REPUBLIK INDONESIA
Kuliah Umum
Jurusan Manajemen Keuangan, STAN
Bintaro, 11 Oktober 2017
1
OUTLINE
2
PENDAHULUAN
Transfer ke Daerah dan Dana Desa - salah satu instrumen kebijakan fiskal sangat
strategis dalam pelaksanaan desentralisasi untuk mewujudkan Bangsa Sejahtera:
Salah Satu Unsur, Komponen BELANJA APBN.
Instrumen Utama Desentralisasi Fiskal, untuk:
Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas (jumlah dan mutu) Pelayanan Publik
(Public Service Delivery); dan
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Social Welfare).
Sebagai Tujuan Utama (Ultimate Goals) Desentralisasi Fiskal.
3
TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
4
Fungsi-fungsi Dasar Kebijakan Fiskal sebagai Instrumen Mewujudkan
Kesejahteraan Bangsa, dan Kaitannya dengan Implementasi Disentralisasi
Dalam teori Keuangan Publik, Pemerintah memiliki 3 fungsi: Alokasi, Distribusi, dan
S
tablisasi (MUSGRAVE, 1959)
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kota/Kabupaten MENDEKATKAN RENTANG KENDALI KEINGINAN PUBLIK LOKAL KESEJAHTERAAN
Desa
5
KERANGKA DASAR DESENTRALISASI DI INDONESIA MENURUT UUD 1945 (1):
IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH & DESENTRALISASI FISKAL
6
KERANGKA DASAR DESENTRALISASI DI INDONESIA MENURUT UUD 1945 (2):
DASAR HUBUNGAN KEWENANGAN & HUBUNGAN KEUANGAN
UU
22 UU PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERINTAHAN DAERAH 1999 25
1999 PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
UU
PEMERINTAHAN DAERAH 32 UU PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA
2004 33 PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN
2004 DAERAH
7
KERANGKA DASAR DESENTRALISASI DI INDONESIA MENURUT UUD 1945 (3):
DIMENSI DESENTRALISASI DI INDONESIA
Kewenangan
Pemerintah Daerah: Pemberian Pelayanan kepada
Struktur dan bidang masyarakat;
dalam Pelayanan Local regulatory framework;
Publik; Managemen Keuangan Daerah
Mekanisme Pilkada;
Kewenangan dalam
mengatur
pemerintahan daerah Politik Administrasi
Economi Fiskal
Desentralisasi Expenditure
ekonomi di daerah assignment.
sebagai pusat
Revenue assignment.
pertumbuhan
88
KERANGKA DASAR DESENTRALISASI DI INDONESIA MENURUT UUD 1945 (4):
PEMBAGIAN KEWENANGAN ANTAR PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
K L A S I F I K A S I U R U S A N P E M E R I N TA H A N
URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN
UMUM
Prinsip:
WAJIB PILIHAN - Urusan Pemerintahan yang merupakan
kewenangan Presiden sebagai kepala
1. PERTAHANAN pemerintahan yang pelaksanaannya di
2. KEAMANAN daerah dilaksanakan oleh gubernur,
3. AGAMA PELAYANAN NON bupati/walikota di wilayahnya.
4. YUSTISI DASAR PELAYANAN - Anggaran: dibiayai dari APBN.
5. POLITIK LUAR NEGERI DASAR
6. MONETER & FISKAL - Pelaksana :
SPM Di daerah dilaksanakan oleh gubernur,
bupati dan walikota sebagai wakil
Prinsip Urusan Konkuren yang menjadi pemerintah pusat dibantu oleh instansi
Prinsip kewenangan daerah: vertikal.
- Dapat dilaksanakan sendiri - Asas Pelaksanaan:
- Dapat didekonsentrasikan kpd Urusan Pemerintahan menjadi kewenangan - Pertanggungjawaban
instansi vertikal/ gub. sbg wakil daerah dilaksanakan berdasarkan asas otonomi Gubernur bertanggung jawab kpd
Pemerintah Pusat Presiden melalui Mendagri &
- Tdk dpt ditugas pembantuankan - Anggaran: APBD Bupati/Walikota betanggung jawab kpd
kpd daerah otonom, karena tdk Mendagri melalui Gubernur sbg Wakil
- Hak Daerah :
ada OPD yg melaksanakan. Pemerintah Pusat.
Mengatur & mengurus urusan yg sdh diserahkan
- Dibiayai dari APBN
kpd daerah sesuai dgn aspirasi masyarakat
setempat & kondisi daerah dalam kerangka NKRI.
9
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DALAM KERANGKA
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (1):
PEMBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Sesuai dengan amanat Pasal 6 UU Nomor 17 tahun 2003, Pengelolaan Keuangan Negara
dikuasakan dari Presiden kepada Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Chief Operating Officer (COO), serta diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam pengelolaan keuangan daerah.
.
UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
PRESIDEN (CEO):
PEMEGANG KEKUASAAN
DIKUASAKAN DISERAHKAN
PENGELOLA KEUANGAN
NEGARA
10
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DALAM KERANGKA
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (2):
KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA NEGARA
APBN
DAERAH
Bunga Utang Belanja Modal
Dana Insentif Daerah
Pelaksanaan Urusan Konkuren
Dikerjakan sendiri Melalui UPT. Dana Desa
Dilimpahkan ke Gubernur
Dana Dekonsentrasi
Ditugaskan ke Gub/Bupati/
Walikota
Dana Tugas Pembantuan
5 11
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
DAN PRAKTEK INTERNASIONAL DESENTRALISASI FISKAL
12 12
INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL (1):
PENGUATAN PERPAJAKAN DAN RETRIBUSI DAERAH
Otonomi Percontohan UU No.22 /1999 Memperkuat Otonomi
UU No.25 /1999
UU No.5/1974
UU Darurat UU No.18/1997 UU No.34/2000 UU No.28/2009
No.11 & 12
Tahun 1957
Pajak (40 Jenis) dan Retribusi Krisis Ekonomi tidak banyak Open list Closed list
(150 Jenis) berdampak pada peningkatan PAD Pengendalian pungutan Ada Pajak baru yaitu:
Pelimpahan Pajak Pusat Membatasi Jenis Pajak dan Retribusi daerah yang bermasalah sulit 1. Pendaerahan PBB Sektor Perdesaan
PKB/BBNKB Closed list dilakukan dan Perkotaan dan BPHTB (Kab./Kota)
Open list Pajak baru yang potensial: PBBKB 2. Pajak Rokok (Opsen Cukai untuk Prov)
Pengendalian oleh pusat/prov
100%
Total PDRD
52,7 52,8 63,9 87,4 104,8 125,2 151,0 158,5 161,2 180,5 80% 41.4%
50.4% 52.3% 53.0% 49.8%
59.2%
60% 6.5%
7.4% 7.3% 7.2% 8.2%
168,8
40% 7.5%
( Rp triliun)
151,5 52.1%
147,8 42.2% 40.4% 39.8% 41.9%
20% 33.3%
138,8
0%
115,5
2012 2013 2014 2015 2016 2017
79,3 KAB/KOTA
6.4% 7.3% 8.4% 8.8% 8.0% 9.0%
56,2 100%
3.5% 3.6% 4.1% 5.8%
45,1 90% 5.9% 6.7%
44,7
80%
70%
12,2 10,7 11,7
8,0 7,7 7,7 8,0 8,0 9,7 9,7 60%
50% 90.1% 89.1% 87.5% 85.3% 86.2% 84.3%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 40%
30%
Pajak Daerah Retribusi Daerah
20%
Sejak diimplementasikannya UU 28/2009, besaran dan kontribusi dari 10%
PDRD telah meningkat secara signifikan dari Rp13,0 triliun atau 0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
11,9% dari pendapatan daerah pada tahun 2001 menjadi Rp180,5
triliun atau 16,6% dari total pendapatan daerah pada tahun 2017. Dana Perimbangan + Lain-lain Pendapatan Lain-Lain PAD PDRD 14
INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL (3):
PROBLEMATIKA PERPAJAKAN DAN RETRIBUSI DAERAH
Retribusi
Pajak Daerah
Daerah
1. Beberapa jenis retribusi yang ada saat ini tidak
1. Jenis pajaknya terlalu banyak dan layak dipungut karena bersifat pelayanan
beberapa diantaranya hasilnya relatif mandatory (prinsip ekonomi dan politis)
kecil. Pengujian Kendaraan Bermotor,
2. Beberapa jenis pajak seperti Pajak Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,
Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Pelayanan Tera/Tera Ulang Penggantian
Hiburan umumnya banyak dikelola Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil
oleh Pengusaha yang sama sehingga 2. Beberapa jenis retribusi kurang layak dipungut
menimbulkan biaya administrasi yang karena hasilnya kecil dan sulit dipungut.
relatif besar (administration cost dan 3. Pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha
compliance cost). berakibat menimbulkan ekonomi biaya tinggi
3. Secara politik jumlah pajak yang relatif dan menghambat investasi (contoh: Retribusi
sedikit lebih dapat diterima. Izin Trayek, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi
Izin Tempat Minuman Beralkohol).
PERLU REVISI UU 28/2009:
1. Restrukturisasi Pajak Daerah dan Rasionalisasi Retribusi Daerah
2. Penguatan Administrasi Perpajakan Daerah
3. Penguatan Pengawasan dan Pengendalian Pungutan Daerah
4. Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
15
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai Instrumen Desentralisasi Fiskal
(Sebelum dan Paska Reformasi) (1): Perkembangan Ragam, Jenis dan Struktur TKDD
(Orde Baru sd sekarang)
Masa Orde Baru (Otonomi Terbatas)
- Subsidi Daerah Otonom
- Bantuan Inpres
16
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai Instrumen Desentralisasi Fiskal
(Sebelum dan Paska Reformasi) (2): Perkembangan Besaran dan Peranan TKDD
Triliun rupiah
17
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai Instrumen Desentralisasi Fiskal
(Sebelum dan Paska Reformasi) (3): TKDD untuk memperkuat NKRI
Ekualisasi pendapatan & belanja antarwilayah untuk memperkuat pelaksanaan Nawacita ketiga,
desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, serta memperkokoh eksistensi NKRI
(Jawa mensubsidi wilayah lain di luar Jawa)
KALIMANTAN Triliun Rp SULAWESI Triliun Rp
I. Pendapatan 86,0 I. Pendapatan 19,7 MALUKU dan PAPUA Triliun Rp
a. Pajak 32,0 a. Pajak 16,6
b. Bea & Cukai 1,1 I. Pendapatan 18,4
b. Bea & Cukai 0,6
c. PNBP 52,9 c. PNBP 2,5 a. Pajak 10,7
II. Belanja 93,9 b. Bea & Cukai 1,7
II. Belanja 104,5
c. PNBP 6,0
a. TKDD 73,6 a. TKDD 73,3
b. Belanja K/L 20,3 II. Belanja 89,6
b. Belanja K/L 31,2
a. TKDD 71,7
Neto (I-II) (7,9) Neto (I-II) (84,8)
b. Belanja K/L 17,9
Neto (I-II) (71,3)
SUMATERA Triliun Rp
I. Pendapatan 144,1
a. Pajak 66,9
b. Bea & Cukai 6,8
c. PNBP 70,4
II. Belanja 232,3
a. TKDD 176,1
b. Belanja K/L 56,2
Neto (I-II) (88,2) JAWA Triliun Rp
I. Pendapatan 1.143,2
BALI dan NUSRA Triliun Rp Keterangan:
a. Pajak 884,9
1. Pendapatan yang
b. Bea & Cukai 161,6 I. Pendapatan 15,5 dikumpulkan dari Daerah ke Pusat
c. PNBP 96,6 a. Pajak 11,7 2. Belanja yang dikembalikan dari
II. Belanja 302,8 b. Bea & Cukai 1,5 Pusat ke Daerah
a. TKDD 201,8 c. PNBP 2,3 3. Data dalam Triliun Rp
b. Belanja K/L 101,0 4. Data rata-rata 2014-2016
II. Belanja 56,4
Neto (I-II) 840,4 a. TKDD 39,5
b. Belanja K/L 17,0
Neto (I-II) (40,9)
Kebijakan ekspansi anggaran di luar jawa dimaksudkan untuk mendukung akselerasi pembangunan di luar
jawa dalam mempercepat ekualisasi kemajuan antara wilayah Jawa dengan luar Jawa. 18
DINAMIKA PERKEMBANGAN DAN TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (1):
KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL -- FILOSOFI DAN JENIS DBH
DEFINISI: Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
FORMULA ALOKASI:
berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan Pajak dan PNBP (SDA).
by origin: daerah penghasil menerima alokasi sesuai potensinya, daerah lain
menerima alokasi dalam rangka pemerataan
19
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (2):
KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL FORMULA ALOKASI DBH
20
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (3):
KEBIJAKAN DBH REFORMULASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN
1. Meningkatkan akurasi penghitungan alokasi DBH berdasarkan rencana penerimaan pajak dan SDA
dengan memperhitungkan realisasi tiga tahun terakhir.
2. Mempercepat penyelesaian kurang bayar DBH sesuai kemampuan keuangan negara.
3. Melakukan penyelesaian lebih bayar DBH melalui pemotongan penyaluran DBH/DAU TA berikutnya.
LAMA BARU
DBH CHT di-earmark untuk:
o peningkatan kualitas bahan baku,
o pembinaan industri, Maksimal 50% dari DBH CHT dapat digunakan sesuai
o pembinaan lingkungan sosial, kebutuhan dan prioritas daerah (block grant).
o Sosialisasi bidang cukai, Tujuan : untuk mengurangi SiLPA yang berasal dari
o pemberantasan barang ilegal. DBH CHT.
(UU No. 11/1995 jo. UU 39/2007)
Penggunaan tambahan DBH SDA Migas Tambahan DBH SDA Migas sebesar 0,5% dapat digunakan
sebesar 0,5% hanya untuk pendidikan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah (block grant).
dasar (UU 33/2004). Tujuan : mengembalikan fungsi DBH sebagai block grant.
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Formula alokasi: selisih kebutuhan fiskal dikurangi kapasitas fiskal
AD CF
KbF KpF
Memperhitungkan Belanja
Gaji PNSD
Jumlah Penduduk
Memperhitungkan gaji PNSD
PAD
yang akan dialihfungsikan ke Luas Wilayah
Provinsi
PDRB per Kapita
Prov AD = 40%, CF =60%
Kab/Kota AD = 45%, CF =55% IPM DBH
AD = Alokasi Dasar
CF = Celah Fiskal IKK
Kbf = Kebutuhan Fiskal
Kpf = Kapasitas Fiskal
22
22
23
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (5):
KEBIJAKAN DANA ALOKASI UMUM REFORMULASI KEBIJAKAN
A B C
3 PEMBERIAN AFIRMASI KEPADA
DAERAH KEPULAUAN DENGAN
Jika PDN Neto naik, Jika PDN Neto turun, Pagu Untuk jangka
Pagu DAU Nasional DAU nasional turun, daerah panjang, daerah
MENINGKATKAN BOBOT LUAS
naik, daerah perlu: perlu: perlu: WILAYAH LAUT MENJADI 100%.
Identifikasi program Membuka ruang Menata kembali
dan/atau kegiatan fleksibilitas penyesuaian jumlah PNSD
belanja APBD-P dg
urgent, mendesak,
identifikasi & efisiensi pos- Mengoptimalkan 4 Penggunaan Dana Transfer Umum
& dapat pajak daerah dan
diselesaikan dalam pos belanja kurang
retribusi daerah (DBH + DAU), minimal 25%
sisa waktu s.d. akhir prioritas dan tdk produktif
tahun. (misal: biaya perjalanan Memperkuat digunakan untuk belanja
dinas, rapat dinas, penggunaan
Jika tidak ada konsinyering, honorarium). sumber infrastruktur layanan dasar publik
program dan/atau
kegiatan urgent Membuka ruang pembiayaan dan ekonomi untuk mendorong:
fleksibilitas kontrak proyek lainnya dan
dan mendesak,
dengan klausul yang relatif kerjasama pertumbuhan ekonomi;
maka tambahan dengan badan
DAU digunakan fleksibel. pengentasan kemiskinan;
usaha.
untuk membentuk Memperkuat pengurangan pengangguran;
Dana Cadangan perencanaan kas (cash
atau Dana Darurat. flow management)
dan
pengurangan kesenjangan
antardaerah.
23
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (6):
KEBIJAKAN DAK FISIK FILOSOFI DAN FORMULA
DEFINISI:
DAK adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN, yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
TUJUAN:
1. membantu daerah tertentu dalam mendanai penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan dasar publik;
2. mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas
nasional; dan
3. mengatasi ketimpangan pelayanan publik antar daerah dalam mencapai SPM.
24
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (7):
KEBIJAKAN DAK FISIK REFORMULASI KEBIJAKAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN DAK FISIK
TAHUN 2013 2015:
1. Bidang bertambah, menu kegiatan kurang fokus, dan output/outcome-nya tidak dapat dimonitor dengan baik;
2. Alokasi DAK bersifat topdown, sehingga:
a. Daerah dengan IFN tinggi tidak mendapatkan alokasi, meskipun di daerah tersebut terdapat program/kegiatan
prioritas nasional;
b. Adanya mismatch antara alokasi DAK dengan kebutuhan daerah;
c. Kurangnya sinkronisasi dalam perencanaan DAK antara pusat dan daerah;
d. Kurangnya komitmen daerah dalam pelaksanaan DAK.
3. Keterlambatan dalam penetapan Juknis DAK.
REFORMULASI KEBIJAKAN DAK FISIK
1. Menyederhanakan Bidang DAK dari 19 Bidang menjadi 10 Bidang;
2. Mengubah pengalokasian DAK dari Formula Based menjadi Proposal Based;
3. Menghilangkan kewajiban Dana Pendamping, agar tidak membebani daerah;
2016
4. Mempercepat penetapan juknis DAK, penetapan juknis dengan Perpres, dan berlaku 3 tahun untuk memberi
kepastian bagi daerah;
5. Memperbaiki Penyaluran DAK:
a. secara triwulan per bidang;
b. berbasis kinerja penyerapan (performance based);
6. Mewajibkan daerah melaporkan capaian output;
7. Menyempurnakan pelaporan DAK berbasis sistem aplikasi;
8. Mempertajam bidang dan menu kegiatan;
2017
9. Menyempurnakan proses pengalokasian DAK berdasarkan proposal based
(proses penilaian, sinkronisasi dan harmonisasi kegiatan antarbidang, antardaerah, antara DAK dan non DAK, dan penetapan
alokasi dilengkapi dengan penetapan rincian kegiatan);
10. Menetapkan alokasi DAK Fisik melalui Perpres, meliputi:
a. Alokasi per jenis per bidang per daerah;
b. Rincian kegiatan per bidang per daerah.
2018: Penyempurnaan jenis dan bidang DAK Fisik sesuai dengan prinsip money follow program, berbasis proposal, serta 25
sinkronisasi DAK dengan belanja K/L; Penguatan Peran Provinsi; dan Perbaikan pola penyaluran DAK Fisik.
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (8):
KEBIJAKAN DAK FISIK BIDANG DAK FISIK TA 2018
1. Pendidikan
2. Kesehatan dan KB 1. Pendidikan (SMK); 1. Kesehatan
3. Perumahan dan 2. Kesehatan (RS (Puskesmas);
Permukiman Rujukan dan 2. Perumahan dan
4. Industri Kecil dan Menengah Pratama);
Permukiman;
(IKM) 3. Air Minum;
4. Sanitasi; 3. Transportasi;
5. Pertanian
6. Kelautan dan Perikanan 5. Jalan; 4. Pendidikan;
7. Pariwisata 6. Irigasi; 5. Air Minum; dan
8. Jalan 7. Pasar; 6. Sanitasi
9. Air Minum 8. Energi Skala Kecil;
10. Sanitasi; dan dan
11. Pasar 9. Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
26
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (9):
KEBIJAKAN DAK FISIK PRINSIP PENGELOLAAN DAK FISIK
27
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (10):
KEBIJAKAN DAK NON FISIK FILOSOFI, JENIS, DAN FORMULA
Tujuan: mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik dalam rangka
mengurangi beban ekonomi dan langsung dinikmati masyarakat
Formula Alokasi
Contoh: TPG PNSD
Gaji Pokok Guru bersetifikasi Pendidik x
Unit Cost Jumlah Frekuensi jumlah guru x 12 bulan
Bantuan Operasional untuk pencapaian program Bantuan Operasional untuk mendukung program KB.
Sekolah (BOS) wajib belajar 12 Tahun. Keluarga Berencana Sasaran untuk Balai penyuluhan,
(BOKB) fasilitas kesehatan, dan kampung
KB & Posyandu
28
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (11):
KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH DEFINSI & FORMULA ALOKASI
DID sebagai instrumen insentif dalam meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah dan
kesehatan fiskal APBD; meningkatkan kualitas pelayanan dasar publik, serta meningkatkan upaya
pengentasan kemiskinan
Penentu Kelayakan:
Kriteria Utama
Pendidikan
APBD 1.Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 0-4 33,3%
1. Local Taxing Power (Real 0-4 20,0% 2.Angka Partisipasi Murni (APM) SMP 0-4 33,3%
PDRD/PDRB Non Migas) 3.Harapan Lama Sekolah (HLS) 0-4 33,3%
Input
Output
0-4 33,3%
4. Fiscal Space (Real Pend. 0-4 20,0% 3.Cakupan Persalinan dengan Tenaga 0-4 33,3%
Nonearmarked/Real. Pendapatan) Kesehatan
Kategori Kinerja
5. Realisasi SILPA/Total Belanja 0-4 20,0% IX. Pelayanan Dasar Publik Bidang
Infrastruktur
II. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah : Kesesuaian
1.Rumah Tangga dengan Akses 0-4 33,3%
Pelayanan Pemerintahan
Materi 5%; Capaian Kinerja 95% (terdiri dari Pengambilan Air Minum Layak
Keputusan 30% dan Pelaksanaan Kebijakan 70%) 2. Rumah tangga dengan Sanitasi 0-4 33,3%
III. Perencanaan Daerah: Dokumen RKPD 40%; Verifikasi yang Layak
Penyusunan RKPD 30%; Presentasi dan Wawancara 30% 3. Jalan Kondisi Mantap 0-4 33,3%
Proses
Kesejahteraan
10%
Outcome 1. Persentase Penduduk Miskin 0-4 50,0%
V. Inovasi Pelayanan Publik : Pendekatan Baru; Produktif;
Berdampak; Berkelanjutan 2. Indek Pembangunan Manusia 0-4 50,0%
VI. Kemudahan Investasi : SDM 50%; Sarpras 25%;
Kelembagaan 25%
1. Kelompok Input, Output, dan Outcome menggunakan metode kuartil berdasarkan peningkatan kinerja dan capaian kinerja terakhir,
sedangkan kelompok proses sesuai hasil penilaian K/L.
2. Menggunakan Passing Grade: BB untuk kategori I, VII-X; Penilaian K/L untuk kategori II-VI. 30
30
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (15):
KEBIJAKAN DANA DESA FILOSOFI, TUJUAN, DAN SUMBER PENDAPATAN DESA
FILOSOFI TUJUAN
Dana Desa yang bersumber dari APBN adalah wujud meningkatkan pelayanan publik di desa;
pengakuan negara terhadap kesatuan masyarakat hukum mengentaskan kemiskinan;
yang berwenang mengatur & mengurus urusan memajukan perekonomian desa;
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa; dan
prakarsa, hak asal-usul dan/atau hak tradisional memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan
8,5% TKD Dana Desa adalah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan
Desa Adat yang ditransfer melalui APBD Kab/Kota dengan besaran
60,000 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap, dan
6,4% TKD dialokasikan kepada setiap desa secara merata dan berkeadilan
(miliar Rp)
46,982 DANA DESA WUJUD APBN PRO RAKYAT
CARA PERHITUNGAN
3,2% TKD 90
Porsi Pemerataan
%
BOBOT
20,766 1. Jml. Penduduk Desa (25%)
10 2. Angka Kemiskinan Desa (35%)
Porsi Keadilan 3. Luas Wilayah Desa (10%)
% 4. Tingkat Kesulitan Geografis
2015 2016 2017 Desa (30%)
Proporsi
TA 2015 TA 2016
PERTIMBANGAN TA 2017
Rp20,7 Triliun Rp46,9 Triliun Rp60,0 Triliun
(Alokasi Rata- Alokasi Alokasi Rata- Alokasi Alokasi Rata- Alokasi Alokasi
Dasar: rata/Desa max min Rasio rata/Desa max min Rasio rata/Desa max min
Formula) (juta) (juta) (juta)
1. Memperhatikan
(juta) (juta)
aspek pemerataan
(juta)
keadilan;Rasio
dan(juta)
(juta) (juta)
90:10 280 1.121 254 1:4 628 2. Rasio570
2.221 penerima
1:4 Dana800 Desa terkecil
2.819 dan terbesar
726 adalah
1:4
80: 20 280 1.961 228 1:8 628 3.813 512 1:8 800 4.838 652 1 :7
75: 25 280 2.382 215 1:11 628 4.610
yang483
paling rendah
1:10
4:1;
800 5.848 616 1:10
0:100
(full 280 8.768 13 1:662 628
3.
16.555
Standar
48
deviasi
1:340
palling
800
rendah.
20.992 62,670 1:335
formula)
32
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (17):
KEBIJAKAN DANA DESA OUTPUT DANA DESA
Irigasi Unit Drainase & Irigasi Pelatihan benih kerapu, tukik serta
1.025 km 65.573 budidaya cemara & bakau
33
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (18):
KEBIJAKAN DANA DESA OUTCOME DANA DESA
2014 2017
Gini rasio desa 0,34 0,32
JPM 17,7 juta 17,1 juta
% penduduk miskin 14,09%* 13,93%
Garis kemiskinan Rp286,1 ribu Rp361,5 ribu
* Tahun 2015
34
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (19):
KEBIJAKAN DANA DESA STATUS DESA PER WILAYAH
Dari 75.954 Desa sebagian besar tersebar di Jawa-Bali yang mencapai 31,4% dan Sumatera yang mencapai 31,2%.
Sementara itu yang lainnya tersebar di Sulawesi (11,8%), Kalimantan (8,9%), Papua (8,5%), Nusa Tenggara (5,4%) dan
Maluku (2,9%). Dari jumlah tersebut, sebagian besar Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal lebih banyak berada di Papua
yang mencapai 97%, Kalimantan (84,8%), Maluku (85%), dan di Sumatera (74,1%), sedangkan di Jawa-Bali mencapai 31,2%.
KALIMANTAN NUS-RA
70 3 PAPUA
SUMATERA 927 66 1 827
476 (12,1%) 171 12
395 13 2497 1126
5321 3571 (37,9%) (17,9%)
(15,5%)
3089 2570 (65,1%)
(46,9%) 4960
13705 (79,1%)
(59,6%) Total: 3.946
Total: 6.580 Rp3,225 T Total: 6.269
Total: 23.005 Rp5,258 T) MALUKU Rp5,665 T
Rp17,997 T 156 JAWA-BALI SULAWESI 270 26 832 (39,3%)
263 (1,1%) 79 1 (9,8%)
2960 2582 854
6953
(30,1%) 988
(59,5%) (46,7%)
12784 5161
Total: 2.116
Total: 8.677 Rp1,794 T
Total: 23.116
Rp6,873 T
Rp19,187 T
Desa Mandiri
Desa Maju
Desa Berkembang
Desa Tertinggal
Desa SangatTertinggal
35
DINAMIKA PERKEMBANGAN & TRANSFORMASI KEBIJAKAN TKDD (20):
KEBIJAKAN DANA DESA REFORMULASI KEBIJAKAN
36
DAMPAK TKDD TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DAN KESEJAHTERAAN (1)
PENINGKATAN KUALITAS PENYEDIAAN LAYANAN PUBLIK
37
DAMPAK TKDD TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DAN KESEJAHTERAAN (2)
PERTUMBUHAN EKONOMI RELATIF STABIL PADA KISARAN 4,5%-6,2%
10.0% 7.8%
6.0% 6.2% 6.0% 5.0%
4.9% 5.0% 5.5% 5.0%
4.7% 4.5%
5.0%
0.8%
0.0%
-5.0%
Sebelum
Desentralisasi Fiskal Pasca
Desentralisasi Fiskal
-10.0%
-13.1% Sumber: BPS (diolah)
-15.0%
2015
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
Dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik
38
DAMPAK TKDD TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DAN KESEJAHTERAAN (3)
TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN SEMAKIN MENURUN
35
Tingkat Kemiskinan Indonesia
% 29.14
30
24.23 Pasca
25 Desentralisasi Fiskal
18.41 18.2 17.42
20 17.47 16.66 15.97 17.75 16.58
15.42
14.15 13.33
15 12.49 11.66 11.47
10.96 11.13 10.7
Sebelum
10
Desentralisasi
5 Fiskal 10.64
2007
1996
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: BPS
Pengangguran terbuka Indonesia
12 11.24
10.28
% 10
9.06
9.67 9.86
9.11
8.39
8.10 7.87
7.14 7.48
8 6.36 6.17 6.18
6.08 6.13 5.94 5.61
6 4.87
Pasca
4 Sebelum
Desentralisasi Fiskal 5.33
2 Desentralisasi
0
Fiskal
2008
2015
1996
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2016
2017
39
TANTANGAN PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL (1):
MASIH ADA KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARDAERAH
Ketimpangan secara horizontal masih terjadi, sumber pertumbuhan masih bertumpu pada
kawasan barat, Tingkat Kemiskinan di kawasan timur masih relatif tinggi, dan Tingkat
Pengangguran tertinggi di Jawa.
Source: BPS
40
TANTANGAN PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL (2)
PDRB PERKAPITA, TINGKAT KEMISKINAN & GINI RATIO
Pembangunan ekonomi yang inklusif (pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pemerataan)
menjadi strategi utama mengatasi ketimpangan, baik antar provinsi maupun antar kab./kota di
dalam suatu provinsi.
Rata-rata Nasional:
Tingkat Kemiskinan 10,7%
Pendapatan perkapita Rp45,18 jt
41
41
TANTANGAN PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL (3)
MASIH ADA KESENJANGAN PENYEDIAAN LAYANAN PUBLIK
194,875
15 per 100.000
Kota Banda Aceh
100% Prov. Aceh
Kota Banjarmasin
Prov. Kalimantan Selatan
10% 37,841
Kab. Mamasa 14,928
1.4 per 100.000
Prov. Sulawesi Barat Kab.Kupang
Ribu
rupiah
Prov. NTT
4% Kab. DKI SULUT NTT
Memberamo
Prov. Papua
42
CURRENT ISSUES (1):
VISI-MISI RUU HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
43
CURRENT ISSUES (2):
RUANG LINGKUP RUU HKPD
UU 33/2004 RUU HKPD
PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH DAN
PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH PEMERINTAHAN DAERAH
a. Dana Perimbangan Revenue assignment: Expenditure assignment: Tugas Pembantuan
d. Dana Dekonsentrasi
b. Lain-Lain Pendapatan a. Transfer ke Daerah a. Belanja kebutuhan/prioritas
e. Tugas Pembantuan
c. Pinjaman Daerah b. Hibah Daerah daerah
c. Pinjaman Daerah b. Belanja tertentu
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH DAN
PENGELOLAAN
DAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN DAERAH
DAERAH PENGELOLAAN
PEMERINTAHANKEUANGAN
DAERAH DAERAH
Pengelolaan APBD: Kerjasama dgn Lembaga/Pemerintah Daerah di Luar
Pengelolaan APBD
Proses penyusunan APBD Pengendalian defisit APBD Negeri
Pelaksanaan Pengawasan dan
Pertanggungjawaban Pemeriksaan
44
CURRENT ISSUES (3):
REVISI UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Visi Perbaikan Kebijakan
Mewujudkan Sistem Perpajakan Daerah yang adil, efisien, dan akuntabel dalam rangka
peningkatan kualitas layanan publik dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
PENGUATAN PERPAJAKAN DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
1. PERLUASAN BASIS PAJAK DAERAH
1. Pengalihan PBB P3 menjadi Pajak Kabupaten/Kota.
2. Penerapan Opsen atas PPh, CHT, dan Opsen Provinsi atas Pajak Kab/Kota, Opsen Kab/Kota atas Pajak
Provinsi.
2. RESTRUKTURISASI PAJAK DAERAH
1. Mengurangi jenis pajaka dari 16 jenis menjadi 5 jenis dengan melakukan regrouping pajak sejenis,
mengubah DBH menjadi opsen, dan menghapus pajak yang bernilai kecil
2. Diharapkan administration cost dan compliance cost menjadi lebih rendah, serta penerimaan pajak lebih
optimal.
3. RASIONALISASI RETRIBUSI
1. Jasa Umum dari 15 jenis menjadi 5 jenis
2. Jasa Usaha dari 11 jenis menjadi 2 jenis
3. Perijinan tertentu dari 6 menjadi 2
4. PENGUATAN DASAR HUKUM PENGENAAN PAJAK
5. PENGUATAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN
1. Perlunya sistem pemungutan pajak yang lebih rinci;
2. Pengaturan mengenai Joint audit, pertukaran data dan penghapusan piutang, serta gugatan pajak
6. PENGUATAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PDRD 45
Kesimpulan
Implementasi Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal mampu untuk
mendukung perbaikan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, perluasan
kesempatan kerja, dan pengurangan kesenjangan. Ini menunjukan kebijakan
desentralisasi dapat menjadi instrumen yang strategis di dalam menuju
pencapaian Masyarakat Adil dan Makmur,
Sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu untuk terus
ditingkatkan agar perumusan kebijakan dan pelaksanaannya dapat berjalan
harmonis dan produktif dalam mengoptimalkan pengelolaan seluruh
instrumen desentralisasi fiskal. 25
46
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TERIMA KASIH
Kuliah Umum
Jurusan Manajemen Keuangan
Bintaro, 11 Oktober 2017
47