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama dengan pemerintah, bibit
padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan komersialisasi.
Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan pembagunan industri
pupuk nasional.
Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD (Koperasi Unit Desa).
Dampak Revolusi Hijau bagi Masyarakat Indonesia pada
Masa Orde Baru

Kebijakan modernisasi pertanian di Indonesia pada masa Orde Baru, yang sering
dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau merupakan proses memodernisasikan
pertanian gaya lama menjadi pertanian gaya modern dengan melakukan
pengembangan bibit unggul jenis IR dari IRRI. Hal ini telah mengubah pola
pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital ( produksi pangan skala
besar) dan komersial. Untuk mendukung komersial tersebut, dilakukan dengan
cara pembangunan sistam ekonomi modern, pembangunan pabrik pupuk
nasional, dan pendirian Koperasi Unit Desa (KUD).
Pelaksanaan Revolusi Hijau di Indonesia memberikan dampak positif
dan negatif yaitu:
Dampak positif Revolusi
hijau
1) Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih terbuka.
2) Lahan pertanian menjadi luas.
3) Pendapatan para petani mengalami peningkatan, tercapainya
efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan pertanian.
4) Peningkatan kualitas hasil pertanian.
5) Peningkatan kualitas hasil produksi dan penjualan hasil pertanian.
6) Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian
Indonesia.
Dampak negatif Revolusi
hijau
1) Munculnya kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat
perbedaan ekonomi.
2) Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai
memudar.
3) Kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang.
4) Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia permbasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
5) Pencemaran lingkungan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai