Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
ARGIA ANJANI
110 2013 041
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
Latar Belakang
Departemen Kesehatan Indonesia 2012. Mata Sehat di Segala Usia untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia. Pusat
Komunikasi Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan Indonesia, RI.
Ilyas, S., Yulianti, S. R. 2013. Ilmu Kesehatan Penyakit Mata. Edisi Keempat, hal 3 10, 75 82. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Latar Belakang (2)
Allah S.W.T. menciptakan manusia memiliki panca indera serta dari
kelimanya memiliki fungsinya masing-masing. Keberadaan panca indera,
salah satunya mata, merupakan nikmat yang wajib kita syukuri.
Pembuktian rasa syukur kita terhadap karunia yang telah diberikan Allah
S.W.T. dapat diwujudkan dengan menjaga kesehatan mata serta
menggunakan mata sesuai dengan kehendak di jalan yang di ridhoi Allah
S.W.T.
1. Mendapatkan angka
prevalensi kelainan refraksi pada
Mendapatkan pengetahuan siswa usia 8 12 tahun di SDSN
mengenai prevalensi Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta,
kelainan refraksi mata pada Pondok Kelapa, Jakarta Timur,
anak usia 8 12 tahun di DKI Jakarta.
DKI Jakarta, ditinjau dari 2. Mengetahui dan memahami
kedokteran dan Islam pandangan Islam tentang peran
orang tua dalam merawat anak
yang memiliki kelainan refraksi
mata.
Metode Penelitian
Penelitian ini selaras dengan penelitian milik Jung Un Jang dan Inn-Jee Park (2015)
di Korea Selatan yang mendapatkan data prevalensi kelainan refraksi di kalangan
siswa sekolah dasar di Jeolla Selatan memiliki angka lebih dari 50% dari total seluruh
respondennya.
Tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nindya (2013), yang mendapatkan
hasil bahwa faktor lifestyle lebih berpengaruh terhadap kejadian miopia daripada faktor
genetik. Hasil penelitian Nindya mendukung teori bahwa faktor gaya hidup seperti
aktivitas melihat dekat yang terlalu banyak (membaca buku, melihat layar komputer,
bermain video game, menonton televisi) dapat menyebabkan lemahnya otot siliaris
mata Ganguan otot mata untuk melihat jauh.
Daerah perkotaan yang padat juga mengakibatkan sempitnya ruang bermain sehingga
anak cenderung melakukan aktivitas bermain di dalam ruangan yang jarang
menggunakan penglihatan jauh (Fachrian dkk, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Saad A, El-Bayoumy BM (2007) pada anak usia
sekolah di Mesir, diperoleh data bahwa tingkat pendidikan, aktivitas (kegiatan
membaca dekat), status ekonomi, dan riwayat keluarga memiliki hubungan terhadap
terjadinya kelainan refraksi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arianti (2013) Faktor risiko yang berhubungan
dengan terjadinya kelainan refraksi lifestyle atau aktivitas sehari-hari yang
memerlukan penglihatan jarak dekat. Terjadinya kelainan refraksi juga berhubungan
dengan faktor genetik yang mengikuti pola dose respons pattern, dimana anak yang
memiliki kedua orang tua yang mengalami miopia mempunyai risiko besar mengalami
miopia.
Kekurangan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu sekolah dasar di Jakarta Timur, sehingga masih
perlu dilakukan penelitian dengan skala lebih besar dan tersebar di seluruh wilayah
Jakarta untuk dapat memberikan gambaran kelainan refraksi pada populasi anak usia
sekolah dasar di Jakarta.
Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Pustaka Marwa
Dalam surah lain Allah S.W.T. berfirman :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS An-Nahl (16):78)
Sebagai wujud dari rasa syukur atas kesempurnaan manusia yang diberikan Allah S.W.T.
Menjaga dan mengembangkan potensi penglihatan, pendengaran, serta akal sesuai
dengan kehendak yang telah ditetapkan Allah S.W.T.
Ada suatu kondisi medis yang menyebabkan seseorang memiliki kelainan refraksi
mata yang dapat dialami oleh tiap golongan usia, tak terkecuali usia anak
Rasulullah S.A.W. berkata: Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian
maka kalianlah yang lebih mengetahui tetapi jika menyangkut urusan agama
kalian maka itu kepadaku (HR. Ahmad)
Hifs al- Din
(memelihara
agama)
Anak
Hifs al-Maal Hifs al-Nafs
(memelihara
dengan (memelihara
harta) Kelainan jiwa)
Refraksi
Hifs al-Aql
(memelihara
akal)
Prevalensi kelainan refraksi mata
pada siswa SDSN Pondok Kelapa 03
Pagi Jakarta usia 8 12 tahun
sebesar 58,6%
2. Kelompok usia 11 tahun merupakan kelompok usia yang paling sering ditemukan
kelainan refraksi.
3. Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yang mengalami kelainan
refraksi dibandingkan responden dengan jenis kelamin laki-laki.
4. Dari 41 responden yang mengalami kelainan refraksi, hanya 16 responden yang sudah
mengunakan alat bantu koreksi mata. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran orangtua
maupun dinas kesehatan terhadap kelainan refraksi mata anak usia sekolah dasar
masih belum cukup baik.
Bagi Pemerintah
Diharapakan pemerintah dapat melakukan usaha-usaha preventif dan promotif untuk mencegah dan
menurunkan prevalensi kelainan refraksi, dengan cara mempermudah akses informasi kesehatan, dan
memberikan edukasi bagi masyarakat luas melalui program-program kesehatan pemerintah pada
pusat pelayanan kesehatan maupun media elektronik mengenai kelainan refraksi, faktor-faktor yang
mempengaruhi kelainan refraksi dan cara-cara pencegahannya.
Bagi Ulama
Ulama diharapkan dapat berkerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan pengetahuan
mengenai tanggung jawab orangtua terhadap anak, terutama dalam menjaga kesehatan mata anak,
dalam upaya menjaga lima kemaslahatan yang diterapkan syariat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Joeri K. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Kelainan Refraksi Miopia pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Tanggamus tahun 2009-2010.
Aghai, Gholamhoseyn et al. 2016. Behavior Disorders in Children with Significant Refractive Errors. Iranian Society of Ophtalmology.
Arianti, Melita Perty. 2013. Hubungan Antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa PSPD UNTAN Angkatan 2010 2012. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Departemen Kesehatan Indonesia 2012. Mata Sehat di Segala Usia untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia. Pusat Komunikasi Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan
Indonesia, RI.
Fachrian, D, dkk. 2009. Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan Pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 6.
Goldberg M.D., Charlie. 2015. A Practical Guide to Clinical Medicine: A Comprehensive Physical Examination and Clinical education site for medical students and Other Health Care
Proffesionals. www. meded.ucsd.edu/clinicalmed/eyes.htm. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
Hasibuan, Fatika Sari. 2009. Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Berkerja Jarak Dekat, dengan Miopia pada Mahasiswa FK USU. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ilyas, H. Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Ilyas, H. Sidarta. 2006. Kelainan Refraksi Mata. Edisikedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Ilyas, S., Yulianti, S. R. 2013. Ilmu Kesehatan Penyakit Mata. Edisi Keempat, hal 3 10, 75 82. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
James, Bruce., dkk. 2006. Lecture Notes Ophtalmologi. Edisi ke-9, hal 2 dan 35. Erlangga, Jakarta.
Jang, J.U. Park, I.J. 2015. The Status of Refractive Errors in Elementary School Chikdren in South Jeolla Province, South Korea.
Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Pustaka Marwa
Munir, Juliana. 2006. Pengaruh Interaksi Komputer Terhadap Progresivitas Miopi dan Astigmatisme. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nindya, Kusumawardhani. 2013. Pengaruh Faktor Genetik dan Lifestyle terhadap Miopia. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pasha, Mustafa Kamal, dkk. 2003. Fikih Islam: Sesuai dengan Putusan Majelis Tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Putra, Wicaksono. 2012. Menentukan Jumlah Sampel dengan Rumus Slovin (http://analisis-statistika.blogspot.co.id/2012/09/menentukan-jumlah-sampel-dengan-rumus.html). Diakses 20
Mei 2016.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang
Saad A. and El-Bayoumy BM (2007): Environmental risk factors for refractive error among Egyptian schoolchildren; 13 (4): 819-828.
Sherwood, Laurelee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8, hal 210. EGC, Jakarta.
Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi) hal 101. ANDI, Yogyakarta.
Syadi, Khalid Abu. 2004. Indahnya Bersyukur. Jakarta: Gema Insani
Tausikal, M.A. (2013). Memilih Berobat atau Sabar dan Tawakkal? http://rumaysho.com/umum/memilih-berobat-atau-sabar-dan-tawakkal-5136 Diakses pada: 16 Oktober 2016 (16:08)
Vaughan, Daniel et al. 2011. General Ophtalmology. Edisi ke-18. Lange Medical, California.
Widodo, Agus dkk. 2007. Jurnal Oftalmologi Indonesia: Miopia Patologi. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-TinjPus3.pdf. Diakses pada tanggal 15 Februari 2016.
Yani, Ahmad Dwi. 2008. Kelainan Refraksi Dan Kacamata. Surabaya Eye Clinic,17 (5), Surabaya.
Zuhroni. 2000. Hukum Berobat Dalam Perspektif Hukum Islam. Kumpulan Makalah Agama Islam 1998-2011. Jakarta: Universitas YARSI
Zuhroni. 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Bagian Agama Universitas YARSI. Jakarta.
Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan Bagian Agama Universitas YARSI. Jakarta.
TERIMA KASIH