Anda di halaman 1dari 57

KEBIJAKAN DAN SITUASI TERKINI

SURVEILANS AFP & PD3I

Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM


Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan

Disampaikan Pada Pertemuan Review Surveilans AFP & PD3I


Provinsi Jawa Barat
Hotel Aston Pasteur,11 13 Oktober 2017
Outline

Latar Belakang

Situasi Terkini

Upaya Tindak Lanjut


LATAR BELAKANG
Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi PMK Surveilans Kesehatan
Penyakit Menular & No.45/
Penyakit Tidak Menular 2014
Terpadu

LANDASAN HUKUM
PMK No.
KMK No.
Dasar 1501
1479/
Pelaksanaan /MENKES/
MENKES/ Surveilans PER/X/
SK/X/2003
2010

Pedoman Jenis Penyakit


Surveilans Acute KMK Menular Ttt yg Dpt
Flaccid Paralysis No. 483/ Menimbulkan
(AFP) MENKES/
Wabah & Upaya
SK/IV/
2007 Penanggulangan
TUJUAN PENYELENGGARAAN
SURVEILANS KESEHATAN

Prasyarat Program Kesehatan


Tersedianya
informasi tentang
situasi, Dasar
kecenderungan Terselenggaranya penyampaian
penyakit, dan faktor kewaspadaan informasi
risikonya serta Terselenggaranya
dini terhadap kesehatan kepada
masalah kesehatan investigasi dan
kemungkinan para pihak yang
masyarakat dan penanggulangan
terjadinya berkepentingan
faktor-faktor yang KLB/Wabah
KLB/Wabah dan sesuai dengan
mempengaruhinya
sebagai bahan dampaknya pertimbangan
pengambilan kesehatan
keputusan
JE/ Eradikasi
Rota/Pneu Polio
mo dsb thn 2020

Eliminasi Campak Program


& Kontrol Rubela Pencegahan &
PD3I Pengendalian
/CRS
Difteri
thn 2020

Eliminasi Tetanus
Maternal &
Neonatal 2016

STRATEGI
1. Imunisasi
2. Surveilans
3. Laboratorium
Komitmen Global dan Nasional
Goals
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Sustainable Development Goal
Target:
3.2.Pada 2030, mengakhiri kematian bayi
dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha
menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH
17 Goals 169 target
Kelengkap
an laporan
RPJMN Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat >80%
dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu dari tahun
2015-2019 2013. Target 2019 menurun 40%
Global Target
2014 : SEARO bebas polio liar (Indonesia)
Eradikasi Polio 2020 : DUNIA bebas polio

2020 : Target Eliminasi Indonesia


Eliminasi Campak 2020 : Target Eliminasi SEARO
Kriteria Mencapai Komitmen Global

Eradikasi Polio
Tidak ditemukan virus polio selama 3 tahun
berturut-turut yang dibuktikan dengan surveilans
AFP sesuai standar sertifikasi

Eliminasi Campak
Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama >12 bulan, dengan pelaksanaan surveilans
campak yang adekuat. (Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi,
25 27 August 2009 & WHA, May 2010)
Situasi Terkini
1. ERADIKASI POLIO
(ERAPO)
KLB 2005-2006 Nigeria Arab Saudi Indonesia
Kasus Polio Global Tahun 2017
Januari - 4 Oktober
80

70

cVDPV2
60

50
Jumlah Kasus

Afghanistan
40 Pakistan
Suriah
30 DRC
Total
20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Minggu ke-

Sumber : Global Polio Eradication Initiative, 2017


Kasus Polio Global Berdasarkan Jenis Virus
Tahun 2016-2017

5%
7% cVPDV2
cVDPV1 16.5 %
WPV1

WPV1
cVDPV2
88%
WPV1 83.5 %
cVPDV2

2016 2017
Kebijakan Operasional Surveilans AFP No silent
area

Menemukan semua kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) Surveilans Aktif (kerjasama LP/LS) No silent
areaLap nihil

Membuktikan kasus AFP tersebut polio/bukan polio dg pengujian virus polio pada tinja Deteksi dini,
Spesimen Adekuat, Kunjungan Ulang, Resume Medis

Mendeteksi adanya kasus polio yang disebabkan oleh VPL maupun berkaitan dengan vaksin (cVDPV
dan VAPP) Penanggulangan KLB, Kewaspadaan , simulasi

Membuktikan tidak ada transmisi VPL dan VDPV surveilans AFP sensitif, Kelengkapan- Ketepatan
laporan, surv lingkungan

Mendeteksi virus polio yang bersirkulasi di lingkungan dengan memperkuat surveilans polio lingkungan 2017
di 5 lokasi : Jakarta, Yogya, Surabaya, Medan, Bandung (BBTKLPP Jkt, yogya, Sby, Medan, dan Litbangkes,
BF)
Tujuan Khusus dari Rencana Strategi :
1.Mendeteksi dan pemutusan sirkulasi
virus polio.
a)Memperkuat surveillance AFP
b)Melaksanakan PIN yang
berkualitas
c)Melaksanakan Surveilans
lingkungan
RUJUKAN d)Menyusun dan simulasi pedoman
TARGET DAN
KLB Polio
STRATEGI
NASIONAL
MENUJU 2.Memperkuat program imunisasi dan
ERADIKASI DAN penarikan vaksin polio oral
ENDGAME 3.Pengamanan virus polio dan
POLIO
sertifikasinya
4.Merencanakan kelanjutan
pemanfaatan struktur yang telah
dibangun (Legacy Planning)
INDONESIA STILL HIGH RISK AREA
for Polio Importation Transmission

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2016

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2015

Over 50% provinces in Indonesia is HIGH RISK in


High Risk 2 years in row
Medium Risk
Low Risk Published 09 October 2017
Monthly Incidence of Non Polio AFP Rate* & Percentage Adequate Specimen
Indonesia, January 2014 - present
8.0 100
Non Polio AFP Cases/100.00 Children < 15 yrs of age

7.0
80
6.0

% Adequate Specimens
5.0
60

4.0
TREN NON POLIO AFP RATE MENURUN
40
3.0

2.0
20
1.0

0.0 0

Jun

Jun
Sep

Sep
Feb

Feb

Feb

Feb
May
July
Aug

Nov

Aug

Nov

Nov

Aug
Dec

Dec
Mar

Mar

Mar

Mar
Apr

Apr

Apr

Apr
Jul

Jul
Juli
Mei
Juni

Mei

Mei
Agt
Okt
Sept

Des

Sept
Jan-14

June

Jan-15

Jan-16

Jan-17
Oct

NPAFPOct Target NPAFP (2/100.000 population) Adeq.Spec Target Adeq.Spec (80%) Expon. (NPAFP)

Published 09 October 2017


* Annualized non-polio AFP rate by month in Indonesia, cases with pending lab results are included as non-polio for the purpose of analysis
AFP Surveillance Performance in Indonesia
(Data comparison Week 40 2017 and 2016)
Non Polio AFP Rate % Adequate Specimen

1,24 81,7 %

2017

Non Polio AFP Rate dan Spesimen Adekuat LEBIH RENDAH dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya
1,32 87,3%

2016

No case/report NP AFP rate 1-1,99 Published 09 October 2017 No case/report Adeq . Spec 60-79%
NP AFP rate < 1 NP AFP rate >=2 Adeq. Spec >=80%
Adeq. Spec <60%
Non POLIO AFP RATE 2016 (by Province)
(Week 52 2016)

No case/report NP AFP rate 1 - 1,99

NP AFP rate < 1 NP AFP rate 2 Published 09 October 2017


NP-AFP Rate

0
1
2
3
4
5
6
Kalimantan Tengah

No case/report

NP AFP rate < 1


Gorontalo
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Kepulauan Riau

NP AFP rate 2
Jawa Tengah

NP AFP rate 1 - 1,99


Sulawesi Tengah
Bali
Nusa Tenggara Barat
Jakarta
Jambi
Jawa Timur

NP-AFP Rate
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Timur
INDONESIA
Kalimantan Barat
Provinsi

Published 09 October 2017


Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
(Week 40 2017)

Lampung
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Riau
Target NP-AFP Rate

Aceh
Kalimantan Selatan
Non POLIO AFP RATE 2017 (by Province)

Kalimantan Utara
44% Provinsi memiliki NPAFP Rate dibawah 1,00

Papua
Banten
Bengkulu
Maluku
Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Papua Barat
MAP OF SILENT DISTRICTS
IN REGIONAL JAVA
(Periode 2014 2017)

PROVINSI JAWA BARAT


Merah (Pangandaran)

Hanya menemukan kasus AFP sekali dalam rentang 4 tahun


Published 09 October 2017
Tidak menemukan kasus AFP dalam 4 tahun terakhir
SURVEILANS POLIO LINGKUNGAN

2017:
Rutin di Jakarta, DIY,
2016: Surabaya, dan
-Membuat Juknis Medan
2015: Surveilans Lingkungan
studi oleh dan rencana pemilihan
Litbang di site dan pengambilan
2004: Yogya dan sample di Yogya, Jakarta
Jakarta pertengahan Des
DIY, bagian
dari IPV -Litbang melakukan studi
demo project di Jakarta, Lampung

12/17/2017
Polio Environmental Surveillance in Sewage Samples
2016

Week (2016) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

DKI Jakarta X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

DI Yogyakarta X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Jawa Barat X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Week (2016) 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52

DKI Jakarta X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

DI Yogyakarta X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Jawa Barat X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Published 09 October 2017


Polio Environmental Surveillance in Sewage Samples
2017

Week (2017) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

DKI Jakarta X X X X X X X X X X X X X

DI Yogyakarta X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Jawa Barat* X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Jawa Timur X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Week (2017) 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52

DKI Jakarta X X X X X X X

DI Yogyakarta X X X X X X X X X X X

Jawa Barat* X X X X X X X X X X X

Jawa Timur X X X X X X X X X X X

Published 09 October 2017 * Collecting only once a month


2. ELIMINASI
CAMPAK
TARGET REGIONAL
66th Meeting of the SEAR Regional Committee in
September 2013 in New Delhi resolved to adopt
the goal of measles elimination and rubella/CRS
control in the South-East Asia Region by 2020.

STRATEGI:
1. IMUNISASI
2. SURVEILANS
3. LABORATORIUM

KEBIJAKAN NASIONAL
Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela/CRS
Tahun 2020
STRATEGI
1. Peningkatan sensitifitas penemuan suspek campak
a. Melibatkan seluruh fasyankes termasuk praktek swasta
b. Sosialisasi penemuan kasus dengan melibatkan ikatan profesi dan
masyarakat:
Dengan poster/penyuluhan langsung melalui posyandu

2. Peningkatan Case Based Measles Surveillance (CBMS) secara bertahap


Pengambilan spesimen kasus campak klinis minimal 20 % mulai th 2017 s.d.
100 % pada th 2020
(100% di 6 provinsi: Babel, Bengkulu, DIY, Bali, NTB & Gorontalo)

3. Fully Investigated KLB Campak

4. Penguatan Lab Campak-Rubela Palembang, Makassar, dan Jakarta

5. Pengembangan pelaporan berbasis web: Laporan individu sampai pusat


REKOMENDASI KOMITE VERIFIKASI ELIMINASI CAMPAK DAN
PENGENDALIAN RUBELA/CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Memperkuat Case Based Measles Surveillance (CBMS)
a. Provinsi di pulau Jawa, khususnya pasca kampanye Imunisasi MR:
i. Meningkatkan penemuan kasus dengan melibatkan pelayanan swasta dalam pelaporan kasus;
ii. Jika cakupan kampanye MR >95% di tingkat provinsi dengan efikasi vaksin >97%, maka
diperkirakan kasus campak dan rubella sudah sangat rendah. Oleh sebab itu jumlah pemeriksaan
spesimen dapat dilakukan terhadap 50% kasus tersangka campak secara merata di setiap
kabupaten/kota.
b. Provinsi DI Yogyakarta, Bali, NTB, Gorontalo, Bengkulu, Bangka Belitung tetap melakukan
pemeriksaan spesimen terhadap 100 % kasus tersangka campak;
c. Provinsi di luar Pulau Jawa dan di luar enam (6) provinsi pada poin 4b, cukup melakukan pemeriksaan
spesimen terhadap 20% kasus tersangka campak, namun harus merata di setiap kabupaten/kota;
d. Spesimen pending CBMS tahun 2016 tidak perlu diperiksa, kecuali kasus KLB (100%);
e. Peningkatan pengambilan spesimen urin pada setiap KLB
Capaian Discarded Campak dan CBMS
Indonesia, 2012 - 2017
70 2,00
1,80
60
1,60
50 1,40
Discarded Target: 1,20
2/100000 people 40
CBMS Target: 50% 1,00
30
0,80

20 0,60
0,40
10
0,20
0 0,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017
CBMS (%) 19 25 45 38 67 43
Discarded Campak 0,71 0,64 1,08 1,09 0,98 0,12

Measles Surveillance Indicator:


Discarded minimum 2 per 100.000 people Data as of 26 Agustus 2017
CBMS minimum 50% of suspected measles cases
Suspek Kasus Campak dan Suspek KLB Campak
Indonesia, 2012 - 2017
20000 120,0
18000
100,0
16000
14000
Measles Coverage 80,0
Target: 95% 12000
10000 60,0
8000
40,0
6000
4000
20,0
2000
0 0,0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Suspect Measles Cases 18798 11521 12943 13890 12730 5872
Suspect Measles OB 2328 1677 1981 2246 1640 985
MCV1 Coverage 99,3 97,8 94,7 92,3 93,0 47,9
Data as of 20 September 2017
Case Based Measles Surveillance Persentase CBMS
Indonesia, 2013-2017
REAGEN OUT OF STOCK
100% 0 0 0

90%
2302
80%
1376 2606 2566
70% 1108

60% 2474
2
50% 0 2
906
4
40% 742 1474 1193
188
30% 2
193
20% 2241
747 2541
10% 1194
329

0%
2013 2014 2015 2016 2017
Measles Rubella Mix Negative Pending

Data sd 31 Juli 2017


Distribution of Measles Cases by Province
Indonesia, 2016-2017
(Data Not Been Closed)
2017: 5872 cases

2016: 12730 cases

: 50 measles cases Data as received on 30 Apr 2017

Source: Integrated VPD Surveillance report routine data *Dots are randomly placed within provinces
Distribution of Measles Outbreak Reported & Lab Confirmed
Indonesia, 2016-2017

2017 : Total= 85OB


(Pending 48)

2016 :Total= 148 OB


(Pending 111)

: 1 Measles OB
: 1 Rubella OB
: 1 Mix OB (Measles & Rubella)
: 1 Negative OB (Measles & Rubella)
: 1 OB without sample Data as received on 30 Apr 2017

*Dots are randomly placed within provinces


PEMETAAN DAERAH RISIKO CAMPAK,
INDONESIA 2014

Indikator:
1. Cakupan Imunisasi
2. Insidence Rate
3. KLB Risiko Tinggi
4. Reporting Rate Risiko Sedang
5. Discarded Rate Risiko Rendah
6. Kelengkapan laporan bulanan
PEMETAAN DAERAH RISIKO CAMPAK, INDONESIA
2015 Penilaian berdasarkan WHO Risk assessment tool

Population Immunity Surveillance Performance Program Delivery Threat Assessment


Performance
MCV1 MCV 2 Coverage Non-measles non-rubella MCV1 MCV 2 Trend Evidence of recent measles
discarded rate cases among <5 years
Percent of neighboring % with adequate Drop-out Rate MCV1-MCV2 Evidence of recent measles
Legend: districts with MCV1 <95% investigation cases among 5 - 14 years
Very High Risk
Subnational coverage of % adequate blood specimen Drop-out Rate DPT1-MCV1 Evidence of recent measles
High Risk measles SIA collection cases among >= 15 years
Medium Risk % suspected measles cases % with timely availability of Population density
Low Risk unvaccinated laboratory results
Bordering area with measles
case in the past 12 months
Presence of DR.
vulnerable
CORNELIA HESADARMA
population*
Measles Risk Assessment
Indonesia, 2016

56% provinsi
di Indonesia
adalah Population Immunity Surveillance Performance Program Delivery Threat Assessment
Performance
Daerah Resiko MCV1 MCV 2 Coverage Non-measles non-rubella MCV1 MCV 2 Trend Evidence of recent measles
discarded rate cases among <5 years
Sangat Tinggi
Percent of neighboring % with adequate Drop-out Rate MCV1-MCV2 Evidence of recent measles
districts with MCV1 <95% investigation cases among 5 - 14 years
Legend
Subnational coverage of % adequate blood specimen Drop-out Rate DPT1-MCV1 Evidence of recent measles
INO_2016_Province measles SIA collection cases among >= 15 years
TOTAL % suspected measles cases % with timely availability of Population density
Low Risk unvaccinated laboratory results

Medium Risk Bordering area with measles


case in the past 12 months
High Risk
Very High Risk Presence of vulnerable
population*
3. TN
Kebijakan dalam Eliminasi Tetanus Neonatal

Status ETN ditetapkan di Kab/Kota < 1 /1000 KH


Satu kasus/kematian TN = KLB penyelidikan
epidemiologi ke lapangan dalam 24 jam pertama
Temukan semua kasus/kematian bayi di masyarakat
Surveilans zero report

Penemuan kasus
Strategi Operasional
Investigasi
Surveilans ETN
Rekomendasi
STRATEGI ETN

Rutin
Imunisasi Tambahan

Penemuan kasus
Surveilans Investigasi
Rekomendasi

Persalinan Nakes
KIA Perawatan tali pusat higienis
Kasus TN Indonesia, 2012-2017

120
119

100

80 84
78
73
60

40

33
20

12
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kasus TN Linear (Kasus TN)

Data as received on 15 May 2017


0
1
2
3
4
5

3
Riau
Aceh
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah
2 2 2 2
Papua

1
Kalimantan Barat
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Lampung
Jakarta
Banten
Jawa Barat
TN Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
Data sd 15 Mei 2017

Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Kasus TN Per Provinsi Tahun 2017

Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Maluku Utara
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Papua Barat
4. Pertusis
Kebijakan Surveilans Pertusis
Penemuan kasus : RS dan Puskesmas
1 kasus Pertusis KLB, dilakukan penyelidikan dalam
waktu 1x 24 jam
Manajemen kasus dan kontak erat : AB, isolasi (imun
neg/tdk lengkp)
Pengambilan dan pengiriman laboratorium terhadap kasus dan
kontak
Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dalam
menghentikan penularan analisa dan rekomendasi
Rekomendasi : imunisasi masal/selektif
Pencatatan dan pelaporan pd form W1 dan list kasus pertusis
serta form PD3I terintegrasi
Kejadian Kasus Pertusis Di Indonesia
2015 - 2017
5. Difteri
Kebijakan Surveilans Difteri
Setiap satu kasus dinyatakan sebagai KLB dan dilaporkan 1 x 24 jam
Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan untuk:
konfirmasi kasus secara klinis dan laboratorium
mencari kasus tambahan
pemeriksaan laboratorium terhadap kontak untuk menemukan karier dan
pemberian profilaksis.
Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dalam menghentikan
penularan Imunisasi massal, selektif
Penyediaan ADS kasus dan profilaksis kontak disediakan oleh pemerintah ( pusat
dan Provinsi)
Pemeriksaan spesimen di laboratorium provinsi atau lab rujukan nasional
Pencatatan dan pelaporan kasus pada form W1 dan list kasus difteri serta form PD3I
terintegrasi
1. KASUS KLINIS (PROBABLE):
kasus infeksi saluran pernafasan atas dengan pseudomembran
putih keabu-abuan yg tidak mudah lepas, pada hidung, faring,
laring atau tonsil.
2. KASUS KONFIRMASI:
Kasus probable dengan konfirmasi laboratorium kultur positif
(Corynebaterium diphtheriae toxigenic)
Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi: kasus probable yang ada
hubungan epidemiologi dg kasus konfirmasi laboratorium

1 Kontak Erat kasus adalah


keluarga/orang yang tinggal satu rumah, yang berbagi peralatan
DEFINISI makanan/minuman, serta peralatan yang mungkin terkena sekret kasus
KASUS,KONTAK
DAN KLN 2 Kontak lain adalah teman sekelas/bermain, teman kerja (Yang diperiksa
laboratorium adalah kontak erat; dan yang diberikan profilaksis adalah kontak
erat (pemberian profilaksis pada kontak lain dapat dipertimbangkan)

KLB Difteri Klinis adalah


Ditemukannya satu kasus difteri klinis ( probable).

2. KLB Difteri Konfirmasi adalah


Ditemukannya kasus konfirmasi laboratorium positif kultur difteri toksigenik
Trend Diphteria Cases and DPT3 Coverage
2011 - 2017
1300 110
100.9 99.3
1200 94.9 95 100
93.1 93.2
1192
1100
90
1000
80
900

DPT3 Coverage (%)


70
Diphteria Cases

800
816
700 775 47,6 60
600 50
500 558
529 40
494
400 430 30
300
20
200
100 10

0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Year
Diphteria Cases DPT3 Coverage Expon. (Diphteria Cases)
Data as of 9 Oktober 2017
Trend Diphteria Incidence Rate
2011 - 2017
2

1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6 0.49

0.4 0.34 0.31


0.21 0.22
0.17
0.2 0.11

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Incidence Rate

Data as of 20 August 2017


Age Distribution in Diphteria Cases
2011 - 2017
2011 = 816 cases 2012 = 1161 cases 2013 = 775 cases 2014 = 430 cases
3% 1% 2% 1%
16%
22% 23%
30% 28% 25%
28% 32%
16%

13%
17% 30% 15% 28%
37% 33%

2015 = 529 cases 2016 = 558 cases 2017 = 425 cases


1% 0%
21% 14% 14%
26% 29%
10% 38%
13%
13%
33%

39% 34% 15%

< 1 yr 1-4 yr 5-9 yr 10-14 yr > 14 yr

Data as of 20 August 2017


JUMLAH KASUS DIFTERI YANG DILAPORKAN &
JUMLAH PROVINSI YANG MELAPORKAN
TAHUN 2010 2017 (DATA PHEOC)
1400 35

1200 30
23
1000 25

800
19 20 20
18 18
600
14 1192 14
15

400 806 11 10
775
529 558
200 432 393 494 5

0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kasus Provinsi lapor


REKOMENDASI AHLI DALAM PERTEMUAN KAJIAN DIFTERI
TANGGAL 22 AGUSTUS 2017
1. Yang paling baik adalah Imunisasi rutin dengan cakupan minimal 90%
2. Lakukan RCA imunisasi di wilayah kasus, pada saat penyelidikan Epidemiologi
sebelum ORI dilakukan

3. Segera Lakukan ORI :


dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya setelah KLB diumumkan.
Ruang lingkup meliputi seluruh usia terdampak /umur kasus tertinggi
Luasnya ORI adalah pada wilayah KLB minimal 1 wilayah
RESPON KLB :
MEMUTUSKAN puskesmas/kecamatan.
RANTAI ORI dilakukan tanpa melihat cakupan imunisasi sebanyak 3 kali dan tanpa
PENULARAN menunggu hasil laboratorium

4. Pemberian profilaksis pada kontak dengan eritomycin


UPAYA TINDAK LANJUT
Upaya Memperkuat Surv AFP dan PD3I Lainnya
Kembali memperkuat komitmen daerah
Penunjukan petugas surveilans yang tepat dan dilakukan training
Kepala Dinas dan jajarannya ikut memperkuat dan memantau kemajuan
Erapo, Eliminasi Campak/Rubella dan Pengendalian Difteri di wilayahnya
Memperkuat kembali penemuan kasus AFP dan PD3I lainnya secara aktif di
RS
Melibatkan dan memperkuat peran Lintas Program (Imunisasi, KIA, Promkes,
Yankes) dan Lintas Sektor (Bapeda,IDAI, IDI, IBI, PPNI, dll)
Penemuan kasus di masyarakat dan memperkuat peran bidan dan surveilans
puskesmas
Pertemuan review kabupaten dihidupkan kembali
Bimbingan teknis secara berjenjang
Setiap KLB dilakukan penanggulangan sampai tidak ada lagi kasus baru.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai