Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

APPENDICITIS
PERFORATA
DISUSUN OLEH :
HARDIYANTI 1102100043

PEMBIMBING :
dr. A. IRWANSYAH ACHMAD, Sp.B
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Tanggal lahir : 10/2/1972
MRS : 7/6/2015
Ruangan : Perawatan
Bedah RSUD Salewangan Maros
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah


Riwayat Perjalanan Penyakit
Nyeri perut dialami sejak kurang lebih 2 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya nyeri dirasakan di
daerah ulu hati dan kemudian berpindah ke daerah perut
kanan bawah. Sifat nyeri terus-menerus dan seperti terlilit.
Nyeri bertambah berat jika penderita batuk dan
beraktivitas.
LANJUTAN

Riwayat mual dan muntah ada, frekuensi 2


kali. Pasien juga mengeluh nafsu makan
berkurang. Riwayat buang air besar belum sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit namun, kentut
ada. Riwayat buang air kecil lancar dan warna
kuning. Penderita memiliki riwayat demam sejak
2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
LANJUTAN

Riwayat Penyakit Terdahulu/Lainnya


Riwayat trauma tidak ada

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak


diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :Sakit sedang / Gizi baik /


Compos mentis
Status vitalis :

Tekanan Darah : 110/70mmHg


Nadi : 94 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38, 7oC
LANJUTAN
Kepala
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterus (-)
Bibir : tidak ada sianosis
Gusi : perdarahan (-)
Mata
pupil bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RC +/+. RCTL +/+
Leher
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesara
DVS : R-2 cmH20
Deviasi trakea : tidak ada, tidak didapatkan massa tumor.
tidak ada nyeri tekan.
LANJUTAN
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba
kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : bunyi pernapasan vesikuler
bunyi tambahan: ronkhi -/- , wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-)
STATUS REGIONAL
Abdomen
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas, warna
kulit sama sekitarnya, contour usus (-).
Auskultasi : peristaltik (+) kesan menurun.
Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio
Mc.Burney,tidak teraba massa, defans
local (+), rovsing sign (+), blumberg
sign (+), psoas sign (+), obturatur sign(+).
Perkusi : Nyeri ketok (+)
PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE

Rectal Touche :
Sfingter mencekik, ampulla kosong, mukosa
licin, nyeri tekan (+) didapatkan pada arah jam
10-11.
Pada handscoen feses (+), darah (-)
LABORATORIUM (7 JUNI 2015)

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


WBC 21,5 4,00-10,0 x 103
RBC 4,99 4,00-6,00 x 106
HGB 15,4 12,0-16,0 g/dL
HCT 44,8 37,0-48,0 %
PLT 270 150-400 x 103
GDS 114 <200
Ureum 18 10-50
Kreatinin 0,80 L(<1,3); P(<1,1)
GOT 19 < 38
GPT 21 < 41
RESUME

Seorang laki-laki, 43 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan


nyeri perut kanan bawah. Nyeri perut dialami sejak kurang lebih 2
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya nyeri dirasakan di
daerah epigastrium dan kemudian berpindah ke daerah perut kanan
bawah. Sifat nyeri terus-menerus dan seperti terlilit. Nyeri bertambah
berat jika penderita batuk dan beraktivitas. Riwayat mual dan muntah
ada frekuensi 2 kali.
LANJUTAN RESUME

Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang.


Riwayat buang air besar belum sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Riwayat buang air kecil lancar dan
warna kuning. Penderita memiliki riwayat demam sejak
2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Dari
pemeriksaan fisis, pasien sakit sedang, gizi baik dan
composmentis. Tanda vital dalam batas normal. Pada
auskultasi paru bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki -/-,
Wheesing -/-.
LANJUTAN RESUME

Pada auskultasi abdomen terdengar bising usus


dengan kesan meurun. Pada palpasi didapatkan nyeri
tekan di region Mc.Burney, defans local postif, tidak
teraba massa, Rovsing Sign positif, Blumberg sign
positif, psoas sign positif dan obturatur sign positif. Pada
perkusi didapatkan timpani dan nyeri ketok positif.
LANJUTAN RESUME

Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan sfingter mencekik,


mukosa licin, ampula kosong, nyeri pada arah pukul 10-11. Pada
handschoen didapatkan feses. Pada pemeriksaan laboratorium darah
rutin didapatkan peningkatan WBC yang menandakan leukositosis.
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan Tampak lesi hipodens
yang mengelilingi usus pada area Mc. Burney, loop-loop usus tidak
dilatasi dengan kesan suspek appendicitis perforasi.
DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis akut
DIAGNOSIS BANDING
Ileus Obstruktif
ISK

Perforasi ulkus peptikum


PROGNOSIS
Dubia et Bonam
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan:
Pemasangan infus terapi kristaloid.
Pasien dipuasakan
Ranitidin 1 amp/8 jam/ iv
Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ iv
Metronidazole 1 amp/8 jam/drips
Pemasangan NGT
Pemasangan Kateter
Tindakan Operasi:
Laparatomi eksploratif + Apendektomi pada apendiks tanggal
7/6/2015
HASIL APPENDEKTOMI
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI

Apendisitis Akut: suatu radang yang timbul secara


mendadak pada apendik dan merupakan salah satu kasus
akut abdomen yang paling sering ditemui.

Apendisitis Perforasi: pecahnya appendiks yang sudah


ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga
perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding
appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.
ANATOMI
LANJUTAN

Potongan transversa Appendix Variasi lokasi Appendix vermicularis


EPIDEMIOLOGI

Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang


terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan
terutama terjadi pada anak usia 6 10 tahun.
Di Indonesia sendiri belum ada data pasti yang
menyatakan jumlah insiden appendicitis, namun
insiden terbanyak terjadi pada usia 10 30 tahun,
dengan jumlah penderita pria lebih banyak
daripada wanita.
ETIOLOGI
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada
Appendicitis acuta. Fecalith merupakan penyebab umum

Obstruksi obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan


Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan
perforasi Appendix.

Diduga lumen merupakan sumber organisme yang


menginvasi mukosa ketika pertahanan mukosa terganggu

Bakteriologi oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding


lumen. Flora normal Colon memainkan peranan penting
pada perubahan Appendicitis acuta ke Appendicitis
gangrenosa dan Appendicitis perforata.

Peranan Appendicitis, penyakit Divertikel, carcinoma Colorectal


lingkungan: diet lebih sering pada orang dengan diet rendah serat dan
lebih jarang diantara orang yang memakan makanan
dan higiene dengan kandungan serta lebih tinggi.
KLASIFIKASI
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan
obstruksi disebut Apendisitis kataralis

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan


terbendungnya aliran vena disebut Apendisitis Supurativ

Arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti


dengan gangrene disebut Apendisitis gangrenosa.

Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi Apendisitis
perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal disebut Infiltrate apendikularis.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

Gejala* Frekuensi (%)

Nyeri perut 100


Anorexia 100
Mual 90
Muntah 75
Nyeri berpindah 50
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian
anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ 50
kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
KALESARAN SCORE

KALESARAN SCORE
GEJALA
ADA TIDAK
Mual +7 -10 INTERPRETASI

Muntah +11 -5 Operasi >19


Observasi -15 s/d 19
Demam +7 -27
Bukan
Nyeri Batuk +15 -20 <-15
Appendicitis
Nyeri Ketuk +5 -23
Defans Lokal +10 -13
Leukositosis +15 -11
LABAEDA SCORE

LABAEDA SCORE
GEJALA
ADA TIDAK
Mual +4 -12
Muntah +2 -6 INTERPRETASI
Demam +7 -7 Operasi >19
Observasi -15 s/d 19
Nyeri Batuk +4 -15
Bukan
Nyeri Ketuk +10 -9 <-15
Appendicitis
Defans Lokal +16 -11
Leukositosis +6 -7
+13 (pria) -6 (wanita)
ALVARADO SCORE

1. Appendicitis Point Pain 2


2. Leucositosis (>10.000/mm3) 2
3. Vomitus/Nausea 1
4. Anorexia 1
5. Rebound Tenderness Phenomen 1
6. Abdominal Migrate Pain 1
7. Degree of Celcius (>37,3 C) 1
8. Observation of Hemogram (segmen >75%)1

>8 : Acute Appendicitis


5 7 : Suspect Acute Appendicitis
<5 : Not Acute Appendicitis
PEMERIKSAAN FISIS
DIAGNOSIS BANDING

1. Adenitis Mesenterica Acuta


2. Gastroenteritis akut
3. Penyakit Urogenital laki - laki
4. Diverticulitis Meckel
5. Intususseption
6. Chrons enteritis
7. Perforasi ulkus peptikum
8. Infeksi saluran kencing
PENTALAKSANAAN
Antibiotik Spektrum
Luas

Fluid

Forbidden Analgesia
KONSERVATIF

Fowler Position

TERAPI
Follow Up

Open Appendectomy
PEMBEDAHAN
Laparoscopic
Appendectomy
Posisi Fowler
KOMPLIKASI

Appendicular abscess
Perforasi
Peritonitis
Syok septik
PROGNOSIS

Kemajuan dalam pra dan pasca operasi, telah


mengurangi angka kematian penderita
appendisitis. Angka kematian appendisitis
dengan komplikasi (Periappendikular Infiltrat)
telah berkurang secara drastis menjadi 2-5%.

Meskipun demikian infeksi pasca bedah masih


saja terjadi sekitar 30%. Angka kematian
dipengaruhi oleh usia pasien, persiapan pra
bedah, serta stadium penyakit pada waktu
intervensi bedah. Pengurangan mortalitas dapat
dicapai dengan intervensi pembedahan lebih dini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai