Anda di halaman 1dari 43

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN SKABIES PADA PASIEN YANG BEROBAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMONJI
TAHUN 2017

RESITHA DWITAMA DUWILA


13777013

Pembimbing : dr. Nur Hidayat, Sp.KK


dr. Nila Ardilla Arief
Latar Belakang
Skabies (kudis) Penyakit kulit menular yang
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei dan produknya. Parasit ini membuat
terowongan pada stratum korneum kulit
terutama tempat predileksinya dan
bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule,
vesikel, disertai keluhan subyektif gatal terutama
dimalam hari.

1. Harahap, M. 2000
2. Handoko, R. P., 2009
2
Angka kejadian skabies di Dunia
No Nama Penulis Tahun Lokasi Angka Kejadian

1 Baur 2013 India 20,4%

2 Zayyid 2010 Malaysia 31%

3 Emodiet, I, J 2013 Enugu Nigeria 12,55%

4 Kline 2013 Australia 30%

1. Baur, 2013
2. Onayemi, 2005
3. Zayyid, 2010
4. Emodiet, i, j. 2013
5. Kline, 2013
3
Angka kejadian skabies di Indonesia
NO NAMA PENULIS TAHUN LOKASI Angka kejadian

1. DEPKES RI 2008 Indonesia 5,60-12,95%

2. Sudirman, dkk 2006 Kalimantan 13%


Selatan
3. Chariya, dkk 2010 Sumatra 33,96%
Barat
4. Amirudin, MD 2010 Jawa Barat 2,7%

1. Depkes RI, 2008


2. Sudirman. T, 2006
3. Chariya, dkk. 2010
4. Amirudin, M. 2010 4
Angka kejadian skabies di Provinsi Sulawesi Tengah,
Kota Palu, dan Puskesmas Kamonji
6000

5000

4000

Provinsi Sulteng
3000
Kota Palu
Puskesmas Kamonji
2000

1000

0
2013 2014 2015 2016
1. DINKES PROV 2017
2. DINKES KOTA PALU 2017
3. PUSKESMAS KAMONJI 2017
5
Rumusan Masalah

SKABIES

Penyakit ini mudah menular dan


Penderita skabies di Indonesia
banyak faktor yang membantu
dan di kota Palu masih cukup
penyebarannya antara lain :
tinggi, terutama di Wilayah
Kerja Puskesmas kamonji.

Skabies tidak membahayakan bagi Oleh karena itu penelitian ini


manusia. Adanya rasa gatal pada
dilakukan untuk menjadi
malam hari merupakan gejala utama
bahan promosi kesehatan
yang akibatnya akan mengganggu
aktivitas dan menurunkan produktivitas tentang cara mengurangi
dalam bekerja angka kejadian skabies

6
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini, adalah :

Faktor-faktor apakah yang berhubungan


dengan kejadian skabies pada pasien
yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kamonji Tahun 2017?

7
Pertanyaan penelitian
Apakah ada hubungannya :
1. Kejadian skabies dengan tingkat pendidikan ?
2. Kejadian skabies dengan tingkat pengetahuan ?
3. Kejadian skabies dengan kebiasaan tidur bersama ?
4. Kejadian skabies dengan kebiasaan bertukar
pakaian ?
5. Kejadian skabies dengan kebiasaan
bertukar/memakai handuk bersama ?

8
HIPOTESIS
Ada hubungannya :
1. Tingkat pendidikan dengan kejadian skabies
2. Tingkat pengetahuan dengan kejadian skabies
3. Kebiasaan tidur bersama dengan kejadian skabies
4. Kebiasaan bertukar pakaian dengan kejadian
skabies
5. Kebiasaan bertukar/memakai handuk bersama
dengan kejadian skabies

9
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian yang saya lakukan bertujuan untuk


mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji
tahun 2017

10
Tujuan Khusus

Untuk mengetahui ada hubungannya :


1. Kejadian skabies dengan tingkat pendidikan
2. Kejadian skabies dengan tingkat pengetahuan
3. Kejadian skabies dengan kebiasaan tidur bersama
4. Kejadian skabies dengan kebiasaan bertukar
pakaian
5. Kejadian skabies dengan kebiasaan
bertukar/memakai handuk bersama

11
Kerangka Teori
HOST

Status ekonomi Intake Pola makan

Status gizi Nutrisi Infeksi


Tingkat
pendidikan
Usia
Kekebalan
Penyebaran
Riwayat
SKABIES keluarga
Pengetahuan
Komplikasi

Kebiasaan/praktek hygine
Lingkungan rumah

Udara panas
Bertukar Kepadatan
pakaian Bertukar/mema penghuni
kai handuk Keringat
bersama
Jenis pakaian
Lembab
Tidur
bersama LINGKUNGAN/ AGENT
PAKAIAN Sarcoptes scabie 13
Kerangka Konsep
Variabel Independent variabel Dependent

Tingkat pendidikan

Tingkat pengetahuan

Kebiasaan tidur bersama SKABIES


Kebiasaan bertukar
pakaian

Kebiasaan
bertukar/memakai handuk
bersama
14
Definisi Operasional

1. Penderita skabies

Yang dimaksud dengan penderita skabies dalam penelitian ini


adalah penderita skabies yang telah didiagnosis oleh dokter di
Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji yang masuk dalam kriteria
inklusif dan tidak memiliki kriteria eksklusif.

15
2. Tingkat pendidikan

Yang dimaksud pada penelitian ini adalah pendidikan formal


terakhir yang sudah dilewati atau yang pernah dicapai oleh
subjek. Data diperoleh dari wawancara kemudian di isi
dalam lembaran kuisioner
Kriteria objektif :
Menurut UU Pendidikan No 20 Tahun 2003
1. Tingkat pendidikan rendah (SD-SMP/MTs)
2. Tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK)
3. Tingkat pendidikan tinggi (D3/S1)

16
3. Tingkat pengetahuan
Yang dimaksud pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
penderita tentang skabies yaitu penyebab, gejala yang
ditimbulkan, cara penularan dan pengendalian. Data diperoleh
dengan cara memberi pertanyaan berdasarkan daftar check list
pengetahuan tentang skabies yang telah di buat oleh peneliti
berdasarkan teori tentang skabies, sebanyak 15 pertanyaan,
kemudian jawaban dari pasien akan di nilai dengan cara
dijumlahkan dengan menggunakan skor berdasarkan kriteria
objektif :
1. Dikatakan kurang = bila skor 0% - 50% pertanyaan dijawab ya
2. Dikatakan cukup = bila skor 51% - 80% pertanyaan dijawab ya
3. Dikatakan baik = bila skor 81% - 100% pertanyaan dijawab ya

17
4. Kebiasaan Tidur Bersama

Yang dimaksud pada penelitian ini adalah kebiasaan penderita


tidur bersama dalam satu tempat tidur dengan jumlah lebih dari
1 orang atau bersama keluarga/orang lain, data diperoleh dari
wawancara yang diisi dalam kuisioner dengan kriteria objektif :
1. Beresiko apabila pernah melakukan kebiasaan tidur
bersama
2. Tidak beresiko apabila tidak pernah melakukan kebiasaan
tidur bersama

18
5. Kebiasaan Bertukar pakaian

Yang dimaksud pada penelitian ini adalah kebiasaan penderita


dalam kebiasaan sehari-hari pernah bertukar pakaian luar atau
pakaian dalam dengan orang lain atau sebaliknya apakah orang
lain pernah bertukar/memakai pakaian luar dan pakaian dalam
milik penderita. Data diperoleh melalui wawancara kemudian
ditulis dalam lembar kuesioner dengan kriteria objektif:
Beresiko : Apabila pernah melakukan hal di bawah ini :
1. Bertukar pakaian dengan orang lain, atau sebaliknya
2. Bertukar pakaian dalam bersama orang lain, atau sebaliknya
Tidak beresiko : Apabila tidak pernah melakukan hal dibawah ini:
1. Bertukar pakaian dengan orang lain, atau sebaliknya.
2. Bertukar pakaian dalam dengan orang lain, atau sebaliknya
19
6. Kebiasaan Bertukar/memakai handuk bersama

Yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku kebiasaan


penderita sehari-hari pernah bertukar/memakai handuk
bersama orang lain, atau sebaliknya apakah orang lain pernah
bertukar/memakai handuk milik penderita. Data diperoleh dari
wawancara yang diisi dalam kuisioner dengan kriteria objektif :
1. Beresiko apabila pernah melakukan kebiasaan
bertukar/memakai handuk bersama orang lain, atau
sebaliknya
2. Tidak beresiko apabila tidak pernah melakukan kebiasaan
bertukar/memakai handuk bersama orang lain, atau
sebaliknya

20
Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
observasional analitik dengan pendekatan case control.

21
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian setelah mendapat rekomendasi
etik pada tanggal 10 Agustus 2017 14 Oktober
2017
Tempat penelitian di Wilayah kerja Puskesmas
Kamonji

22
Populasi dan Subyek Penelitian
Populasi
Semua penderita yang berobat di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji tahun 2017 yang didiagnosis
menderita skabies dan dermatitis alergi.
Subyek
Semua penderita yang berobat di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji tahun 2017 yang didiagnosis
menderita skabies dan dermatitis alergi dan memenuhi
kriteria penelitian.

23
Kriteria Penelitian
1. Kriteria Inklusi
Semua penderita yang berobat di wilayah kerja Puskesmas
Kamonji tahun 2017, yang didiagnosis menderita Skabies
(case) dan Dermatitis Alergi (control) oleh dokter
Laki-laki dan Perempuan
Semua usia
Penduduk wilayah kerja puskesmas kamonji yang
mempuanyai tanda pengenal
Subyek setuju secara suka rela mengikuti dan
mengikutkan anaknya dalam penelitian ini setelah
24
mendapat penjelasan
2. Kriteria eksklusi
Case :
Ada riwayat alergi
Subjek sulit atau tidak bisa di ajak berkomunikasi
Control
Subjek sulit atau tidak bisa di ajak berkomunikasi

25
Teknik Pengambilan Sampel

Consecutive Sampling

Jumlah sampel
Z 2PQ + Z P1Q1 + P2Q2
= 2
P1 P2

Total sampel 37 pasien

26
Instrumen Pengumpulan Data

KUESIONER CHECK LIST

27
Alur penelitian
Populasi

case Control
Memenuhi kriteria
penelitian
Informed consent

Subyek penelitian

Pengambilan Data
Wawancara Checklist tingkat
pengetahuan

Pengumpulan data

Analisis data
SPSS 17.0
Penulisan hasil Seminar hasil 28
Pengolahan dan Analisis Data
SPSS 17.0
Analisa bivariat dengan metode Chi square
dan Kruskal Wallis

29
Hasil dan Pembahasan
Tabel 4. Karakteristik sampel penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Kamonji Tahun 2017

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 30 40,5
a. perempuan 44 59,5
2. Usia
a. Balita 10 13,5
b. Anak-anak 16 21,6
c. Remaja 20 27,0
d. Dewasa 12 16,2
e. Lansia 16 21,6

31
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
3. Tingkat pendidikan
a. Kurang 60 81,1
b.Menengah 10 13,5
c. Tinggi 4 5,4
4. Tingkat pengetahuan
a. Kurang 65 87,8
b. Cukup 9 12,2
5. Kebiasaan tidur bersama
a. beresiko 66 89,2
b. Tidak beresiko 8 10,8
6. Kebiasaan bertukar pakaian
a. Beresiko 15 20,3
b. Tidak beresiko 59 79,7
7. Kebiasaan bertukar/memakai handuk
bersama
a. Beresiko 45 60,8
b. Tidak beresiko 29 39,2
32
Tabel 5. Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian skabies pada pasien
yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Kamonji tahun 2017

Tingkat pendidikan Skabies


P
Ya Tidak
(n %) (n %)
Rendah 29 31
(48,3%) (51,7%)
Menengah 5 5
(50,0%) (50,0%) 0,505
Tinggi 3 1
(75,0%) (25,0%)
Total (50,0%) (50,0%)
Nilai p dihitung berdasarkan uji Kruskal Wallis. Nilai p tidak bermakna.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahya Pawika Ranti
(2014) dari hasil korelasi sperman didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan
antara kejadian P=0,114 skabies dengan tingkat pendidikan. 33
Tabel 6. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian skabies pada
pasien yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun 2017

Skabies CI
Tingkat P OR
Ya Tidak lower Upper
pengetahuan
(n %) (n %)
Kurang 36 29
(55,4%) (44,6%)
Cukup 1 7 0,028 9,931 1.174 84.038
(11,1%) (88,9%)
Total (50,0%) (50,0%)
Keterangan : Nilai P dihitung berdasarkan uji fishers. Nilai P bermakna

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah
(2006), hasil analisis memperoleh nilai P <0,05 artinya ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan, sikap, dan higiene perorangan dengan terjadinya
skabies. 34
Tabel 7. Hubungan kebiasaan tidur bersama dengan kejadian skabies pada
pasien yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun 2017

Skabies CI
Kebiasaan tidur Ya Tidak P OR
lower Upper
bersama (n %) (n %)

Beresiko 36 30
(54,5%) (45,5%)
Tidak Beresiko 1 7 0,056 8,400 0,978 72.155
(12,5%) (87,5%)
Total 37 37
(50,0%) (50,0%)
Keterangan : Nilai p dihitng berdasarkan uji fishers. Nilai p tidak bermakna
Cahya Pawika Ranti (2014) dari hasil korelasi sperman didapatkan hasil tidak ada
hubungan yang signifikan antara kejadian P=0,114 skabies dengan tingkat
pendidikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sutejo, et al (2017) di dapatkan hasil prevalensi skabies dengan pendidikan
(p=0,027) dan hasil penelitian oleh Amajida (2014) menunjukan adanya hubungan
prevalensi skabies dengan tingkat pendidikan (p=0,023). 35
Tabel 8. Hubungan kebiasaan bertukar pakaian dengan kejadian skabies
pada pasien yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun 2017

Skabies CI
Kebiasaan bertukar Ya Tidak P OR lower Upper
pakaian (n %) (n %)
Beresiko 11 4
(73,3%) (10,8%)
Tidak Beresiko 26 33 0,43 3,490 0,996 12.237
(44,1%) (55,9%)
Total 37 37
(50,0%) (50,0%)
Keterangan: nilai P dihitung berdasarkan uji Chi-square. Nilai P bermakna
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifki Muslih
(2015), hasil analisis memperoleh nilai P=0,005 artinya ada hubungan antara
kebiasaan bertukar pakaian dengan kejadian skabies.
Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2007), menunjukkan 44 orang (62,9%)
terkena skabies, dan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan berganti
pakaian bersama dengan penderita skabies. 36
Tabel 9. Hubungan kebiasaan bertukar/memakai handuk dengan kejadian skabies
pada pasien yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji tahun 2017

Kebiasaan Skabies CI
bertukar/memakai Ya Tidak P OR lower Upper
handuk (n %) (n %)
Beresiko 27 18
(60,0%) (40,0%)
Tidak Beresiko 10 19 0,32 2,850 1.080 7.522
(34,5%) (65,5%)
Total 37 37
(50,0%) (50,0%)
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square. Nilai p bermakna
Hasil penelitian yang dilakukan Rifki Muslih (2015), hasil analiisis didapatkan bahwa penggunaan
handuk bersama ( p = 0.004). Marufi (2005) dalam Rohmawati (2010) didapatkan data bahwa
pada Pondok Pesantren Lamongan terdapat 63% santri mempunyai personal hygiene yang
buruk dengan prevalensi skabies 73,70%. Personal hygiene meliputi kebiasaan mencuci
tangan, pemakaian handuk yang bersamaan, frekuensi mandi, frekuensi mengganti pakaian,
frekuensi mengganti sprei tempat tidur, dan kebiasaan kontak langsung dengan penderita
skabies, kebiasaan yang lain juga seperti menggunakan sabun batangan secara bersama-
sama. 37
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara
tingkat pendidikan dengan kejadian skabies.
Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dengan kejadian skabies. Penderita
dengan tingkat pengetahuan yang rendah beresiko
untuk menderita skabies
Ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara
kebiasaan tidur bersama dengan kejadian skabies

39
Ditemukan hubungan yang bermakna antara
kebiasaan bertukar pakaian dengan kejadian skabies.
penderita dengan kebiasaan bertukar pakaian yang
buruk beresiko untuk menderita skabies.
Ditemukan hubungan yang bermakna antara
kebiasaan bertukar/memakai handuk dengan
kejadian skabies. Penderita dengan kebiasaan
bertukar/memakai handuk bersama beresiko untuk
menderita skabies.

40
Saran
Bagi masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kamonji,
sebaiknya lebih sering untuk datang memeriksakan
kesehatan di Puskesmas.
Bagi tempat pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Kamonji
beserta 7 Puskesmas Pembantu dari 7 kelurahan, promosi
kesehatan sebaiknya lebih sering dilaksanakan, karena
dengan masyarakat tahu maka angka kejadian suatu
penyakit akan lebih mudah untuk diturunkan.
Masyarakat dengan kebiasaan bertukar pakaian dan
bertukar/memakai handuk bersama sebaiknya kebiasaan
tersebut mulai di kurangi atau dihilangkan karena
sebagaimana kita ketahui bahwa hal tersebut hanya
memberikan dampak buruk bagi kesehatan

41
Bagi Puskesmas Kamonji, diharapkan dalam pengisian
status pasien ditulis secara lengkap terutama identitas,
dan anamnesis riwayat perjalanan penyakit (terutama
riwayat keluarga atau kontak) agar informasi mengenai
faktor yang menyebabkan penderita skabies yang
berobat lebih lengkap.
Bagi peneliti selanjutnya, jika ingin meneliti tentang
skabies, sebaiknya memilih variabel yang belum pernah
diteliti, seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian infeksi sekunder pada pasien skabies.

42
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai