Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 1 :

Kezia Irene (6103015001)


Joshua Okta (6103015002)
Sofianna (6103015003)
PENDAHULUAN

Tebu (Saccharum oficinarum L.) merupakan


tanaman penghasil bahan baku gula.
Dalam industri tebu, selain dihasilkan gula
sebagai produk utama, juga dihasilkan produk
samping yang berupa tetes tebu (molase) dan
ampas tebu (bagase) serta limbah buangan
berupa blotong yang belum dimanfaatkan
secara optimal.
Pengolahan limbah perlu dilakukan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan.
Selain itu pemanfaatan limbah juga dapat
memberi keuntungan sampingan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tebu
Tebu merupakan tanaman asli
tropika basah. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah beriklim
tropis. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun.
Tebu tergolong tanaman
perkebunan semusim yang
memiliki sifat tersendiri, yakni
terdapat zat gula di dalam
batangnya.
(Supriyadi, 1992).
LIMBAH TEBU
Blotong

Blotong adalah hasil endapan dari nira kotor


(sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula
pasir) yang disaring di rotary vacuum filter.
Blotong merupakan limbah pabrik gula
berbentuk padat seperti tanah berpasir
berwarna hitam, mengandung air, dan memiliki
bau tak sedap jika masih basah.
(Purwaningsih, 2011 )
Molase
Molase merupakan bahan samping yang
tidak dapat dikristalkan karena
mengandung glukosa dan fruktosa yang
sulit untuk dikristalkan.
Molase masih banyak mengandung gula
dan asam-asam organik sehingga
merupakan bahan baku yang sangat baik
untuk pembuatan bioetanol.
Kadar gula sekitar 10-18% dapat
memberikan hasil yang memuaskan untuk
pembuatan etanol.
Proses pembuatan bioetanol melalui
proses fermentasi.
Mikroorganisme yang berperan yaitu (Simanjuntak, 2009)
Saccharomyces cerevisiae.
Ampas Tebu

Ampas tebu merupakan produk samping


yang dihasilkan dalam proses pengolahan
tebu menjadi gula, yang merupakan residu
dari proses penggilingan tanaman tebu
setelah diekstrak atau setelah dikeluarkan
niranya.
Merupakan produk limbah berserat dan
mempunyai tingkat higroskopis tinggi.
(Agrofarm, 2014)
Proses pembuatan gula dari tebu
(Putra et al., 2013)
Proses pengolahan molase menjadi
bioetanol
Molase

Air Pengenceran

H2SO Penyesuaian pH
Saccharomyc
4
es cerevisiae Pembibitan
Urea
Proses fermentasi
Uap air
Destilasi
Vinasse
Bioetanol
(Putra et al., 2013)
Proses pengolahan ampas tebu
menjadi pakan ternak
Ampas Tebu

Pemasakan dengan
autoclave, 1,5 kg/cm2

Fermentasi dengan kapang T. viride

Ampas pakan
Ternak

(Christiyanto dan Subrata, 2005)


Beberapa Manfaat Ampas Tebu
Ampas tebu memiliki kadar pentosan
cukup tinggi, yaitu sebesar 18,86%
(dengan kadar air sebesar 6,76%)
sehingga memungkinkan ampas tebu
untuk diolah menjadi furfural
Pakan ternak karena memiliki
kandungan lignin yang tinggi, berprotein,
dan seratnya bagus.
Proses Pengolahan Blotong
Menjadi Pupuk Kompos
Blotong, Serasah, Abu Ketel

Campuran bakteri,
fungi, aktinomisetes, Pencampuran
kotoran ayam, kotoran
sapi
Pengkomposan

Analisa
Pembalikkan I pada minggu ke 1
Nisba C/N
(diaduk selama 3 4 jam)
pH

Pembalikkan II pada minggu ke 2 Analisa


(diaduk selama 3 4 jam) Nisba C/N
pH
Analisa
(Leovici,2012) Pembalikkan III pada minggu ke 3 Nisba C/N
(diaduk selama 3 4 jam) pH
Beberapa Manfaat Blotong
Di dalam pembuatan bata beton digunakan
bahan baku semen, pasir, dan blotong setelah
dibakar. Blotong digunakan untuk
mensubstitusi semen sehingga penggunaan
semen dapat dikurangi dan menghasilkan
produk dengan harga lebih murah.
Blotong dapat dimanfaatkan menjadi bahan
baku briket karena memiliki nilai kalor cukup
tinggi 3.319 kkal/kg. Briket merupakan bahan
bakar alternatif pengganti dan termasuk dalam
sumber energi terbarukan.
Kesimpulan
Proses pembuatan gula dari tebu menghasilkan
limbah ampas tebu, blotong, dan molase.
Blotong sebagai limbah dari proses pengolahan tebu
masih memiliki manfaat teutama pada pembuatan
pupuk kompos, briket, dan bata beton.
Ampas Tebu dapat diolah menjadi bahan baku
furfural dan pakan ternak.
Pengolahan limbah dapat mengurangi terjadinya
pencemparan lingkungan.
Ampas tebu dapat diolah menjadi pakan ternak,
blotong dapat diolah menjadi bahan baku briket, dan
molase dapat diolah menjadi bioetanol.
Daftar Pustaka
Agrofarm. 2014. Agar pabrik gula efisien, PTPN X optimalkan ampas tebu.
Agrofarm edisi Rabu, 20 Agustus 2014.
http://www.agrofarm.co.id/read/perkebunan/753/agar-pabrik-gula-efisien-
ptpn-x-optimalkan-ampas-tebu/#.VD-_0WeSyn0 (16 Oktober 2014).

Christiyanto, M. dan A. Subrata. 2005. Perlakuan Fisik dan Biologis pada


Limbah Industri Pertanian terhadap Komposisi Serat. Laporan Kegiatan.
Pusat Studi Agribisnis dan Agroindustri. Lembaga Penelitian. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Leovici, H. 2012. Pemanfaatan Blotong Pada Budidaya Tebu (Saccharum


Officinarum L.) Di Lahan Kering. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Purwaningsih, E. 2011. Pengaruh pemberian kompos blotong, legin, dan


mikoriza terhadap serapan hara N dan P tanaman kacang tanah. Widya
Warta No 02 Tahun XXXV.

Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu Liku-Liku Permasalahannya. Jakarta :


Kanisius.
Putra, A.S., H.R. Hariyadi, H.E. Putra, Djaenudin,
D. Permana, dan K. Pharmawati. 2013. Proses
Produksi Bioetanol dari Limbah Cair Gula dalam
Kaitannya dengan Potensi Sebagai Bahan Bakar
dalam Perspektif Life Cycle Inventory Assessment.
J. Ilmiah Kimia Molekul. 8(2):123-130.

Simanjuntak, R. 2009. Studi Pembuatan Etanol


dari Limbah Gula (Molase). Skripsi. Fakultas
Pertanian USU, Medan.

Anda mungkin juga menyukai