Anda di halaman 1dari 18

ELIMINASI FEKAL PADA LANSIA

BY : BINARTI DWI
Eliminasi fekal (defekasi) adalah
Pengeluaran feses dari anus dan rektum. Defekasi juga disebut bowel
movement (pergerakan usus).
Faktor Yang Mempeliminasi Fekal :
a.Usia
b.Asupan Cairan
c.Tonus Otot
d.Faktor Psikologi
e.Pengobatan
f.Kerusakan Sensorik Motorik
g.Nyeri
h.Diet
i. Gaya Hidup
Masalah Eliminasi Pada Lansia :
1. Konstipasi
Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus besar berjalan lambat,
sehingga memungkinkan bertambahnya waktu reabsorpsi cairan di usus besar.
2. Impaksi Fekal
suatu massa atau pengumpulan feses yang keras didalam lipatan
rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi fekal yang
berkepanjangan. Impaksi fekal dapat dikenali dengan keluarnya rembesan
cairan fekal (diare) dan tidak ada feses normal. Penyebab impaksi fekal
biasanya adalah kebiasaan defekasi yang buruk dan konstipasi
3. Diare
Diare merujuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan
frekuensi defekasi.
4. Inkonentia Alvi
Hilangnya kemampuan volunter untuk mengontrol pengeluaran fekal
dan gas dari spingter anal. Dua tipe inkontinensia alvi digambarkan menjadi
parsial dan mayor. Inkontinensia alvi parsial adalah ketidakmampuan untuk
mengontrol flatus atau untuk mencegah pengotoran minor. Inkontinensia
mayor adalah ketidakmampuan untuk mengontrol feses pada konsistensi
normal.

5. Flatulensi
flatus yang berlebihan di usus dan menyebabkan peregangan dan inflasi usus
(distensi usus). Flatulens dapat terjadi di kolon akibat beragam penyebab,
seperti makanan, bedah abdomen, atau narkotik.
Menua (menjadi tua) adalah
Suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantindes, 2011)
Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
a) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok
usia 45-59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun
c) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)
Perubahan-perubahan fisik
Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Lebih besar ukurannya.
3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
cairan intraseluler.
4. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah
dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.
Sistem persyarafan
1. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
2. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
4. Mengecilnya saraf panca indera.
5. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.
2. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang
rasa asin, asam dan pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)
7. Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
Tatalaksana non farmakologik

a). Cairan

b). Serat

Pada orang usia lanjut yang lebih muda, serat berguna menurunkan waktu transit(transit time). Pada orang lanjut usia disarankan agar mengkonsumsi serat skitar
6-10gram per hari. Ada juga yang menyarankan agar mengkonsumsi serat sebanyak 15-20 per hari. Serat berasal dari biji-bijian, sereal, beras merah, buah, sayur,
kacang-kacangan. Serat akan memfasilitasi gerakan usus dengan meningkatkan masa tinjadan mengurangi waktu transit usus. Serat juga menyediakan substrat
untuk bakteri kolon, dengan produksi gas dan asam lemak rantai pendek yang meningkatkan gumpalan tinja.

c). Bowel training

Pada pasien yang mengalami penurunan sensasi akan mudah lupa untuk buang air besar. Hal tersebut akan menyebabkan rektum lebih mengembang karena
adanya penumpukan feses. Membuat jadwal untuk buang air besar merupakan langkah awal yang lebih baik untuk dilakukan pada pasien tersebut

d). Latihan jasmani

Jalan kaki setiap pagi adalah bentuk latihan jasmani yang sederhana tetapi bermanfat bagi orang usia lanjut yang masih mampu berjalan. Jalan kaki satu
setengah jam setelah makan cukup membantu. Bagi mereka yang tidak mampu bangun dari tampat tidur, dapat didudukkan atau didudukkan atau diberdirikan
disekitar tempat tidur.

e). Evaluasi penggunaan obat

Evaluasi yang seksama tentang penggunaan obat-obatan perlu dilakukan untuk mengeliminasi, mengurangi dosis, atau mengganti obat yang diperkirakan
menimbulkan konstipasi. Obat anti depresan, obat Parkinson merupakan obat yang potensial menimbulkan konstipasi. Obat yang mengandung zat besi juga
cenderung menimbulkan konstipasi, demikian obat anti hipertensi (antagonis kalsium). Anti kolinergik lain dan juga narkotik merupakan obat-obatan yang
sering pula menyebabkan konstipasi.
Tatalaksana farmakologik
a). Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk laxative) Pencahar bulk merupakan 25% pencahar
yang beredar di pasaran. Sediaan yang ada merupakan bentuk serat alamiah non-wheat seperti pysilium dan
isophagula husk, dan senyawa sintetik seperti metal selulosa. Bulking agent sistetik dan serat natural sama-
sama efektif dalam meningkatkan frekuensi dan volume tinja. Obat ini tidak menyebabkan malabsorbsi zat
besi atau kalsium pada orang usia lanjut, tidak seperti bran yang tidak diproses. Pencahar bulk terbukti
menurunkan konstipasi pada orangusia lanjut dan nyeri defekai pada hemoroid. Sama halnya dengan serat,
obat ini juga harus diimbangi dengan asupan cairan.
b) Pelembut tinja
Docusate sering kali direkomendasikan dan digunakan oleh orang lanjut usia sebagai pencahar dan sebagai
pelembut tinja. Docusate sodium bertindak sebagai surfaktan, menurunkan tegangan permukaan feses
untuk membiarakan air masuk dan memperlunak feses. Docusate sebenarnya tidak dapat menolong
konstipasi yang kronik, penggunaannya sebaiknya dibatasi pada situasi dimana mangedan harus dicegah.
c) Pencahar
Stimulan senna merupakan obat yang aman digunakan oleh orang usia lanjut. Senna meningkatkan
peristaltik di kolon distal dan menstimulasi peristaltik diikuti dengan evakuasi feses yang lunak.
Pemberian 20 mg senna per hari selama 6 bulan oleh pasien berusia lebih dari 80 tahun tidak
menyebabkan kehilangan protein atauelektrolit. Senna umumnya menginduksi evakuasi tinja 8-12
jam setelah pemberian.Orang usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama yakni
sampai dengan10 minggu sebelum mencapai kebiasaan defekasi yang teratur. Pemberian sebelum
tidur malam mengurangi risiko inkontininsia fekal malam hari dan dosis juga harus ditritasi
berdasarkan respon individu. Terapi dengan kodil supositoria memiliki absorbsi sistemik minimal
dan sangat menolong untuk mengatasi diskezia rectal pada usia lanjut. Sebaiknya diberikan segera
setelah makan pagi secara supositoria untuk mendapatkan efek refleks gastrokolik. Penggunaan
rutin setiap hari dapat menyebabkan sensasi terbakar pada rectum, jadi sebaiknya digunakan secara
rutin, melainkan sekitar 3 kali semingg.
PENANGANAN

Penanganan sembelit tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah gaya


hidup, penanganan terbaik adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Dokter
mungkin juga meresepkan obat-obatan berikut untuk meringankan sembelit:
Agen penggumpal (bulking agents), yang tidak harus berupa obat, untuk melunakkan
dan membentuk feses.
Obat pencahar stimulan yang menyebabkan otot-otot usus berkontraksi.
Agen osmotik yang meningkatkan jumlah air dalam tinja dengan menarik air dari
lapisan usus.
Obat deterjen yang memecah lapisan permukaan tinja, menyebabkan air menembus
dan melunakkannya.
Pencegahan
Berikut beberapa pencegahan untuk mencegah terjadinya konstipasi:
1. Jangan jajan di sembarang tempat.
2. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
3. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas)
sehari dan cairan lainnya setiap hari.
4. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-
15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga
yang lebih berat.
5. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan
buang air besar.
6. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran.
7. Tidur minimal 4 jam sehari.
Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada
abdomen.

Intervensi dan Rasional


a. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan pola
defekasi tidak teratur
Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur
(setiap hari)
Kriteria hasil :
1) Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari.
2) Konsistensi feses lembut
3) Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
1. Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien
U/ mengembalikan keteraturan pola defekasi
2. Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
u/ Melatih reflek defekasi klien
3. Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
u/ memberikan volume pada feses
4. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
u/ Melunakkan eliminasi Feses
5. Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
u/ mempermudah keluarnya feses
6. Observasi eliminasi alvi
u/ Deteksi dini kemajuan pasien

Anda mungkin juga menyukai