Anda di halaman 1dari 10

Menentukan tinggi lesi medulla spinalis

berdasarkan:
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Gangguan otonom
Gangguan motorik
timbul kelumpuhan yang sifatnya paraparese / tetraparese:
Paraparese UMN: lesi supranuklear terhadap segmen
medula spinalis lumbosakral (L2-S2).

Paraparese LMN: lesi setinggi segmen medula spinalis


L2-S2 atau lesi infranuklear.

Tetraparese UMN: lesi supranuklear terhadap segmen


medula spinalis servikal IV.

Tetraparese: ekstremitas superior LMN, ekstremitas


inferior UMN.
Gangguan sensibilitas
Gangguan sensibilitas segmental
Gangguan sensibilitas radikuler
Gangguan sensibilitas perifer
Gangguan sensibilitas segmental
Lipatan paha: lesi medulla spinalis L1
Pusar: lesi medulla spinalis torakal 10
Papilla mammae: lesi medulla spinalis torakal 4
Saddle anesthesia: lesi pada konus
Gangguan sensibilitas radikuler
Gangguan sensibilitas sesuai dengan radiks posterior

Gangguan sensibilitas perifer


Glove/stocking anesthesia
Gangguan susunan saraf otonom
Produksi keringat
Bladder: berupa inkontinensia urin atau uninhibited
bladder.
Autonomic bladder/ spastic bladder lesi medulla spinalis
supranuklear terhadap segmen sakral
Flaccid bladder/overflow incontinence lesi pada sakral medulla
spinalis
Pemeriksaan nervus facialis
N. Facialis (n. VII) mempunyai komponen somatosensorik
eferen dan aferen dengan fungsi yang dapat dibedakan,
yaitu :
Brachial motor (spescial visceral efferent)
Viseral motor (general visceral efferent)
Sensorik khuusus (special afferent)
Sensorik umum (General somatic afferent)
Pemeriksaan fungsi n. V.II:
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
Pemeriksaan N.XII
Sikap lidah
Artuklasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Atrofi otot lidah

Anda mungkin juga menyukai