Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH MANAJEMEN KUALITAS

KEGAGALAN BANGUNAN SUATU


KONSTRUKSI
PENYEBAB KERUNTUHAN
Secara Garis Besar :
1. Predictable (human error)
2. Unpredictable (act of God)
Penyelidikan bangunan roboh (sistem dan
lingkungan) :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
4. Pemeliharaan
KESALAHAN DALAM PERENCANAAN

Kesalahan dalam perencanaan mulai dari:


Studi kelayakan
Desain arsitektur
Desain Engineering (struktur, mekanikal,
elektrikal, lingkungan)
Pekerjaan-pekerjaan ini ditangani oleh
konsultan yang berkompeten dan
berpengalaman di bidangnya
CONTOH KASUS
Robohnya The Ruby Tower dan Hotel New
World (Singapura) , merupakan contoh
bangunan yang dibuat oleh konsultan yang
tidak memiliki kualifikasi dan pengalaman
yang memadai

Runtuhnya Jembatan Mahakam II (Kutai


Kartanegara) , menurut Tim Evaluasi dan
Investigasi dalam pembangunan jembatan
ini proses perencanaan dilakukan oleh
tenaga ahli dalam negeri berdasarkan
pengalaman kerja dianggap belum memadai
sehingga menimbulkan indikasi kurangnya
pengetahuan (lack of knowledge) secara
teknis.
Dapat disimpulkan : perencanaan yag lemah
dapat menjadi awal penyebab keruntuhan suatu
bangunan
KESALAHAN DALAM PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
Pelaksanaan pembangunan mencakup :
tender, pelaksanaan konstruksi oleh
kontraktor dan subkontraktor, pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan fisik oleh
konsultan pengawas atau konsultan
manajemen konstruksi
CONTOH KASUS
1. Amblesnya salah satu
bangunan dalam
pelaksanaan Proyek
Hambalang (Bogor).
Disamping faktor fisik tanah,
ada indikasi kuat terjadi
penyimpangan dengan unsur
KKN yang membuat
pelaksanaan dan spesifikasi
bangunan menjadi rendah
tidak sesuai persyaratan
(under specification)
CONTOH KASUS
2. Terjadinya kesalahan dari
metode pengerjaan pada
kasus robohnya Lotus River
Compound (Shanghai).
Penyebab utamanya adalah
pekerjaan galian tanah tidak
dilakukan dengan prosedur
yang telah direncanakan.
Hal ini bisa disebabkan karena
pelaksanaan yang terburu-
buru, metode pekerjaan yang
keliru, atau pengawasan
lapangan yang lemah
KESALAHAN DALAM PEMAKAIAN

Kesalahan dalam pemakaian sering dijumoai


dimana-mana saat sebuah bangunan runtuh.
Umumnya kesalahan ini diakibatkan oleh
penggunaan yang tidak sesuai fungsi gedung
tersebut (malfungsi) atau pemakaian yang
melebihi kapasitas beban dan struktur
bangunan
CONTOH KASUS
1. Sampoong Departemen Store
(Seoul) , terjadi perubahan
fungsi gedung dari perkantoran
menjadi pusat perbelanjaan di
saat konstruksi mencapai 50%.
Dalam hal ini ada pengurangan
kolom pendukung untuk
menginstalasi eskalator dan
penambahan sistem pendingin
udara dan chiller di atap
gedung. Serta adanya
penambahan lantai tanpa
memperhiungkan kembali
kalkulasi teknik bangunan
2. Runtuhnya gedung akibat
penambahan lantai pada
gedung yang sudah dipakai
(Royal Place Hotel) di Nakhon
Rachasima (Thailand) tanpa ijin
yaitu pada bagian atap yang
digunakan sebagai tempat
penampungan air dalam
jumlah besar.
3. Ambruknya Aula Versailles
(Jerussalem) yang seharusnya
hanya mampu dibebani tidak
lebih dari 500 orang,
sementara tamu undangan
yang hadir 600 orang. Kasus
serupa juga terjadi pada Delhi
Building (New Delhi) dimana
penghuni flat tersebut over
capacity
KESALAHAN DALAM PERAWATAN
Perawatan yang tidak benar dapat
menyebabkan bengunan runtuh atau rusak
Contoh Kasus :
1. Pada Jembatann Mahakan II (Kutai Kartanegara)
terjadi pada saat tengah dilakukan perawatan.
Usia bangunan diperkirakan dapat melayani 100
tahun tetapi hancur pada usia 10 tahun.
Rencana perawatan rutin dan standar operating
prosedur (SOP) tidak dilakukan, sehingga gejala-
gejala terjadi degradasi bangunan tidak terdeteksi
sejak awal
2. Terjadi pada Katowice Trade
Hall (Polandia) saat diadakan
pameran nasional. Pihak
manajemen tidak merawat
dengan baik dan benar , atap
gedung melengkung akibat
tumpukan es musim dingin
empat tahun sebelumnya, dan
belum pernah diperbaikin atau
dilakukan pemeriksaan.
KESALAHAN DALAM PEMILIHAN LOKASI
Kesalahan pemilihan lokasi bisa terjadi karena
dua hal :
1. Rawan Bencana (gempa, gunung api, angin
kencang, banjir dan sejenisnya)
2. Fisik Tanah , lokasi tersebut memiliki lapisan
dalam tanah yang labil (elspansif), sifat
kelistrikan tanah yang tinggi dan perbedaan
kontur yang ekstrem
Hal ini dapat diantisipasi dengan penelidikan
tanah (soil investigation) yang cermat dan
akurat.
CONTOH KASUS
1. Kasus amblesnya salah satu
gedung di Proyek Hambalang
(Bogor) memang di lokasi
tersebut tidak cocok untuk
bangunan bertingkat tinggi
karena berada di kawasan cincin
api dan juga memiliki
kemiringan yang tajam dan
rawan longsor
2. Runtuhnya Highland Tower
(Selangor), kondisi tanah yang
berada di kaki bukit rawan
longsor dan tidak layak untuk
bangunan setinggi 12 lantai
KESALAHAN DALAM PEMILIHAN BAHAN ATAU
MATERIAL
Kesalahan dalam pemilihan bahan atau
material yang sering terjadi adalah
penggunaan material murah dan tidak
bermutu.
Contoh kasus : pada negara-negara
berkembang banyak ditemukan
pembangunan gedung memakai bahan atau
material tidak memenuhi standar dan
kualitas yang baik
1. Kasus runtuhnya Delhi Building
2. Baghlan (Afganistan) bangunan
runtuh akibat penggunaan
material yang tidak tepat (lumpur
bukan beton) dan kayu (bukan
besi)
3. Ajuba (Nigeria) , akibat
penggunaan bahan bangunan
kurang baik dan pelanggaran
terhadap standar konstruksi
bangunan
4. Jembatan Sarinah (Jakarta) akibat
putusnya balok tarik beton
pratekan penahan gaya reaksi
horisontal walaupun sampel bahan
telah diuji dan memenuhi
spesifikasi teknis. Penyebab
keruntuhan karena penurunan
kualitas kabel penyangga struktur
bangunan jembatan. (faktor
pengkaratan dan atau faktor
fatik/kelelahan struktur).
KESALAHAN DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI

Penggunaan teknologi yang tepat guna


dapat mempercepat proses pembangunan
sebuah bangunan sekaligus mengefisiensi
kan biaya-biaya pengeluaran proyek.
Sebaliknya penggunaan teknologi yang salah
dan tidak tepat bisa membuat bangunan
menjadi berisiko fatal
CONTOH KASUS
1. Pembuatan pondasi jalan Tol
Sedyatmo (daerah Kapok,
Jakarta Utara) menggunakan
teknologi cakar ayam yang
cocok digunakan untuk daerah
pantai dan tanah rawa, dengan
sistem pondasi dangkal. Namun
tidak cocok untuk banguna n
yang memikul gaya atau beban
dinamis yang relatif berat seperti
jalan tol. Lambat laun pondasi
mengalami penurunan, sehingga
tergenang air (kebanjiran) pada
saat musim hujan. Seharusnya
menggunakan pondasi dalam
dengan sistem tiang pancang.
2. Kasus urugan jalan Tol
Cipularang yang sering mengalami
longsor . Sistem pengurugan
semestinya menggunakan sistem
konstruksi bendungan (bukan
urugan biasa) dengan metode
pengurugan lapis demi lapis yang
kedap air, karena di bawahnya
masih mengalir beberapa sungai
atau kali kecil yang masih aktif
yang berpotensi menggerus lapisan
tanah di atasnya
FAKTOR FORCE MAJEURE

Dalam konteks Manajemen Properti


(Pengelolaan Gedung) biasanya ada klausul
yang disebut keadaan luar biasa atau kahar
(force majeure), kerusakan gedung akibat
angin topan, kebakaran, gempa bumi, perang,
huru hara dan kejadian lainnya yang tidak dapat
diduga.
CONTOH KASUS
1. Runtuhnya Gedung World Trade
Center (New York) sebenarnya
dapat dikategorikan sebagai
force majeure karena diserang
secara tiba-tiba oleh teroris
dengan dihantamkan melalui
pesawat terbang.
2. Run tuhnya The Ruby Tower
(Manila) dan Cantarbury
Television (Christchurch) , sesaat
sebelumnya mengalami gempa
bumi, agak sulit digolongkan
sebagai faktor force majeure
karena banyak gedung di
sekitarnya tidak runtuh dan tetap
kokoh ketika gempa bumi
berlangsung
KRITERIA KEGAGALAN BANGUNAN

Kegagalan bangunan adalah keadaan


bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh
penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi
tidak berfungsi baik secara keseluruhan
maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja
konstruksi atau pemanfaatannya yang
menyimpang sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa
A. Kriteria Kegagalan Dalam/Disebabkan
Perencanaan
1. Data hasil pengukuran (survey) dan
penelitian (investigation) tidak akurat.
2. Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM yang diterbitkan oleh instansi
nasional dan lembaga internasional terkait)
yang dipergunakan dalam analisis
perencanaan tidak tepat
B. Kriteria Kegagalan Dalam/Disebabkan
Pelaksanaan Pembangunan
1. Persiapan pembangunan pondasi (clearing,
grubbing, grouting, anchoring) tidak sempurna
2. Bahan atau material bangunan tidak memenuhi
spesifikasi dan kualitas yang telah ditetapkan
3. Pemasangan tulangn dan kuantitas-kualitas
cara penyusunan tidak sesuai dengan
gambarperencanaan
4. Peralatan dan fasiltas yang digunakan dalam
pelaksanaan tidak memadai
5. Urutan kegiatan pelaksanaan (sequences of
activities) dari bagian-bagian yang tidak tepat
C. Kriteria Kegagalan Dalam/Disebabkan
Operasi dan Pemeliharaan
1. Gaya/beban melebihi gaya atau beban yang
ditetapkan dalam perencanaan (design)
2. Pengoperasian bangunan tidak sesuai
dengan standard operating procedure (SOP)
yang ditetapkan
3. Pengoperasian bangunan tidak sesuai
dengan SOP pemeliharaan yang ditetapkan
D. Kriteria Kegagalan Disebabkan Struktur
Yang termasuk dalam kegagalan struktur ini
adalah kegagalan kuat geser (shear failure)
dimana tegangan geser yang timbul jarena
beban internal dan eksternal melebihi kekuatan
geser dari konstruksi atau tubuh pondasi dan
bangunan atasnya (upper structure)
E. Kriteria Kegagalan Disebabkan Hal Lain
1. Kejadian yang tidak dapat doperkirakan
atau diprediksi sebelumnya akibat ulah
manusia
2. Terjadi kondisi kahar (force majeure) seperti
bencana alam (gempa bumi, banjir, tsunami,
gunung meletus, angin puyuh, kebakaran,
peperangan, huru hara, dll)

Anda mungkin juga menyukai