Anda di halaman 1dari 31

Eliza Virginia 145020300111038

Marizya Rukhma S 145020300111040


Kepentingan evaluasi internal terhadap bagaimana
perusahaan mengelola kewajiban perpajakan dengan
efektif dan efisien, sehingga optimalisasi penggunaan
sumber daya dalam memenuhi kewajiban perpajakan
dapat tercapai (meminimalkan kewajiban perpajakan
tanpa melanggar peraturan dan ketentuan perpajakan)
Istilah audit pajak lebih mewakili kepentingan fiskus
dalam melakukan pemeriksaan terhadap ketaatan
wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan dan
memaksimalkan penerimaan negara dari pajak harus
diterima.
audit yang dilakukan secara internal berkelanjutan,
yang menyatu dengan sistem pengendalian
operasional perusahaan , menilai ketaatan pelaksanaan
aturan perpajakan dan teknik pengelolahan transaksi
yang mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa
melanggar aturan-aturannya.
Tujuan : untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh
terhadap pengelolaan kewajiban perpajakan
perusahaan
Ruang lingkup audit ini adalah keseluruhan aspek
perpajakan perusahaan, baik, dalam rangka
meminimalkan pembayaran pajak maupun ketaatan
pelaksanaan kewajiban perpajakan.
Meminimalkan penghasilan kena pajak (taxeble
revenue), menyangkutkan strategi pengelolahan
transaksi pendapatan agar tidak mengandung dampak
perpajakan, baik final maupun tidak final.
Memaksimalkan beban-beban yang diakui dalam
perhitungan pajak (deductible expenses) menyangkut
strategi pengelolaan transaksi dimana setiap beban
terjadi bisa diperhitungkan dalam penentuan besarnya
pajak terutang . Dengan memaksimalkan beban-beban
ini, berarti akan memperbesar faktor prngurangan
penghasilan dalam perhitungan pajak.
Sebagai pemberi kerja , wajib pajak melakukan
pemotongan pph 21 atas gaji/upah yang dibayarkan
kepada karyawannya.
Berdasarkan ketentuan dalam aturan ini, semua
pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak
diakui sebagai beban fiskal senginga tidak bisa
dikurangkan dalam perhitungan dasar pengenaan
pajak.
Tax review dilakukan untuk menelaah dan menilai
bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban perpajakannya. Hasil dari tax review
ini dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana
tingkat ketaatan perusahaan dan memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Untuk menghasilakan hasil yang maksimal tac review
seharusnya dilakukan setiap pelaporan kewajiban
perpajakan tersebut timbuk tidak hanya setiap akhir
tahun.
Pasal 21 : pemotongan pajak atas pengahasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dangan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau pun diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri.
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib
melakukan pemotongan pajak adalah kantor
perwakilan negara asing dan organisasi internasional.
Pasal 26 : atas penghasilan tersebut di bawah ini,
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemeritah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk
usaha tetap , atau permakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada wajib pajak luar negeri.
Pasal 22 : menteri keuangan dapat menetapkan
1. bendahara pemerintah untuk memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari
wajib pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
Pasal 23 : atas penghasilan tersebut di bawah ini
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan atau telah
jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada wajiban pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
1. Besarnya angsuran pajak yang dibayar WP tiap bulan
adalah sebesar PPh yg terutang menurut SPT PPh
tahun pajak lalu dikurangi:
a. PPh yang dipotong dalam Pasal 21 dan 23 serta PPh yang
dipungut dalam Pasal 22; dan
b. PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yg boleh
dikreditkan dalam Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan
dlm tahun pajak.
2. Besarnya angsuran pajak yg harus dibayar WP untuk
bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT
PPh sama dengan besarnya angsuran pajak untuk
bulan terakhir tahun pajak yg lalu.
3. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat
ketetapan pajak untuk tahun pajak yg lalu, besarnya
angsuran pajak dihitung kembali dan berlaku mulai
bulan berikutnya.
4. DJP berwenang untuk menetapkan perhitungan
besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan:
a. WP berhak atas kompensasi kerugian;
b. WP memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. SPT PPh tahun yg lalu disampaikan setelah lewat batas
waktu;
d. WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
PPh;
e. WP membetulkan sendiri SPT PPh yg mengakibatkan
angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan
sebelum pembetulan; dan
f. Terjadi peruahan keadaan usaha/kegiatan WP.
5. MenKeu menetapkan penghitungan besarnya
angsuran pajak bagi:
a. WP baru;
b. Bank, BUMN, BUMD, WP masuk bursa, dan WP lain yang
berdasar ketentuan peraturan perundangan harus
membuat laporan keuangan berkala; dan
c. WP OP pengusaha tertentu dgn tarif paling tinggi 0,75%
dari peredaran bruto.
6. WP OP dalam negeri yg tidak memiliki NPWP dan telah berusia
21 tahun yg bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak yg
ketentuannya diatur dalam PP.
7. Penyetoran PPh 25 harus dilakukan paling lambat Tgl
15 bulan berikutnya, SSP atas setoran tsb harus
disimpan dan memiliki nilai yg sama dengan angsuran
PPh 25 yg telah dilakukan pada buku besarnya.
Pengkreditan PPh 25 pada perhitungan pajak terutang
akhir tahun harus didukung (dilampiri) dengan SSP
PPh 25 dnegan jumlah yang sama.
Pasal 28:
1. Bagi WP dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang terutang
dikurangi dengan:
a. Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan;
b. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
di bidang lain;
c. Pemotongan pajak atas dividen, bunga royalti, sewa, hadiah dan penghargaan, dan
imbalan jasa;
d. Pajak yg dibayar atau terutang atas penghasilan luar negeri yg boleh dikreditkan;
e. Pembayaran yg dilakukan oleh WP sendiri;
f. Pemotongan pajak atas penghasilan.

2. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi


pidana dalam peraturan perundangan di bidang perpajakan tidak boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutang.
Pasal 29:
Untuk meminimalkan pembayaran PPh badan, WP dapat
melakukan pengelolaan kewajiban perpajakan akhir
tahun melalui:
1. Review dan Analisis Pajak Terutang Akhir Tahun PPh
Badan
2. Strategi Menghemat PPh Akhir Tahun
a. Menunda pengakuan penghasilan ke tahun berikutnya
b. meningkatkan/mempercepat pengakuan biaya (kerugian)
dalam tahun berjalan.
3. Menghindari Pajak Lebih Bayar dan Rugi Fiskal
4. Dan langkah-langkah strategis lainnya.
UU No 42 tahun 2009 ttg PPN pasal 3a dan 4
1. Pengusaha yg melakukan:
a. Penyerahan BKP di dalam daerah Pabean yg dilakukan oleh
pengusaha;
b. Impor barang BKP;
c. Penyerahan JKP di dalam daerah Pabean yg dilakukan oleh
pengusaha;
d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
f. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP;
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan
h. Ekspor JKP oleh PKP.
2. Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan
sebagai PKP, wajib melaksanakan ketentuan UU PPN.
3. OP atau badan yg memanfaatkan BKP Tidak Berwujud
dan /atau JKP dari luar Daerah Pabean wajib
menyetor, memungut dan melaporkan PPN.
4. Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan JKP yg
ekspornya dikenai PPN diatur dalam PMK.
UU PPN mengecualikan pemungutan PPN atas BKP/JKP
berikut.
1. Barang yang tidak dikenai PPN:

a. Barang hasil pertambangan atau hasil


pengeboran yg diambil langsung dari
sumbernya;
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya
termasuk katering;
d. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
2. Jasa yang tidak dikenai PPN:
a. Jasa pelayanan kesehatan medis;
b. Jasa pelayanan sosial;
c. Jasa pengiriman surat dan perangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi;
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian dan hiburan;
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. Jasa angkutan umum;
k. Jasa tenaga kerja;
l. Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
q. Jasa boga atau katering.
1. Penyerahan BKP;
2. Penyerahan JKP;
3. Ekspor BKP berwujud;
4. Ekspor BKP tidak berwujud;
5. Ekspor JKP.
1. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP;
2. Saat penerimaan pembayaran sebelum penyerahan
BKP dan/atau JKP;
3. Saat penerimaan pembayaran termin; atau
4. Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendahara Pemerintah sbg pemungut PPN.
1) Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau
JKP;
2) nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
3) Jenis barang atau jasa, jumlah harga, dan potongan
harga;
4) PPN yang dipungut;
5) PPn BM yang dipungut;
6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur; dan
7) Nama dan ttd yg berhak menandatangani Faktur
Pajak.
1. PEB yg telah disetujui oleh pejabat berwenang dan dilampiri dengan invoice;
2. SPPB yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran terigu;
3. PNBP yang dibuat/dikeluarkan oleh Pertamina untuk penyerahan BBM/bukan;
4. Tanda penyerahan jasa telekomunikasi;
5. Tiket, airway bill, atau delivery bill untuk penyerahan jasa angkutan udara;
6. Nota Penjualan jasa untuk penyerahan jasa ke pelabuhan;
7. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
8. Pemberitahuan Ekspor Jasa Pajak/BKP Tidak berwujud yang dilampiri dengan
invoice;
9. Pemberitahuan Impor Barang dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat
Setoran Pabean, Cukai dan Pajak, dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai;
10. Bukti tagihan atas penyerahan BKP/JKP oleh perusahaan air minum;
11. Bukti tagihan atas JKP oleh perantara efek; dan
12. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan.
a. Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan
menjadi PKP;
b. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dnegan kegiatan usaha;
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali barang
dagangan/disewakan;
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari
Luar Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
e. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan;
f. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar
Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan ;
g. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
h. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, yg ditemukan dalam waktu
pemeriksaan;
i. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum
PKP berproduksi .

Anda mungkin juga menyukai