Anda di halaman 1dari 22

CHOLELITHIASIS

KELOMPOK 1
Anggota :
Misel Mita Gunawan
Mutia Nurwulandari
Rival Gilang Anugrah
Rizky Abdullah Jabbar
Triska Oktaviani
Try Fahmy Faozy
Yoga Indriana Gunawan
Pengertian
Kolelitiasis (Batu Empedu) merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu seperti kolesterol, bilirubin, garam empedu,
kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. (Price, 2005, hlm
502).
Etiologi
Usia lebih dari 60 tahun, genetik, jenis kelamin , kegemukan
(maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi),
infeksi saluran pencernaan, dan kondisi klinis seperti diabetes ,
sirosis hati, pankreatitis, kanker empedu, dan juga reseksi ileum.
Klasifikasi Batu Kandung Empedu
Batu Kolesterol
Batu Kalsium Bilirubinat atau Batu Lumpur ( Batu Pigmen)
Batu Saluran Empedu
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi empedu
Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hepar. Kantung empedu
dibagi menjadi fundus, corpus dan collum.
Fisiologi empedu
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam
kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang
terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian
keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri.
Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis.
Manifestasi klinik
Rasa nyeri dan kolik bilier
Ikterus
Perubahan warna urine dan feses.
Defisiensi vitamin
Regurgitasi gas: flatus dan sendawa
Patofisiologi
1. Batu pigmen
Mekanisme batu pigmen
Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan
dengan jalan operasi
2. Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak
larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam
empedu dan lesitin (fosfolipid).
Penatalakasanaan
Non bedah
a. Perubahan pola makan dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak.
b. Lisis batu, pelarutan batu dengan menggunakan metil butil
eter
c. Litotripsi, pemecahan batu empedu dengan menggunakan
gelombang kejut dari perangkat elektromagnetik, yaitu ESWL
d. Endoscopy ERCP.

Bedah
Dilakukan dengan mengangkat kandung empedu atau kolesistektomy.
Komplikasi
Asimtomatik.
Obstruksi duktus sistikus.
Kolik bilier.
Kolesistitis akut : Empiem, Perikolesistitis, Perforasi.
Kolesistitis kronis : Hidrop kandung empedu,Empiema
kandung empedu, Fistel kolesistoenterik,Ileus batu empedu
(gallstone ileus).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
CHOLELITHIASIS
A.PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien
tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
3. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah
nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah dirawat atau diobati sebelumnya dengan
penyakit yang sama.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji pola makan kebiasaan keluarga yang kurang baik seperti
menyimpan dan menyiapkan makanan, pola diet, pola sanitasi yang
kurang (cuci tangan) dan pola memasak makanan.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Aktifitas/Istirahat (Gejala : Kelemahan,Tanda : Gelisah)
b) SirkulasI (Tanda : Takikardia, berkeringat)
c) Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen.
d) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia,mual.
Tanda : adanya penurunan berat badan.
e) Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan. Kolik
epigastriumtengah sehubungan dengan makan.
Tanda :yeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas ditekan; tanda murphy
positif.
f) Keamanan
Tanda :Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).Kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin K).
g) Penyuluhan/Pembelejaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.Adanya
kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.
Rencana pemulangan:Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan berat
badan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Ultrasonografi digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis
kolelitiasis dan membedakan antara obstruktif dan non
obstruktif ikterus (Ignatavicius, 1991).
Darah lengkap : Menunjukkan WBC (sel darah putih) tinggi
akibat infeksi dan peradangan
Kadar bilirubin serum diukur untuk memastikan obstruksi
adanya dalam sistem saluran empedu
X-ray perut, yang disebut plat datar, dilakukan untuk batu
yang divisualisasikan ke layar monitor.
Kolesistogram oral dilakukan dalam situasi darurat.
Gallbladder nonacute scan, juga disebut HIDA scan, dilakukan
melalui teknik kedokteran nuklir untuk menilai kolesistitis akut

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (obstruksi,proses


pembedahan).
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b.d ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsi.
3. Resiko defisit volume cairan b.d kehilangan cairan
berlebihan (mual,muntah,drainase selan yang berlebihan)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan substansi
kimia, bilirubin meningkat.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keluarnya
cairan empedu
B. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1 :
Nyeri akut b.d agen injuri fisik (obstruksi,proses pembedahan).
Intervensi :
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala0-10) dan karakter
nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).
2. Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan
imajinasi, visualisasi, latihan napas dalam.
3. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang
nyaman.
DX 2 :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsi
Intervensi
1. Pertahankan masukan dan haluaran akurat,perhatikan haluaran
kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine.Kaji membrane
mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler
2. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah,
kram abdomen, kelemahan, kejang ringan, kecepatan jantung tak
teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi
pernapasan.
DX 3 :
Resiko defisit volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan
(mual,muntah,drainase selan yang berlebihan)
Intervensi
1. Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-
hati,menolak bergerak.
2. Perkirakan/hitung pemasukan kalori juga komentar tentang napsu
makan sampai minimal.
3. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan
rangsangan berbau.
DX 4
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia,
bilirubin meningkat
intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Monitor kulit adanya kemerahan
e. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,
warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik
DX 5 :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keluarnya cairan
empedu

intervensi :
a. Kaji tanda dan gejala infeksi
b. Monitor pemeriksaan leukosit
c. Monitor suhu badan setiap 4 jam
d. Pertahankan teknik aseptif
e. Dorong masukan cairan
f. Kolaborasi pemberian antibiotik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi adalah fase ketika perawat melakukan proses


asuhan keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang spesifik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai