Anda di halaman 1dari 9

Titrasi Asam - Basa

Titrasi merupakan suatu metoda untuk


menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan asam atau
larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan
cara meneteskan larutan basa yang telah
diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah
larutan asam yang belum diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya.
Prinsip Titrasi Asam-Basa

Prinsip titrasi asam basa melibatkan asam


maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.
Cara Mengetahui Titik Ekivalen
• Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara
pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi.
Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalen”.
• Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua
hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa
adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi
oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Kelebihan dan Kekurangan Asam-Basa menurut
Arrhenius
1. Kelebihan: Mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan
oleh Justus Von Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam
memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak
tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.
2. Kekurangan:
• Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak
dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan
reaksi tanpa pelarut.
• Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti
kation dan anion.
• Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air
untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
• Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
Jenis-jenis Titrasi Asam-Basa
1. Basa Lemah - Asam Kuat
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah
analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat,
akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan
dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.
2. Asam Lemah - Basa Kuat
Asam lemah yang dicontohkan disini adalah
asam asetat CH3COOH (biasanya kita singkat
menjadi HOAc) dan dititrasi dengan basa kuat
NaOH.
Lanjutan…
3. Asam Kuat - Basa Kuat
Titran yang dipakai dalam jenis titrasi asam
basa ini adalah asam kuat dan basa kuat. Titik
akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat
kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai
fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
4. Asam Lemah – Basa Lemah
Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya
adalah titrasi CH3COOH sebagai asam lemah
dengan NH4OH sebagai basa lemah sehingga
membentuk garam yang berasal dari asam lemah
dan basa lemah. Jika Ka > Kb kelarutan bersifat
asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama
dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas
(N) dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M)
dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa,
sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas M = Molaritas
V = Volume
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH-(pada basa)

Anda mungkin juga menyukai