Anda di halaman 1dari 18

NILAI PANCASILA DALAM

STAATSFUNDAMENTALNORM
MUH.RIDWAN 1507121409
Lisma Fitria 1507121140
Pebrian Alfitra 1507123235
Zulkarnain 1507121180
. Apa pengertian Staats Fundamental Norm

RUMUSAN
MASALAH . Penjelasan pancasila sebagai Staats
Fundamental Norm.

. Penjelasan UUD 1945 sebagai Staats


Fundamental Norm.
PENGERTIAN
Mungkin beberapa ada yang sudah mengenal apa itu staats fundamental norm,
dan beberapa mungkin ada yang belum mengenalnya. Staats fundamental norm
merupakan suatu hal yang sangat berarti jika kita memaknai dengan benar.
Pertama yang harus dijelaskan adalah mulai dari Norma Dasar. Dalam teorinya
hukum norma dasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu, norma dasar dalam arti
formil dan dalam arti materil. Dalam arti formil dapat dikenal melalui bentuknya
sehingga dapat berlaku dan ditaati. Contohnya, Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia 1945 yang dibacakan oleh Presiden pertama Ir. Soekarno dan pada
tanggal 18 Agustus 1945 telah disahkan pula Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.
Dengan adanya fakta tersebut telah membuktikan bahwa proklamasi dan UUD RI
1945 mempunyai bentuk sehingga dapat ditaati oleh seluruh rakyat sehingga juga
membuktikan bahwa hal tersebut merupakan norma dasar secara formil. Norma
dasar secara materiil menunjuk pada isi atau materi bahwa seluruh peraturan yang
ada di suatu negara tersebut tidak boleh bertentangan dengan norma dasar
tersebut. Negara Indonesia juga mempunyai norma dasar secara materiil yaitu
Pancasila itu sendiri, dan nilai Pancasila telah dirumusakan dan disahkan sebagai
dasar negara dan dimuat dalam pembukaan UUD RI 1945, oleh karena itu
pembukaan dasar UUD RI 1945 memberikan peran sebagai staats fundamental
norm.
Dalam penjelasannya secara etimologi staats fundamental norm berasal dari
bahasa Belanda yang terdiri dari staat = Negara, fundamental yang paling
mendasar dan norm = norma. Jadi, bila diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia adalah pokok kaidah negara yang fundamental. staats fundamental
norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum
dari suatu staats fundamental norm adalah sebagai syarat bagi berlakunya
suatu konstitusi. staats fundamental norm juga ada terlebih dahulu dari
konstitusi suatu negara.
Secara definisi staats fundamental norm juga menyebutkan bahwa
dalam tata tertib hukum dapat diadakan pembagian secaara berjenjang dan
ternyata UUD RI bukanlah merupakan tertib hukum yang tertinggi sebab
diatas UUD RI masih ada dasar pokok bagi UUD RI yang memiliki sifat hakekat
yang tetap, kuat, tidak berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun
termasuk juga Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR). Persyaratan untuk
dapat disebut dengan Staat Fundamental Norm, ada dua yaitu :
1. Syarat Formil bahwa staat fundamental Norm harus dibentuk oleh
pembentuk Negara.
2. Syarat selanjutnya bahwa staat fundamental norm isinya harus memuat
tujuan negara, asas politik negara, falsafah negara dan merupakan sumber
hukum bagi UUD nya.
Pancasila Sebagai Staats Fundamental Norm
Penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental norm pertama kali
disampaikan oleh Notonagoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee)
merupakan bintang pemandu. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum
positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan
untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staats
fundamental norm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya
tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan
utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik
Indonesia. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangundangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU
No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hokum sebagai berikut: Penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hokum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi
negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dardji Darmodihadjo menyebutkan, bahwa
Pancasila yang sah dan benar adalah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara yuridis
konstitusional dan secara objektif ilmiah.
Secara yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara yang
dipergunakan sebagai dasar mengatur menyelenggarakan pemerintahan negara.
Secara objektif ilmiah karena Pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu
philosophical way of thinking system, sehingga uraiannya harus logis dan dapat
diterima akal sehat.
Namun, dengan penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental
norm berarti menempatkannya di atas Undang-Undang Dasar. Jika demikian,
Pancasila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas
konstitusi. Untuk membahas permasalahan ini dapat dilakukan dengan melacak
kembali konsepsi norma dasar dan konstitusi menurut Kelsen dan
pengembangan yang dibuat oleh Nawiasky, serta melihat hubungan antara
Pancasila dan UUD 1945. Pancasila dilihatnya sebagai cita hukum (rechtsidee)
merupakan pengemudi. Hal ini mengharuskan pembentukan hukum positif
adalah untuk mencapai ide-ide yang tercantum dalam Pancasila, serta dapat
digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila
sebagai Staats fundamental norm maka pembentukan hukum, penerapan, dan
pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari apa yang tercantum dalam Pancasila.
UUD 1945 Sebagai Staats Fundamental Norm
Selain Pancasila, telah banyak dikenal adanya empat pokok pikiran
Pembukaan UUD 1945, yaitu;

Bahwa Negara Indonesia adalah negara yang melindungi dan


1 meliputi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan paham
perseorangan;

Bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan


2
keadilan sosial bagi seluruh warganya;
Bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan
3 rakyat. Negara dibentuk dan diselenggarakan
berdasarkan kedaulatan rakyat;
Bahwa Negara Indonesia adalah negara yang ber-
4 KetuhananYang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula
cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi
Undang-Undang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia
bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala
bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses
perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya
berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga
menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang
Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk
memperjuangkan perwujudan citacita luhurnya sehingga rakyat Indonesia
menyatakan kemerdekaannya. Terakhir alenia keempat menggambarkan visi
bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan
diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia.
Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara.
Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan,
pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok
pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam bahasa
Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar negara secara
umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak
hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut
dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Jika UUD 1945 merupakan staats-fundamen talnorm maka Pembukaan UUD
1945 merupakan bagian terpisah dari pasal-pasal dalam UUD 1945 karena
sebagai staatsfundamentalnorm Pembukaan UUD 1945 merupakan norma
yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar (staatsverfassung), atau dalam bahasa Kelsen Pembukaan UUD 1945
adalah yang mempresuposisikan validitas UUD 1945.
Jika Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasalnya merupakan satu
kesatuan, tentu tidak dapat memisahkannya dengan menempatkan
Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorms yang lebih
tinggi dari pasal-pasalnya sebagai staatsverfassung. Apalagi dengan
menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah dasar
pembentukan pasal-pasal UUD 1945 sebagai konstitusi, atau
Pembukaan UUD 1945 adalah presuposisi bagi validitas pasal-pasal
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 (termasuk di dalamnya Pancasila)
dan pasal-pasalnya adalah konstitusi tertulis bangsa Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 walaupun merupakan pokok-pokok pikiran
yang abstraksinya tinggi dan dijabarkan dalam pasal-pasalnya, tetapi
bukan merupakan dasar keberlakuan pasalpasal
UUD 1945 dan berarti bukan pula presuposisi validitas pasal-pasal
tersebut.
Pembukaan UUD 1945 bukan sekedar sebuah postulat dari juristic-thinking. UUD
1945 secara keseluruhan ditetapkan sebagai konstitusi (staatsverfassung) yang
mengikat dalam satu tindakan hukum, yaitu keputusan PPKI tanggal 18 Agustus
1945. Penempatan Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari Konstitusi
sekaligus menempatkannya sebagai norma abstrak yang dapat dijadikan sebagai
standar valuasi konstitusionalitas norma hukum yang lebih rendah. Bahkan juga
dapat digunakan sebagai prinsip-prinsip dalam menafsirkan konstitusi. Dengan
posisi Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari konstitusi, maka pokok-pokok
pikiran yang terkandung di dalamnya, termasuk Pancasila, benar-benar dapat
menjadi rechtsidee dalam pembangunan tata hukum Indonesia. Jika Pancasila
bukan merupakan staats fundamental norms, lalu apa yang menjadi dasar
keberlakuan UUD 1945 sebagai konstitusi? Apa yang mempresuposisikan validitas
UUD 1945? Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi menurut hukum yang
berlaku pada saat itu bukan merupakan tindakan hukum karena dilakukan bukan
oleh organ hukum dan tidak sesuai dengan prosedur hukum. Proklamasi 17
Agustus 1945 yang menandai berdirinya Negara Republik Indonesia, yang berarti
terbentuknya suatu tata hukum baru (New Legal Order). Adanya Negara Indonesia
setelah diproklamasikan adalah postulat berpikir yuridis (juristic thinking) sebagai
dasar keberlakuan UUD 1945 menjadi konstitusi Negara Indonesia. Keberadaan
Negara Indonesia yang merdeka adalah presuposisi validitas tata hukum Indonesia
berdasarkan UUD 1945 sekaligus meniadakan tata hukum lama sebagai sebuah
sistem.
Kesimpulan
Salah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari
segala sumber hokum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia.
Pancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan
sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum
derivatnya atau turunannya seperti undang-undang dasar,
undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan
seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal
2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang menegaskan: Pancasila
merupakan sumber dari segala hukum.
Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap,
tetapi juga mampu berkembang secara dinamis. Dengan
kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi juga
menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis.
Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu
sumber kaidah hokum yang mengatur Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara.
Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum
yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita
hukum yang menguasai hokum dasar negara.

Anda mungkin juga menyukai