0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan29 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kerentanan ekonomi Indonesia terhadap krisis ekonomi. Indonesia rentan terhadap krisis karena ketergantungannya yang tinggi terhadap ekspor komoditas primer dan impor bahan pangan strategis, serta terbukanya ekonomi yang meningkatkan ketergantungan pada kondisi ekonomi global. Dokumen ini juga menjelaskan indikator-indikator untuk mengukur tingkat kerentanan ekonomi suatu wilayah.
Dokumen tersebut membahas tentang kerentanan ekonomi Indonesia terhadap krisis ekonomi. Indonesia rentan terhadap krisis karena ketergantungannya yang tinggi terhadap ekspor komoditas primer dan impor bahan pangan strategis, serta terbukanya ekonomi yang meningkatkan ketergantungan pada kondisi ekonomi global. Dokumen ini juga menjelaskan indikator-indikator untuk mengukur tingkat kerentanan ekonomi suatu wilayah.
Dokumen tersebut membahas tentang kerentanan ekonomi Indonesia terhadap krisis ekonomi. Indonesia rentan terhadap krisis karena ketergantungannya yang tinggi terhadap ekspor komoditas primer dan impor bahan pangan strategis, serta terbukanya ekonomi yang meningkatkan ketergantungan pada kondisi ekonomi global. Dokumen ini juga menjelaskan indikator-indikator untuk mengukur tingkat kerentanan ekonomi suatu wilayah.
A.Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini Indonesia sudah dua kali diterpa krisis ekonomi besar. Pertama, krisis keuangan Asia yang muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada pertengahan tahun 1998, dan kedua krisis ekonomi global yang terjadi dan mempengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia selama periode 2008-2009. Walaupun dampak dari krisis ekonomi kedua itu terhadap perekonomian Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan akibat krisis keuangan Asia 1997-1998 tersebut, Indonesia tetap mengalami suatu guncangan yang mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2009, walaupun tetap posistif tetapi lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini sempat mengkhawatirkan semua kalangan masyarakat tanah air, khususnya pemerintah dan pelaku bisnis dengan mengingat pengalaman buruk selama krisis tahun 1997- 1998. A.Latar Belakang Berdasarkan pengalaman tersebut di atas, ternyata Indonesia sangat rentan terhadap setiap tipe atau bentuk guncangan ekonomi, baik yang menurut sumbernya berasal dari dalam negeri (krisis keuangan Asia 1997-1998) atau dari sumber- sumber eksternal seperti krisis ekonomi global 2008-2009 yang berasal dari suatu krisis keuangan besar di AS. Oleh karena itu, pemerintah puat (di tingkat nasional) dan pemerintah di daerah (di tingkat regional) memerlukan suatu sistem penditeksi dini krisis ekonomi dan sistem memonitor kerentanan ekonomi, khususnya di tingkat provinsi atau kabupaten kota terhadap suatu krisis ekonomi. B.Faktor-faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia Ada sejumlah alasan kenapa perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap hampir semua tipe krisis ekonomi, seperti berikut : 1.Ekonomi Indonesia semakin terbuka dibandingkan, pada awal pemerintahan Orde Baru (1966) terutama sejak reformasi ekonomi di sejumlah bidang (khususnya perdagangan dan keuangan) secara besar-besaran yang dimulai tahun 1999. Konsukensi langsungnya, adalah ekonomi Indonesia menjadi semakin rentan dibandingkan sebelumnya terhadap setiap guncangan-guncangan ekonomi dunia seperti terjadi pada tahun 2008-2009. B.Faktor-faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia 2.Walaupun dengan suatu laju menurun, Indonesia masih tetap bergantung pada ekspor dari banyak komoditi primer, yaitu pertambangan dan pertanian. Konsukuensinya, setiap ketidakstabilan permintaan dunia terhadap komoditi- komoditi itu, khususnya pertanian(termasuk perkebunan) akan menjadi sebuah guncangan serius dalam bagi perekonomian Indonesia. Apalagi jika penurunan permintaan atau harga dunia dalam suatu persentase yang besar atau prosesnya berlangsung terus menerus, efek negatifnya terhadap perekonomian nasional akan jauh lebih besar dibandingkan jika kasus yang sama terjadi terhadap sektor pertambangan. B.Faktor-faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia 3.Dalam dua dekade terakhir, Indonesia semakin tergantung pada impor dalam sejumlah produk makanan yang penting, termasuk beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran, buah-buahan, dan minyak. Konsukuensi dari ketergantungan impor ini adalah kenaikan atau ketidakstabilan dariu harga- harga produk makanan tersebut di pasar internasional, atau gagal panen dari produk-produk tersebut di negara-negara asal, jelas akan mempunyai suatu efek negatif yang signifikan tidak hanya terhadap pengeluaran konsumsi minimum rumah tangga tetapi juga akan mengancam keamanan pangan di dalam negeri yang bisa berujung pada kerusuhan sosial dan kejatuhan kabinet yang sedang berkuasa. B.Faktor-faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia 4.Dalam 20 tahun belakangan ini semakin banyak tenaga kerja Indonesia (TKI), termasuk wanita yang bekerja di luar negeri. Bahkan semakin banyak di desa di tanah air di mana kehidupan masyarakatnya atau pembangunan ekonominya sangat tergantung pada pengiriman uang dari TKI di luar negeri. Konsukuensinya, pada saat negara-negara tuan rumah di mana TKI bekerja (dan sebagian besar mereka pulang kampung halaman), maka jumlah uang yang rutin dikirim ke Indonesia juga akan berkur, dan artinya akan banyak desa di Indonesia mengalami kemiskinan. Sebagai contoh, yaitu pada saat Dubai di Timur Tengah mengalami kebangkrutan keuangan pada tahun 2009, banyak TKI terutama yang bekerja di sektor bangunan berhenti bekerja sebelum waktunya. Juga krisis ekonomi global 2008-2009 yang telah mengakibatkan arus pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran internasional di sejumlah negara berkembang di Asia berkurang. C. Definisi Kerentanan Ekonomi Adger, dkk (2004) dan Briguglio, dkk (2008), kerentanan bukan suatu konsep yang langsung; berbeda dengan konsep kemiskinan. Secara umum, kerentanan merujuk kepada potensi kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan eksogen. Di bidang ekonomi, kerentanan ekonomi merujuk pada risiko-risiko yang disebabkan oleh goncangan eksogen (bisa dari sumber-sumber internal maupun eksternal) terhadap tiga sistem kunci dari ekonomi, yaitu produksi, distribusi (dari output dan input-input) dan konsumsi. C. Definisi Kerentanan Ekonomi Guillaumon (2007) mendefinisikan kerentanan ekonomi dari sebuah negara dengan resiko kehancuran ekonomi atau terhentinya pembangunan ekonomi yang dihadapi oleh negara tersebut yang disebabkan oleh suatu goncangan eksogen. Menurutnya ada dua jenis utama goncangan eksogen, atau dua sumber utama dari kerentanan, yakni bencana alam dan perdagangan. Haddinott dan Quisumbing (2003) mendefinisikan kerentanan sebagai kemungkinan pada suatu waktu tertentu di masa depan kesejahteraan dari seorang atau sebuah RT akan merosot ke suatu tingkat di bawah tingkat normal. Lipton dan Maxwell (1992) kerentanan adalah suatu proses dinamis mengenai proses-proses yang berubah-ubah dari individu atau masyarakat yang bergerak ke dalam dan keluar dari kemiskinan. D. Indikator Kerentanan Ekonomi
Menurut tingkat agregasi, kerentanan ekonomi dapat dikaji
pada : 1.Tingkat Makro, yakni bisa sebuah negara, sebuah wilayah, misalnya provinsi atau kabupaten, atau kelompok suatu masyarakat atau komunitas. 2.Tingkat Mikro, yaitu pada tingkat individu (seseorang) atau tingkat RT. D. Indikator Kerentanan Ekonomi Indikator-indikator pada Tingkat Makro a. Luas ekonomi atau pasar Suatu negara atau wilayah kecil dalam arti jumlah populasinya sedikit membatasi kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan dari skala ekonomis dan menjadi penghambat bagi kemungkinan produksi. Oleh karena itu, luas ekonomi harus dianggap sebagai salah satu indikator ketahanan ekonomi terhadap goncangan-goncangan. D. Indikator Kerentanan Ekonomi b. Kepadatan dan struktur penduduk Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar luas pasar domestik atau lokal, semakin banyak unit dari suatu jenis produk yang bisa dibuat, semakin penuh pemakaian kapasitas produksi yang terpasang dan semakin rendah biaya produksi per satu unit dari produk tersebut ( skala ekonomi). Demikian pula, semakin besar populasi, dan semakin banyak angkatan kerja atau semakin besar SDM yang tersedia, maka semakin banyak produksi yang bisa dilakukan. Namun demikian, ada suatu hambatan terhadap sisi positif dari populasi yang besar. Struktur menurut jenis kelamin dan umur juga sangat penting dalam menentukan tingkat kerentanan dari sebuah wilayah. Wilayah-wilayah di mana perempuan termajinalisasikan secara sosial, ekonomi dan hukum (seperti terbanyak di NB, terutama negara-negara Islam dan Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika) lebih rentan terhadap goncangan- goncangan ekonomi dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang tidak ada diskrimi D. Indikator Kerentanan Ekonomi c. Struktur Konsumsi Rumah tangga Indikator ini terutama relevan untuk krisis pangan. Di Indonesia, provinsi-provinsi atau kabupaten dengan rasio konsumsi beras terhadap konsumsi non-beras yang lebih tinggi (dalam total rata-rata per RT, atau per orang), atau yang memiliki presentase dari konsumsi beras di dalam total pengeluaran (makanan dan non- makanan) yang lebih besar pada prinsipnya lebih rentan terhadap krisis tipe ini dibandingkan provinsi-provinsi atau atau kabupaten- kabupaten dengan rasio yang lebih rendah. Krisis pangan terjadi di suatu wilayah ketika persediaan atau produksi makanan lebih rendah daripada kebutuhan atau konsumsi makanan di wilayah itu . denga kata lain krisis pangan di suatu wilayah ada kaitannya dengan kecukupan pangan di wilayah itu. D. Indikator Kerentanan Ekonomi d. Ketergantungan dan Diversifikasi Ekspor Wilayah-wilayah dengan suatu ketergantungan ekspor yang sangat besar, diukur dengan rasio ekspor terhadap PDB (PDRB untuk kasus provinsi), mempunyai suatu keterbukaan yang lebih besar terhadap goncangan-goncangan eksogen dibandingkan wilayah-wilayah yang tidak terlalu tergantung pada ekspor. Di dalam suatu laporan ADB mengenai dampak dari krisis ekonomi global 2008-2009 terhadap ekonomi dari sejumlah NB di Asia, dikatakan bahwa Indonesia yang relatif lebih sedikit ketergantungannya pada permintaan eksternal (dan lebih baik dibandingkan negara Asia lainnya) merupakan salah satu alasan yang membuat negara itu lebih tahan selama krisis ekonomi global tersebut berlangsung jika dibandingkan dengan banyak negara lainnya yang juga terkena dampaknya. D. Indikator Kerentanan Ekonomi e.Ketergantungan dan Diversifikasi Impor Wilayah-wilayah dengan derajat ketergantungan impor yang tinggi, terutma impor-impor strategis seperti energi (misalnya minyak bumi atau gas), makanan, SDA krusial lainnya, dan bahan-bahan industri, diperburuk dengan kemungkinan subtitusi impor yang terbatas sangat rentan terhadap kestabilan suplai dunia (atau ketersediaan stok dunia), atau dalam harga dunia untuk impor-impor tersebut. Jadi, di satu sisi, sebagai suatu hipotesis, pada tingkat provinsi, rasio impor terhadap PDRB dan tingkat sensitivitas terhadap goncangan-goncangan eksternal berhubungan posistif, ceteris paribus. D. Indikator Kerentanan Ekonomi f. Diversifikasi Ekonomi Semakin tinggi pangsa output (persentase) sari, misalnya industri manufaktur atau sektor pertanian dalam pembentukan PDB (PDRB dalam kasus provinsi), semakin tinggi tingkat konsentrasi atau semakin rendah tingkat diversifikasi ekonomi. Selanjutnya, untuk setiap tingkat permintaan pasar domestik yang ada (ditentukan oleh besarnya populasi dalam pendapatan riil per kapita), tingginya tingkat konsentrasi ekonomi juga berarti tingginya tingkat ketergantungan impor untuk barang dan jasa lain yang tidak dibuat di dalam negeri atau produksi domestiknya sedikit (direfleksikan oleh kecilnya sumbangan PDB/ PDRB dari industri atau sektor yang membuat barang dan jasa itu). Jadi, hipotesis terkaitnya adalah: semakin terkonsil penentrasi ekonomi suatu wilayah hanya pada satu atau dua sektor (semakin rendah tingkat diversifikasi atau semakin kecil penyebaran ekonomi menurut sektor, maka akan semakin rentan wilayah tersebut terhadap goncangan-goncangan eksternal (ceteris paribus). D. Indikator Kerentanan Ekonomi g. Pendapatan Riil per Kapita Pendapatan riil per kapita sering digunakan sebagai sebuah indikator kesejahteraan, yang menandakan daya beli dari sebuah ekonomi. Namun demikian, indikator inidak menunjukkan total kesejahteraan dari sebuah negara atau wilayah sejak data nasional mengenai pendapatan hanya mencakup pendapatan-pendapatan aktual yang diterima oleh pekerja-pekerja dan hasil dari mengkomersialisasikan aset-aset fisisk (tidak termasuk SDM), misalnya, rumah sendiri yang tidak digunakan untuk disewakan. Pendapatan aktual seseorang bisa lebih rendah daripada pendapatan potensinya, yang artinya bahwa total kesejahteraan orang itu sebenarnya lebih besar daripada pendapatan aktualnya. Oleh karena itu, total kesejahteraan lebih tepat daripada total pendapatan untuk menunjukkan kemampuan seseorang atau sebuah RT untuk meyerap kerugian dan memperkuat ketahanan terhadap efek negatif dari sebuah goncangan ekonomi. D. Indikator Kerentanan Ekonomi h.Rumah tangga menurut Kelompok Pendapatan Ketika pendapatan riil per kapita di suatu wilayah atau provinsi tinggi , maka tingkat kemiskinan di provinsi itu juga bisa tinggi karena kesenjangan pendapatan sangat besar. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan di suatu wilayah seringkali diukur dengan koefisien Gini atau dengan mengkategorikan total pendapatan RT di wilayah itu menurut kelompok pendapatan yang umumnya dalam kuintil. Jadi, hipotesis terkaitnya yaitu suatu wilayah di mana sebagian besar dari sebagian jumlah RT adalah kelompok berpendapatan terendah paling rentan terhadap suatu goncangan ekonomi dibandingkan wilayah- wilayah yang mayoritas Rtnya berpenghasilan tinggi. D. Indikator Kerentanan Ekonomi i. Kemiskinan Tingkat kemiskinan di suatu wilayah umumnya diukur dengan proporsi dari jumlah penduduk di wilayah yang hidup di bawah garis kemiskinan yang berlaku. Tingkat kemiskinan adalah suatu indikasi untuk sensitivitas maupun tingkat ketahanan suatu wilayah terhadap goncangan. Dasar pemikirannya, mengungkapkan hanya orang atau RT yang tidak miskin (yang memiliki uang cukup atau aset yang bernilai)yang lebih mampu menghadapi suatu krisis ekonomi dibandingkan mereka yang miskin. , jadi, suatu hipotesisnya adalah : wilayah miskin (di mana sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan yang berlaku) lebih rentan terhadap suatu krisis ekonomi , atau wilayah tersebut akan menghadapi lebih banyak kesulitan dibandingkan wilayah kaya.di mana sebagian besar penduduknya hidup di atas garis kemiskinan dalam menghadapi atau menanggulangi efek negatif dari sebuah goncangan ekonomi ( baik yang berasal dari sumber-sumber internal maupun eksternal). D. Indikator Kerentanan Ekonomi j. Kemajuan Pendidikan Kemajuan pendidikan biasanya diukur dengan dua indikator modal manusia, yakni (1) jumlah anak-anak yang bisa membaca dan menulis. Alternatifnya,bisa juga diukur dengan sebuah (2) indeks, yaitu indeks pengembangan manusia (HDI). Kemajuan pendidikan umumnya dianggap sebagai suatu determinan penting dari kemampuan suatu wilayah atau komunitas dalam menghadapi dan menanggulangi suatu krisis atau bencana. D. Indikator Kerentanan Ekonomi k.Kondisi Kesehatan Kondisi kesehatan juga merupakan suatu indikator modal manusia yang krusial, sejak kemajuan dalam pendidikan atau keberhasilan mencapai pendidikan tinggi tidak akan pernah tercapai dalam suatu komunitas yang tidak sehat. Dengan kata lain, pendidikan dan kesehatan punya peran yang yang sama; mereka adalah dua faktor yang bersifat komplementer satu dengan lainnya. Dua indikator yang sering digunakan untuk mengukur kondisi kesehatan di suatu wilayah adalah (1) harapan hidup pada kelahiran (LE) dan (2) tingkat kematian saat bayi (IMR). D. Indikator Kerentanan Ekonomi l. Kemampuan Teknologi Teknologi adalh determinan paling penting selain SDM bagi pembangunan dan kemajuan atau kesejahteraan ekonomi. Kapabilitas teknologi suatu negara atau wilayah ditentukan oleh banyak faktor, termasuk akses masyaraktanya ke teknologi maju, baik melalui pendidikan, pelatihan, lokakarya, majalah buku, televisi, rasio, dan lain-lain. Jadi, hipotesis terkaitnya yaitu: wilayah dengan kemampuan teknologi tinggi memiliki ketahanan lebih besar terhadap goncangan dibandingkan wilayah dengan kapabilitas rendah dalam pengembangan atau penguasaan teknologi, ceteris paribus. D. Indikator Kerentanan Ekonomi m. Infrastruktur Sosial-ekonomi Infrastruktur sosial-ekonomi, misalnya: sekolah, rumah sakit, pelayanan publik, jalan, jembatan, pelabuhan, fasilitas-fasilitas telekomunikasi dan transportasi, sanitasi, air bersih, listrik, lokasi atau tanah perindustrian, irigasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, dsb merupakan determinan yang sangat penting dari tingkat kerentanan atau ketahanan suatu wilayah. Hipotesis terikait yaitu : tingkat kerentana (ketahanan) ekonomi di wilayah yang infrastruktur sosial dan ekonominya maju lebih rendah atau tinggi dibandingkan wilayah yang masih terbelakang, atau wilayah pertama yang lebih mampu atau cepat pulih kembali dari suatu krisis ekonomi dengan kerugian lebih kecil dibandingkan dengan wilayah yang infrastruktur sosial- ekonominya buruk. D. Indikator Kerentanan Ekonomi n. Modal Sosial Pentingnya modal sosial diakui umum sebagai suatu faktor krusial dalam membangun dan memelihara kepercayaan yang harus ada untuk kepaduan dan kemajuan sosial. Di dalam bidang ekonomi, modal sosial penting sebagai suatu faktor penentu tingkat kelayakan dan produktivitas dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Adanya keterkaitan positif antara sifat alamiah dari proses pembangunan ekonomi dan modal sosial. Wilayah di mana modal sosialnya kuat biasanya pembangunan ekonomi berlangsung pesat. Secara umum, modal sosial dapat didefinisikan pada timbal balik atau pertukaran dalam komunitas, antarindividu dan antar sesama RT berdasarkan kepercayaan yang muncul dari ikatan sosial. D. Indikator Kerentanan Ekonomi o.Partisipasi wanita dalam kesempatan kerja atau kegiatan ekonomi Pada saat krisis, seperti yang diperdebatkan di dalam litelatur, perempuan bisa mendapat kesulitan yang lebih besar dibandingkan rekan prianya selama proses pemulihan, seringkali karena kesempatan kerja spesifik, sektor upah yang lebih rendah, dan tanggung jawab mengurus keluarga. Jadi, hipotesis yang terkait adalah : wilayah dengan sedikit wanita yang termajinalisasikan tidak terlalu rentan terhadap goncangan dibandingkan wilayah dengan tingkat partisipasi wanita yang rendah, ceteris paribus. D. Indikator Kerentanan Ekonomi p. Stabilitas ekonomi makro Stabilitas ekonomi makro berhubungan dengan suatu keseimbangan ekonomi internal (yakni permintaan agregat sama dengan penawaran agregat), yang dimanefastikan dalam suatu fiskal atau posisi keuangan dan anggaran pemerintah (pengeluaran pemerintah relatif terhadap pendapatan pajak dan pendapatan pemerintah lainnya) yang berkelanjutan, laju pertumbuhan PDB yang lebih tinggi, laju inflansi yang rendah, dan tingkat pengangguran atau kesempatan kerja yang dekat dengan tingkat alaminya, maupun dengan suatu keseimbangan eksternal. Yang terkahir direfleksikan dengan neraca pembayaran (transaksi berjalan ditambah dengan neraca modal), neraca perdagangan(total ekspor dikurangi total impor barang dan jasa), dan posisi transaksi berjalan di dalam neraca modal,serta dengan jumlah utang luar negeri yang diukur dengan rasio jumlah utang luar negeri terhadap PDB). D. Indikator Kerentanan Ekonomi q.Efisiensi pasar ekonomi makro Efisiensi pasar ekonomi mikro juga dianggap sebagai komponen penting dari indeks ketahanan yang ditawarkan oleh Briguglio,dkk (2008). Pembenaran teoritisnya adalah ; sebuah ekonomi akan mendapatkan lebih banyak keuntungan jika semua sumber daya produktif yang ada dialokasikan melalui mekanisme harga yang tidak terdistorsi. Pada saat suatu krisis ekonomi terjadi, semakin efisien sebuah ekonomi, semakin lebih cepat proses penyesuaian pasar untuk mencapai suatu keseimbangan yang baru, dan semakin sedikit biaya atau kerugian yang harus dibayar dalam proses pemulihan. D. Indikator Kerentanan Ekonomi q.Efisiensi pasar ekonomi makro Efisiensi pasar ekonomi mikro juga dianggap sebagai komponen penting dari indeks ketahanan yang ditawarkan oleh Briguglio,dkk (2008). Pembenaran teoritisnya adalah ; sebuah ekonomi akan mendapatkan lebih banyak keuntungan jika semua sumber daya produktif yang ada dialokasikan melalui mekanisme harga yang tidak terdistorsi. Pada saat suatu krisis ekonomi terjadi, semakin efisien sebuah ekonomi, semakin lebih cepat proses penyesuaian pasar untuk mencapai suatu keseimbangan yang baru, dan semakin sedikit biaya atau kerugian yang harus dibayar dalam proses pemulihan. D. Indikator Kerentanan Ekonomi Indikator-indikator pada tingkat Mikro Kerentanan ekonomi pada tingkat makro jelas sekali mempengaruhi kerentanan ekonomi dalam tingkat mikro, hal ini tergantung kepada bagaimana suatu krisis mempengaruhi ekonomi negara tersebut dan kehidupan masyarakatnya secara individu maupun kelompok, misalnya RT. Dalam menganalisis tingkat kerentanan dari sebuah RT, pertanyaan- pertanyaan utamanya adalah sebagai berikut: 1. Rumah tangga yang mana yang paling rentan? 2. Berapa banyak rumah tangga di suatu daerah yang sangat rentan terhadap krisis ekonomi? 3. Di mana mereka tinggal? 4. Kenapa mereka sangat rentan? 5. Berapa besar masalah dari kerentanan? 6. Apa ciri-ciri utama dari rumah tangga rentan terhadap goncangan- goncangan ekonomi?