Anda di halaman 1dari 30

Peran Pemerintah dalam

Pembangunan SMART CITY

Direktorat Bina Penataan Bangunan


Ditjen. Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
urbanisasi
dunia
Saat ini 54% populasi dunia
tinggal di perkotaan.
Pada tahun 2050, bertambah
menjadi 66%. (UN)

indonesia
Tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan 2,75% pertahun, lebih besar dari nasional 1,17%
per tahun.
2015: 59,35% penduduk sudah hidup di kota
2045: 82,37% penduduk akan hidup di kota!
Permasalahan urbanisasi
• Transportasi dan kemacetan
• Pengelolaan sampah dan drainase
• Penyediaan air bersih
• Pengelolaan lahan
• Kurangnya public space
• Disparitas ekonomi
• Meningkatnya kriminalitas
• Kekumuhan
• Penyakit epidemik
• Bencana alam
• Kecelakaan
• Distribusi bahan pangan dan obat
• Meningkatnya carbon footprint
• dll
Ecological footprint
“urbanization has been identifies as a triggering factor for larger ecological footprint as it
increases resources consumption” (WWF, 2014)
Ecological footprint
Indonesia (2011)

http://www.footprintnetwork.org/en/index.php/GFN/page/trends/indonesia/
Bagaimana menyelesaikan atau mencari
solusi dari permasalahan perkotaan yang
kompleks dan multifacet?
Smart city maybe one of the solution
Kompas, ITB, UGM, UI telah menyusun indeks Kota Cerdas dimana pada bulan Agustus 2015
beberapa kota di Indonesia dianugerahi penganugerahan IKCI (Indeks Kota Cerdas Indonesia).

Menurut IKCI, Kota Cerdas memiliki 4 dimensi, yaitu:


• Safe dan secure dari bencana alam dan kriminalitas
• Efisien, dimana kota dapat berkembang dan efisian untuk
berkehidupan
• Pleasant, dimana kota harus nyaman untuk hidup dan bekerja,
serta
• Sustainable/berkelanjutan

Sedangkan komponen kota cerdas terdiri dari 9 komponen, yaitu:


• Smart government
• Smart healthcare
• Smart energy
• Smart technology
• Smart security
• Smart infrastructure
• Smart building
• Smart transportation
• Smart citizen
Kota-kota yang dianggap dapat
memberikan pembelajaran penerapan
Kota Cerdas bagi kota lainnya tersebut
dibagi berdasarkan kategori:
1. Kota berpenduduk diatas 1 juta
jiwa:
– Surabaya (Pemenang I)
– Tangerang,
– Bandung,
– Depok,
– Semarang.

2. Kota berpenduduk 200 ribu – 1 juta


jiwa:
– Yogyakarta (Pemenang I),
– Balikpapan,
– Surakarta,
– Pontianak,
– Malang,

3. Kota berpenduduk hingga 200 ribu


jiwa
– Magelang, (Pemenang I),
– Madiun,
– Bontang,
– Mojokerto,
– Salatiga.
Selain itu, Pemerintah telah menyusun

SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI


PEMBANGUNAN PERKOTAAN
RPJMN 2015 – 2019

Dimana smart city/kota cerdas termasuk kedalam


arah pembangunan berkelanjutan
Kota Masa Depan: Kota Berkelanjutan Dan Berdaya Saing
2015 - 2045
Kota Layak yang Kota Hijau yang Kota Cerdas yang
aman dan berketahanan berdaya saing
nyaman iklim dan dan berbasis
bencana teknologi

1 Strong Neighboorhoods 2 Green Openspace


Green Waste
3 Smart Economy
Walkable Green Transportation Smart People
Affordable Green Water Smart Governance
Comfortable Green Energy Smart Mobility
Cultural Green Building Smart Environment
Connectivity Green Economy Smart Living
Resilience
Membangun IDENTITAS PERKOTAAN Membangun keterkaitan dan manfaat antarkota
INDONESIA berbasis karakter fisik, dan desa-kota dalam SISTEM PERKOTAAN
4 keunggulan ekonomi, budaya lokal NASIONAL berbasis kewilayahan 5
RPJPN 2005-2025 RPJPN 2025-2045
KOTA
BERKELANJUTAN

100% indikator Kota


100% indikator Kota Hijau Cerdas yang Berdaya
dan Berketahanan Iklim Saing dan Berbasis
100% Indikator Standar dan Bencana terpenuhi di Teknologi terwujud di
Pelayanan Perkotaan (SPP) semua kota seluruh kota.
terpenuhi sesuai dengan Kota
Baseline Layak Huni, Aman, Nyaman
2015 2025 2035 2045
1 Pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP): Layak Huni , Hijau Berketahanan, Cerdas berdaya saing.
2 Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) di seluruh kota, antarkota, desa-kota.
3 100% indikator tata kelola kota berkelanjutan terwujud di seluruh kota.
Mengembangkan pengelolaan
lingkungan udara dan air
KOTA CERDAS BERDAYA SAING

perkotaan berbasis teknologi;


Mengembangkan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya
dan hasil kegiatan perkotaan
secara berkelanjutan (zero
waste);
Mengembangkan dan
memanfaatkan sumber daya
energi terbarukan, dengan
mendorong seluruh potensi
dalam negeri.
Mengembangkan networking
informasi perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
berkelanjutan antara
pemerintah, swasta, dan
masyarakat;
Mengembangkan pendidikan dan
pengembangan sumber daya
manusia yang kreatif, inovatif,
KOTA CERDAS BERDAY SAING

dan produktif berbasis keahlian


Membangun kreativitas dan
inovasi masyarakat dalam
pembangunan perkotaan melalui
dukungan penelitian dan
pengembangan
Membangun partisipasi dan
keterlibatan aktif masyarakat
kota dengan semangat
keterbukaan dan kerjasama
untuk membangun daya saing
kota
Mengembangkan karakter sosial-
budaya masyarakat untuk
meningkatkan modal sosial
masyarakat kota
SMART CITY adalah suatu pendekatan
untuk menuju kota yang layak huni dan
berkelanjutan yang mencakup beberapa
komponen:
1. Smart economy
2. Smart mobility
3. Smart environment  energy,
environment, public space
4. Smart human capital
5. Smart living
6. Smart governance

Permasalahan kota yang kompleks dan


multifacet memerlukan pengelolaan yang
cerdas, khususnya dari pelaku
pembangunan

Sumber: Kompas dan IBM


Kebijakan KemenPUPR dalam mewujudkan
smart city
Melalui salah satu komponen smart city:
smart environment
• Smart environment  energy,
environment, public space
– Energy
• Kementerian PUPR mengeluarkan Permen PUPR
No. 2 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
Hijau
– Environment
• Kementerian PUPR memiliki program P2KH
(Program Pengembangan Kota Hijau). Program
ini juga merupakan pengembangan atribut kota
hijau skala kota
– Public Space
• Kementerian PUPR berkomitmen untuk
menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
bersama dengan Pemda untuk pemenuhan 20%
RTH publik dan 10% RTH private.
Rancangan Program Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tahun 2015 - 2019
Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan
(Gerakan 100-0-100)

4
2
Renstra Direktorat Bina Penataan Bangunan, DJCK, 2015-2019
Baseline 2014 Sasaran 2015-2019

49% 100%
Perda BG Perda BG

10% Kab/Kota 60% Kab/Kota


BG ber IMB BG ber IMB
B 3% Kab/Kota 30% Kab/Kota B
BG ber SLF BG ber SLF
G 0,4% Kab/Kota
G
70% Kab/Kota
Pendataan BG Pendataan BG
2,9% Kab/Kota 60% Kab/Kota
terlayani TABG terlayani TABG

TERSELENGGARANYA BANGUNAN GEDUNG DAN RUMAH


3 BGN
Bangunan
NEGARA YANG TERTIB DAN ANDALGedung
SERTA PENATAAN BANGUNAN
32 BGN
sudah BGH sudah BGH
Mewujudkan bangunanYANG BERKELANJUTAN
gedung yang sesuai fungsi, andal, serasi, selaras
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dengan lingkungan.
12% RTH Menerapkan tertib penyelenggaraan BG melalui implementasi Perda BG, 14% RTH
IMB dan SLF.
45 Penataan Kws.
11 Penataan Kws. Membangun Bangunan Gedung Hijau dalam rangka perwujudan kota hijau
Penataan Bangunan melalui Revitalisasi Kawasan Pusaka
P Pusaka 300 P
Meningkatkan
Penataan BangunanRuang Terbuka Hijau
dan Lingkungan di kawasan
melalui perkotaan.
Revitalisasi Kawasan 300*
B 50 Penataan Kws. Penataan
B
Strategis Mengembangkan percontohan
Meningkatkan Ruang kota-kota
Terbuka Hijau tematik
di kawasan seperti kota
perkotaan hijau,
dalam kota
rangka Kws. Strategis
L perwujudan kota hijau.
cerdas, symbiocity, dan kota berkelanjutan. L
Mengembangkan Penataan Kawasan Strategis dan Penataan Kawasan 1200**
0 KECAMATAN Penataan lingkungan melaluiPusaka.
konsep pemberdayaan masyarakat. KECAMATAN
Fasilitasi Ruang Fasilitasi Ruang
Terbuka Publik Terbuka Publik
FAKTA BANGUNAN GEDUNG di DUNIA
- Menghabiskan lebih dari 1/3
sumber daya dunia untuk
konstruksinya;
- Menggunakan 40% dari total
energi global;
- Menggunakan 12 % dari total
persediaan air bersih;
- Menghasilkan 40% dari total
emisi greenhouse gas (GHG);
- Pada tahun 2030, diperkirakan
1/3 total emisi CO2 dunia
berasal dari bangunan gedung,
dengan penyumbang terbesar
dari negara-negara di Asia

Sumber:
IPCC Fourth Assessment Report on Climate Change 2007
BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA

Kebutuhan
Demikian pula energi listrik
dengan CO2 pada sektor
yang berkaitan
dengan
bangunan
(hunian dan
komersial)
meningkat tiap
tahunnya

Sumber: Global Insight, RISI, WMM, PLN, IEA: Indonesia GHG Abatement Cost Curve

“Data menunjukkan adanya pertambahan konsumsi energi nasional yang cukup besar,
demikian pula dengan emisi CO2 yang dihasilkan”
Source: IFC Report, 2011
Sesuai dengan laporan dari Dewan Nasional Perubahan
Iklim Indonesia tahun 2010 lalu, sektor bangunan
gedung di Indonesia diprediksi pada tahun 2030
menghasilkan emisi CO2 sebesar 215 MtCO2e dari 71
MtCO2e yang dihasilkan pada tahun 2005. Dengan
menggunakan teknologi yang ada saat ini, potensi
reduksi emisi CO2 sektor bangunan gedung adalah 48
MtCO2e atau sekitar 22,3%. Angka reduksi emisi CO2
sebesar 22,3% ini selanjutnya dijadikan referensi untuk
menentukan kinerja bangunan gedung hijau secara
nasional.
Pengaturan Bangunan Gedung di Indonesia

Undang-Undang No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung

Peraturan Pemerintah No. 36/2005


tentang
Peraturan Pelaksanaan UU 28/2002 tentang Bangunan
Gedung

Peraturan
PeraturanPresiden
Presiden
Permen
PermenPUPU2929/2006
/2006
(Building
(BuildingCode)
Code) Peraturan Daerah BG

Permen
PermenPU
PUdan
danSNI
SNI
Kondisi lokal: geologis, geografis, sosial
PERMEN
PERMEN PUPR
PUPR No.
No. 22 // 2015
2015 dan budaya
tentang
tentang Bangunan
Bangunan Gedung
Gedung
Hijau
Hijau
“Bangunan Gedung Hijau adalah
bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan keandalan bangunan gedung
serta memiliki kinerja bangunan terukur,
efisien, hemat energi dan air, lebih sehat
dan nyaman serta mempertimbangkan
daya dukung lingkungan sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan
hingga pembongkaran”

Bangunan Gedung Hijau merupakan salah satu


cara membangun bangunan pintar yang
mempertimbangkan daya dukung lingkungan
dengan penggunaan energi seefisien mungkin.
KEANGGOTAAN P2KH 2015

183

+-40 Aggota
143 +-40
Baru

112 31 31 31 Fisik RTH

85 27 27 27

25 25 25 25

60 60 60 60 60

2011 2012 2013 2014 2015 2016


Bangunan Gedung Hijau dan Program Pengembangan Kota Hijau merupakan langkah
awal mewujudkan smart city (Kota Cerdas) dalam komponen smart environment,
khususnya dalam pengelolaan energi melalui BGH, pembangunan lingkungan yang
memperhatikan daya dukung lingkungan untuk mengurangi ecological footprin Indonesia,
dan membentuk smart society dengan penyediaan ruang publik.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai