Anda di halaman 1dari 12

(Kelompok 2)

ALINA MILADINA
15513127

Dampah Paparan JIHAN MAHARANI


15513130
Pelarut Organic YOLANDA AMERTHA
15513163
Terhadap Pernafasan MAYDINDA KAHAR
15513173
SYAMILA HASNA
15513170
Zat pelarut banyak digunakan dalam proses
Apa itu zat
industry yang juga ditemukan di produk rumah
pelarut? tangga
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai :

Pelarut polar

Pelarut non-polar.
Klasifikasi
Pelarut Pelarut yang digunakan dalam industri biasanya meliputi zat tak
murni yang dapat mempengaruhi sifatnya, dan biasanya digunakan
campuran bahan pelarut.
Hidrokarbon siklik adalah senyawa cincin jenuh atau tak jenuh
dengan tiga atau lebih atom karbon. Hidrokarbon aromatik adalah
senyawa yang ditandai dengan adanya satu atau lebih cincin
benzena (6 karbon).

Hidrokarbon Hidrokarbon yang terhalogenasi adalah rantai hidrokarbon jenuh


dan tak jenuh yang memiliki satu atau lebih larutan halogen
tersubstitusi (fluorin, klor, brom, yodium, astatin). Halogen
umumnya memberi stabilitas dan tidak mudah terbakar pada
senyawa.
Dua karakteristik penting pelarut organik, dan faktor penentu
toksisitasnya adalah volatilitas dan lipofilisitas.
Karakteristik
Sebagian besar pelarut organik sangat mudah menguap sehingga
Pelarut mudah masuk dalam pernafasan.
Organik
Pelarut dengan tekanan uap yang substansial di suhu ruangan
umumnya memiliki bau yang dapat dideteksi.
Sebuah penelitian di Swedia menganalisis gejala dan biopsi hidung
pada 10 pelukis semprot pria. Subjek dihadapkan pada pelarut
toluena dan isobutilasetat, pada konsentrasi di bawah TLV. Subjek
Laporan kasus
juga memiliki paparan terhadap konsentrasi debu rendah, termasuk
(table 1) kromium dan seng oksida. Sebuah studi di Inggris menganalisis 118
gas industri karena toluena, xylene, styrene dan methylene chloride
antara tahun 1961-1980. Kasus-kasus ini memiliki eksposur yang
parah, dengan empat kematian dan 40% menjadi tidak sadar.
Penelitian di tempat kerja pelukis ditemukan sejumlah besar
terjadinya gangguan pernafasan.
Sebuah studi cross-sectional meneukan prevalensi gejala iritasi
saluran nafas
terutama mereka yang bekerja dengan bahan epoksi. Diamat
engalami peningktan iritasi hidung dan sering terjadinya batuk.
Namun, pengukuran paparan untuk pelukis berupa konsentrasi
rendah senyawa organik volatil total (VOC), formaldehid dan
amonia dan tinggi eksposur debu total.
Dalam sebuah studi tentang pekerja polimerisasi stirena,
Ditemukan adanya penyakit iritasi selaput lendir akut, saluran
pernapasan bagian atas (18%).
11% pekerja juga mengeluhkan sesak dada
19% mengalami keluhan bronkitis.
Gangguan mengenai paparan inhalasi perekat yang mengandung
toluena, hidrokarbon minyak bumi, etil asetat, metanol dan
aseton juga diamati telah meningkatkan keluhan pernapasan
selama bekerja.
Studi epidemiologi berbasis populasi menunjukkan bahwa paparan
pelarut kerja dapat dikaitkan dengan :
Laporan kasus gejala pernapasan
(table 2)
gangguan fungsi paru

penyakit pernafasan.
Beberapa penelitian epidemiologi pada pekerjaan melaporkan
adanya efek iritasi membran mukosa, namun kurang meyakinkan
dalam menunjukkan gejala pernapasan atau perubahan fungsi paru
yang terkait dengan paparan pelarut.

Dalam sebuah penelitian cross-sectional terhadap pekerja di


Laporan kasus
industri percetakan. Keluhan ini terdiri dari
(table 3)
iritasi mata,

Gangguan pada hidung dan tenggorokan

Dilaporkan lebih banyak terjadi di tempat kerja daripada setelah


bekerja.
Studi epidemiologi berbasis populasi dengan menggunakan
matriks paparan kerja telah mengamati hubungan independen
dari paparan pelarut terhadap gejala pernafasan dan fungsi paru

Studi ruang hewan dan manusia menunjukkan bahwa toksisitas


yang dimediasi oleh pelarut dari SSP terjadi pada konsentrasi yang
KESIMPULAN
lebih rendah berefek pada pernafasan

Studi tentang mekanisme potensial efek pernapasan yang


dimediasi oleh pelarut sangat terbatas, dan efeknya mungkin
terkait dengan berbagai mekanisme.
TERIMAKASIH-

Anda mungkin juga menyukai