Anda di halaman 1dari 27

Glaucoma Structural and Functional

Progression in American and Korean


Cohorts
Tujuan: untuk membandingkan perkembangan kemajuan glaukoma
secara stuktural dan fungsional pada kohort di Amerika dan Korea
Desain : Studi Retrospektif Longitudinal
Partisipan: 3014 mata dari 189 orang dengan glaukoma dan yang dicurigai
glaukoma.
Metode : semua subjek diperiksa semimanual dengan pemeriksaan lapang
pandang dan coherence tomografi optical. Semua subjek telah
melakukan kunjungan sebanyak 5 kali atau lebih kunjungan yang dapat
dipercaya.
Hasil Pengukuran Utama: angka perubahan ketebalan lapisan serabut
saraf retina (RNFL), rasio cup/disk (C/D), dan mean deviasi lapang
pandang (VF) yang dibandingkan pada setiap kohort tersebut.
membandingkan variabel-variabel yang berpengaruh dalam perubahan
angka di setiap parameter, termasuk etnis, refraksi, usia awal terjadi dan
beratnya penyakit, subtipe penyakit (glaukoma tekanan tinggi vs normal),
diagnosis klinis (glaukoma vs suspek glaukoma), serta interaksi antara
berbagai variabel tersebut
Hasil: Kohort di Korea pada umumnya didominasi glaukoma tekanan normal,
sebaliknya di Amerika umumnya didominasi glaukoma tekanan tinggi. Kedua
kohort tersebut memiliki parameter lapang pandang yang sama, namun
pada mata orang korea angka mean lapisan serabut saraf retinanya (RNFL)
lebih tipis, dan C/Dnya besar (mean :-0.71um/tahun vs -0.24um/tahun;
P<0.01). tidak tampak perbedaan yang signifikan dalam perubahan rasio
C/D, lapang pandang, dan parameter-parameter lain pada mata suspek
glaukoma dalam kohort di kedua negara tersebut. Kombinasi berbeda dari
variabel yang diuji secara signifikan mempengaruhi perubahan angka dalam
kohort.

Kesimpulan: etnis, tingkat keparahan penyakit,subtipe penyakit, dan


diagnosis klinis harus diperhatikan dalam membandingkan penelitian
mengenai perkembangan kemajuan glaukoma.
Glaukoma merupakan multifaktorial neuropati optik yang dikarakteristikkan
dengan penurunan sel ganglion retina dan kerusakan saraf otik secara
progresif yang berhubungan dengan defek lapang pandang (VF).
Pengenalan awal pencitraaan ocular dalam tatalaksana klinis pada
pasien glaukoma dapat mendeteksi perubahan struktural dalam skala
kecil, dan menimbulkan ketertarikan secara besar di bidang kemajuan
deteksi glaukoma
Walaupun penelitian ini menyajikan paparan khususnya dibidang
mekanisme penyakit dan deteksi klinis, namun pengaruh yang ditimbulkan
akibat perbedaan populasi partisipan dalam penelitian ini belum
sepenuhnya diperhatikan.
Tujuan studi longitudinal ialah untuk membandingkan angka progresivitas
glaukoma struktural dan fungsional pada 2 kohort yang sama dan
melibatkan lokasi geografis yang sangat berbeda dalam komposisi
etnisnya dan tipe glaukomanya.
METODE

Subjek
Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini ialah subjek glaukoma dan
suspek glaukoma dari Pittsburgh Imaging Technology Trial dan klinik
glaukoma Asan Medical Center, Seoul, Korea. Pittsburgh Imaging
Technology Trial merupakan tempat studi penelitian longitudinal prospektif
yang memperkirakan struktur okular dari waktu ke waktu dan dibawa ke
Universitas Pittsburgh Medical Center Eye Center.
Protokol Penelitian
Semua partisipan telah dilakukan pemeriksaan okular lengkap secara
menyeluruh, termasuk riwayat perjalaan penyakit, pengukuran tajam
penglihatan, refraksi, biomikroskopi slit-lamp, tonometri aplanasi Goldman,
gonioskopi, uji lapang pandang (Humphrey Field Analyzer; Zeiss, Dublin,CA)
dan domain spectrum coherence tomography optical (Cirrus HD-
OCT;Zeiss) yang dilakukan apda awal kunjungan dan setiap 6 bulan
setelahnya
Subjek berusia 40 tahun dan diatasnya, memiliki visus 20/60 atau yang
terbaik, memiliki refraksi sferis antara -6.00 dan +6.00 Dioptri (D), dan
memiliki 5 atau lebih kunjungan dengan hasil yang terpercaya
Subjek dieksklusikan dari penelitian jika terdapat riwayat DM, gangguan
gambaran makula patologis, kondisi lain yang mempengaruhi lapang
pandang dan ketebalan retina selain glaukoma, memiliki riwayat trauma
okular atau pembedahan kecuali intervensi yang tidak menimbulkan
glaukoma, pernah melakukan ekstraksi katarak
Subjek dengan penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi retina
juga dieksklusikan dari penelitian ini
Diagnosis Klinis
Mata didefinisikan memiliki glaukoma tekanan tinggi (HTG) jika terdapat
defek lapang pandang glaukomatous pada kunjungan awal, mengalami
kenaikan tekanan intraokular >21mmHG dan cup head saraf optik
(ONH)>0,6 atau deteksi klinis adanya defek pada lapisan serabut saraf.
Mata dengan glaukoma tekanan normal dilibatkan jika kriteria diskus
optikus dan lapang pandangnya sesuai dengan kriteria glaukoma tekanan
tinggi, kecuali tekanan intraokularnya, yaitu <21mmhg.
Uji Lapang Pandang
Semua subjek dibawah pengujian perimetri (SITA standard; Humphrey Field
Analyzer;Zeiss). Uji lapang pandang yang berkualifikasi memiliki< 30% loss
fiksasi, respons false-positive atau false-negative. Mean deviasi (MD) juga
digunakan untuk analisis.
Spectral-Domain Optic Coherence Tomografi
Semua subjek dibawah pengujian Spectral-Domain Optic Coherence
Tomografi yang menggunakan Optik Disk Cube 200 x200 untuk
memperoleh ukuran ketebalan lapisan serabut saraf retina (RNFL).
Definisi Progresivitas
Kemajuan struktur, yang dideteksi dengan OCT (Optical Coherence
Tomography), ditetapkan melalui 2 metode independen.
Kemungkinan kemajuan tersebut disadari sebagai suatu kemajuan saat
pengukuran ketebalan lapisan serabut saraf retina (RNFL), Atau analisis
kemajuan rasio C/D. pada analisis linear (LME), secara statistik kurva
negativ bermakna (p<0.05) dengan menggunakan model LME saat usia
awal progresivitas tersebut terjadi.
Kemajuan fungsional diperkirakan secara analisis berdasarkan laporan dari
GPA, Kemungkinan tersebut disadari sebagai suatu kemajuan ketika hal ini
terjadi pada akhir kunjungan
Analisis Statistik
Karakteristik awal membandingkan antara kohort Korea dan Amerika dengan
menggunakan pertanyaaan umum untuk mencari hubungan antara kedua mata
pada subjek yang telah ditentukan.
maka untuk menghitung usia awal terjadi digunakan analisis metode linear.
Unutk membandingkan variabel mana yang mempengaruhi parameter pada
seluruh populasi,
Analisis model kovarian digunakan untuk etnis,
refraksi (dilaporkan spheris yang equivalent),
usia awal terjadi dan beratnya penyakit (direfleksikan berdasarkan level awal dari
individu yang diukur),
subtipe penyakit (glaukoma tekanan tinggi atau glaukoma tekanan normal),
diagnosis klinis (glaukoma atau suspek glaukoma).
Hasil
Karakteristik dari studi populasi disimpulkan pada tabel 1. Kohort di Amerika
melibatkan 81 mata glaukoma dan 45 mata suspek glaukoma dari 69
subjek; untuk kohort di Korea melibatkan 91 mata glaukoma dan 96 mata
suspek glaukoma dari 120 subjek.
Kohort di Amerika melibatkan orang kulit putih (84%) dan kulit hitam (16%)
dan orang-orang tersebut 96% dengan glaukoma tekanan tinggi
kohort di Korea melibatkan subjek eksklusif orang Korea asli dan didominasi
dengan glaukoma tekanan normal (87%).
Untuk usia awal mula terjadinya kohort di Korea tampaknya lebih sering
terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan orang pada kohort di
Amerika, dan juga memiliki lapisan serabut saraf retina (RNFL) yang lebih
tebal dan rasio C/D yang lebih besar
Tidak ada perbedaan lapang pandang dan kelainan refraksi antara kedua
kohort tersebut.
Analisis Progresivitas (GPA)
Analisis kemajuan lapang pandang (GPA) pada kohort Amerika
mengidentifikasi 17 mata yang mengalami kemajuan dari kelompok
glaukoma dan 2 mata dari suspek glaukoma (7 mata tidak layak dinilai
kemajuannya dikarenakan mata tersebut berkembang ke arah yang lebih
parah).
Pada kohort Korea, 22 mata yang mengalami kemajuan dideteksi terjadi
pada kelompok glaukoma dan 6 mata dideteksi pada suspek glaukoma.
Tidak ada perbedaan signifikan pada kedua kohort dalam jumlah mata
yang mengalami kemajuan.
32 mata pada kohort Korea mengalami kemajuan dalam lapisan serabut
saraf retina (RNFL), 18 dengan menggunakan analisis profil kemajuan, 52
menggunakan analisis ketebalannya, dan 3 dengan menggunakan rasio
C/D.
pada kohort di Amerika angka mata yang mengalami kemajuan ialah
85,5,10 dan 3. Tidak terdapat kemajuan pada kohort di Korea yang
menggunakan 4 parameter pada 66.3% mata orang Korea, dan hanya
32.5% yang tidak mengalami kemajuan pada mata orang Amerika.
Pengaruh Model Linier Campuran
Membandingkan perubahan antara 2 kohort glaukoma, maka kohort
Korea lebih cepat mengalami penipisan RNFL
Tidak terdapat perbedaan yang dideteksi pada perubahan lapang
pandang dan rasio C/D diantara 2 kohort glaukoma tersebut.
Perbandingan antara kedua kohort tersebut secara signifikan tidak
memberikan hasil yang berbeda
Hal ini mengartikan bahwa terjadi perbedaan perubahan yang bevariasi
antara glaukoma dan suspek glaukoma untuk orang Asia, orang kulit
hitam, dan orang kulit putih.
Diskusi

secara longitudinal, mata glaukoma pada orang Korea memiliki


perubahan yang meningkat pada ketebalan lapisan serabut saraf retina
(RNFL) jika dibandingkan dengan kohort Amerika.
Persentase wanita lebih tinggi pada kohort Amerika, namun sejumlah
penelitian menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi
terjadinya proses glaucomatous
. Kohort Amerika juga secara signifikan subjeknya berusia lebih tua
dibandingkan kohort Korea, dan oleh karena itu usia dimasukkan kedalam
model statistik yang kami gunakan.
Walaupun parameter fungsional pada kedua kohort sama, kohort Amerika
memiliki lapisan serabut saraf retina (RNFL) yang tipis dan saraf optik yang
lebih kecil cuppingnya dibandingkan mata orang Korea.
Tidak terdapat perbedaan lapang pandang yang signifikan antara kedua
kohort baik yang glaukoma maupun suspek glaukoma. Meskipun terdapat
perbedaan dengan metode OCT GPA, paling sedikit 1 dari 4 parameter
pada kohort Amerika yang dibandingkan dengan kohort Korea.
prevalensi parameter yang mendeteksi kemajuan ditandai mengalami
peningkatan, dengan substansi prevalensi tinggi pada ketebalan lapisan
serabut saraf retina (RNFL) dengan menggunakan analisis map pada mata
orang Amerika, sedangkan pada mata orang Korea prevalensinya tinggi
RNFL nya tinggi dengan menggunakan analisis ketebalan rata-rata.
Perubahan lapisan serabut saraf retina (RNFL) yang dihitung dengan
menggunakan model LME (linier model effect) dilaporkan memiliki hasil
yang sama dengan penelitian sebelumnya, yang bervariasi antara-0.33
sampai -1.26um/tahun untuk NTG (normal tension glaukoma) dan dari -1.18
sampai -2.12 um/tahun untuk HTG (high tension glaukoma).
Mata dengan glaucomatous secara signifikan mengalami perbedaan
struktur antara kohort Amerika dan Korea, namun perbedaan secara
fungisonal tidak ditemukan.
Kesimpulannya, orang Korea dengan mata glaukoma menunjukkan
perubahan yang cepat dalam ketebalan lapisan serabut saraf retina
(RNFL) dibandingkan dengan kelompok yang sama pada kohort Amerika.
Mata dengan suspek glaukoma memiliki perubahan yang sama secara
struktural maupun fungsional pada parameter di kedua kelompok kohort
tersebut.
Faktor-faktor seperti etnis, beratnya penyakit, subtipe penyakit, dan
diagnostik klinis, dan variabel yang berpotensial lainnya harus diperhatikan
dalam melakukan penelitian untuk menilai progresifitas pada glaukoma.

Anda mungkin juga menyukai