Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI

JOURNAL READING
CLINICAL PRESENTATION OF TUBERCULOSIS CUTIS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


Periode 27 Februari 2017 01 April 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


Lebih dari 2 juta orang (sekitar sepertiga populasi
dunia) diperkirakan terinfeksi Mycobaterium
tuberculosis.

Tuberkulosis kutis muncul kembali 15 tahun terakhir


bersamaan dengan insiden tuberkulosis paru dan
multidrug resisten yang lebih tinggi.

Tuberkulosis kutis memiliki distribusi di seluruh dunia


dengan malnutrisi dan status sosioekonomi yang
rendah menjadi kecenderungan utama.
Insiden berbagai bentuk tuberkulosis kutis bervariasi
secara global.

Penelitian ini ditargetkan untuk menentukan


frekuensi berbagai manifestasi klinis tuberkulosis kutis
yang sering ditemukan di dunia. Penelitian ini
membantu perencanaan yang lebih strategis untuk
penyedia layanan kesehatan mengenai tuberkulosis
kutis terutama dalam hal diagnosis dini dan mencegah
komplikasi yang mematikan.
Desain Penelitian Deskriptif, pendekatan Cross Sectional
Penelitian

Departemen Dermatologi, Rumah Sakit


Tempat
Umum, Karachi dan Departemen
Penelitian Dermatologi, Universitas Ziauddin, Karachi

Waktu 05 Maret 2007 - 04 Maret 2010


Penelitian Penelitian ini selesai selama tiga tahun

Semua pasien yang menderita penyakit


Sampel tuberkulosis kutis selama 1 bulan sampai 10
Penelitian tahun, yang terbukti secara histologi
(non-probability purposive sampling)
Setelah riwayat dan pemeriksaan yang
mendetail, temuan tersebut dicatat pada
proforma pradesain.
Diagnosis klinis dikonfirmasi dengan biopsi
dan histopatologi.
Setiap pemeriksaan yang relevan dilakukan
dimanapun jika diperlukan. Pemeriksaan
tersebut meliputi pemeriksaan darah
lengkap, profil biokimia dan urinalisis.
Data Dianalisis dengan
dikumpulkan Ditabulasi
SPSS versi 10.0

Frekuensi dan persentase dihitung untuk kategori


data seperti jenis kelamin dan jenis klinis
tuberkulosis kutis.

Rata-rata standar deviasi dihitung untuk variabel


numerik seperti usia. Frekuensi jenis klinis tuberkulosis
kutis juga ditampilkan berdasarkan jenis kelamin, durasi
penyakit dan usia untuk mengendalikan pengubah efek.
Sebanyak 57 pasien tuberkulosis
kutis yang terdiagnosis
(terbukti biopsi)

35 perempuan 22 laki-laki
(61,4%) (38,6%)
Rentang usia 1 hingga 80 tahun.
Di antara subyek ini
9 pasien (15,8%) berusia 1-10 tahun
19 pasien (33,3%) antara 11-20 tahun
9 pasien (15,8%) berkisar antara 21-30 tahun
8 pasien lainnya (14%) 31-40 tahun
Dan sisanya 12 pasien (21%) di atas 40 tahun
Durasi penyakit dapat dinilai dari Tabel 1.
17 pasien (29,8%) memiliki penyakit selama 1-2
tahun yang merupakan frekuensi tertinggi untuk
durasi penyakit.
Sebagian besar pasien memiliki lebih dari satu
lesi pada 33 pasien (57,5%) dan lesi soliter
terlihat pada 24 pasien (42,5%).

Lesi paling sering terlihat pada tungkai, 25


pasien (43,4%) yang diikuti di wajah dan leher
pada 10 pasien (18,6%), badan pada 8 pasien
(14%) dan genital terlibat dalam 4 pasien (7%).
Tabel 2 menunjukkan jenis morfologi lesi.
Sinus discharge kronis dan plak merupakan lesi yang paling
umum. Beberapa pasien memiliki kombinasi dari berbagai
jenis lesi.
Skrofuloderma merupakan tuberkulosis kutis
yang paling umum yang terlihat pada 35
pasien (62%), yang diikuti oleh lupus vulgaris
11 pasien (19%), tuberkulosis kutis verukosa
pada 6 pasien (10%) dan tuberkulid 5 pasien
(9%).
Tabel 3. menunjukkan frekuensi jenis kelamin
tuberkulosis kulit pada penelitian.
Pada populasi penelitian ini, usia rata-rata manifestasi
dengan skrofuloderma adalah 25,716,9 tahun,
tuberkulosis kutis verukosa 25,715,9 tahun,lupus vulgaris
29,416,5 tahun dan tuberkulid 3011,9 tahun
(p = 0,197).
Tuberkulosis telah menjangkiti manusia dan
hewan dari zaman kuno. Penyakit yang berpotensi
dapat disembuhkan ini masih sering di negara-negara
berkembang karena status sosial ekonomi rendah,
malnutrisis dan tinggal di pemukiman padat. Kurangnya
fasilitas medis karena kemiskinan atau infrastruktur
kesehatan yang buruk menyebabkan lesi tuberkulosis
kutis berlangsung lama dan lebih luas.
Hal ini dapat dijelaskan dari penelitian ini bahwa
tuberkulosis kutis masih jauh dari punah dan bahkan
tersebar luas di kota-kota seperti Karachi.
Tuberkulosis kutis juga telah dilaporkan dari
negara tetangga kami India. Chin dkk melaporkan
penurunan frekuensi yang cukup besar di Hong Kong di
mana tuberkulosis kutis merupakan masalah kronis.
Penurunan frekuensi tuberkulosis kutis telah dilaporkan
di India pada penelitian lainnya.
Jumlah perempuan yang lebih besar terlihat
dalam penelitian. Skrofuloderma dan lupus vulgaris
lebih sering pada perempuan sedangkan tuberkulosis
kutis verukosa dan tuberkulid lebih sering pada laki-
laki. Padmavathy dkk juga melaporkan jumlah
perempuan yang lebih banyak yang sebanding dengan
penelitian ini.
Skrofuloderma lebih umum pada anak-anak
muda dan lupus vulgaris lebih umum pada remaja.
Temuan dalam penelitian kami sebanding dengan
penelitian internasional. Pandhi dkk juga melaporkan
frekuensi tuberkulosis kutis tertinggi pada anak muda
dari negara tetangga, India. Di India, skrofuloderma
memiliki frekuensi tertinggi pada anak-anak sedangkan
lupus vulgaris pada orang dewasa.
Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien
memiliki lebih dari satu lesi dan lesi soliter terlihat lebih
jarang. Padmavathy dkk melaporkan lesi soliter lebih
umum, berbeda dengan penelitian ini. Namun, ini bisa
disebabkan oleh ukuran sampel yang kecil dan
frekuensi lupus vulgaris yang lebih tinggi.
Dalam penelitian kami, lesi paling sering terlihat
pada tungkai yang diikuti di wajah, leher, badan dan
genital. Skrofuloderma terletak di atas jaringan yang
terinfeksi seperti kelenjar getah bening, tulang atau
sendi, kelenjar lakrimal atau kelenjar parotis. Oleh
karena itu wajah dan leher merupakan tempat yang
paling sering terkena lesi.
Sinus discharge dan plak kronis merupakan lesi
yang paling sering muncul. Beberapa pasien memiliki
kombinasi berbagai jenis lesi. Skrofuloderma adalah
jenis tuberkulosis kulit yang paling umum yang diikuti
dengan lupus vulgaris, tuberkulosis kutis verukosa dan
tuberkulid. Insiden berbagai bentuk tuberkulosis kutis
bervariasi secara global.
Diagnosis dan pengobatan dini menghasilkan
prognosis yang lebih baik untuk penyakit ini, dan
penyakit yang tidak diobati atau salah didiagnosis dapat
menyebabkan komplikasi seperti karsinoma sel
skuamosa atau karsinoma sel basal terutama pada
lupus vulgaris (8%).
Skrofuloderma merupakan jenis yang
paling umum ditemukan, yang diikuti
dengan lupus vulgaris.
Tuberkulosis kutis verukosa dan tuberkulid
lebih jarang ditemui.
Tuberkulosis kulit sering mempengaruhi orang
muda atau orang usia pertengahan dengan
dominasi yang sedikit lebih tinggi pada
perempuan.
Saat ini, ketika tuberkulosis merupakan
ancaman menjadi pandemi lagi,
diagnosis dan pengobatan dini lebih
penting daripada kontrol dan
pencegahan morbiditas.
Oleh karena itu, strategi lebih lanjut harus
dibuat untuk pengetahuan penyedia layanan
kesehatan dan juga masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai