Abses Otak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

Abses serebri merupakan infeksi

intraserebral fokal yang dimulai sebagai serebritis


yang lokalisatorik dan berkembang menjadi
kumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul otak.

Mikroorganisme penyebab abses otak


meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu,
mencapai substansia otak melalui aliran darah,
perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus
trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner
STATUS PASIEN
Identitas Pasien

Nama : Saifullah
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Pemeriksaan : 22 Mei 2017
No. registrasi : 07.23.91
Anamnesis

a. Keluhan Utama : Nyeri Kepala

b. Keluhan Tambahan : Sakit telinga, mual, kekauan

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik saraf RSCUM dengan
keluhan nyeri kepala yang dirasakan sudah sejak 1 tahun
yang lalu, nyeri dirasakan berdenyut dibagian dalam. Pasien
juga mengeluhkan nyeri didalam telinga tahun 2016 yang
lalu, telinga berair dan penuh kotoran. Kurang lebih 10 bulan
yang lalu pasien merasa kekakuan bagian sebelah kiri dan
selama sebulan tanpa pengobatan dan hilang dengan
sendirinya. Pasien juga mengeluhkan kejang sekitar 15x
dalam setahun terakhir. Mual, demam dan sesak tidak
dikeluhkan
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya pernah menjalani rawatan di
ICU RSCUM dengan penurunan kesadaran dan
mengalami kejang yang lama

e. Riwayat penggunaan obat


Pasien pernah mengkonsumsi obat kejang,
antibiotic, analgetik.

f. Riwayat penyakit keluarga


Pasien tidak mempunyai keluarga yang
mempunyai penyakit dengan gejala yang sama
dengan pasien.
Status Present

a. Keadaan Umum : baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg

d. Nadi : 86x/I

e. Laju pernapasan : 20x/I

f. Temperatur : 36,7 °C
Status Generalis

Kepala : normocephali, tidak terdapat adanya kelaianan

Mata : konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-).

Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe

Thorax : tidak ditemukan kelainan

Paru : tidak ditemukan kelainan

Jantung : tidak ditemukan kelainan.

Abdomen : tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan.


Status neurologis

A. Pemeriksaan Nervus kranialis

N. I : tidak ada kelainan pada daya pembau

N. II : tajam penglihatan dalam batas normal, lapangan


pandang dalam batas normal, tidak buta warna, RCL +/+

N. III : tidak ada ptosis, tidak ada strabismus, tidak ada


nistagmus, pergerakan bola mata dalam batas normal, RCTL +/+

N. IV : pergerakan bola mata kearah superior obligue normal

N. V : sensorik dalam batas normal, motorik dalam batas


normal
N. VI : pergerakan bola mata kearah lateral normal

N. VII : tidak ada tanda tanda paralisis.

N. VIII : tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada


gangguang keseimbangan

N. IX : tidak ada tanda kelumpuhan

N. X : tidak ada tanda kelumpuhan

N. XI : tidak ada kesulitan dalam menggerakan bahu dan


menolehkan kepala

N. XII : tidak ada tanda kelumpuhan


B. Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : dalam batas normal


Lasegue : dalam batas normal
Kernig : dalam batas normal
Burdzinsky 1 : negative
Burdzinsky 2 : negative
Burdzinsky 3 : negative
Burdzinsky 4 : negative

C.Pemeriksaan motorik

Tonus : dalam batas normal


Trophy : dalam batas normal
Paresis : tidak ada kelainan
Reflex patologis
Reflex fisiologis
Babinski : (-)
Bisep : (+)
Oppenheim : (-)
Trisep : (+)
Chaddock : (-)
Patella : (+)
Gordon : (-)
Achilles : (+)
Gonda : (-)
Schaffer : (-)
Fungsi Sensorik Hoff Trom : (-)

Eksteroseptif
Nyeri : dalam batas normal
Suhu : dalam batas normal
Propioseptif
Vibrasi : dalam batas normal
Posisi : dalam batas normal
Diagnosis

Diagnosis klinis
Abses otak et causa OMSK

Diagnosis Topis
Subdural empiema

Diagnosis Etio
Infeksi bakteri

Diagnosis Patologi
Inflamasi
23-12-2016
HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 10,6 13-18 g%
LED - <15 mm/jam
Eritrosit 3,9 4,2-5,4 x 103 /mm3
Leukosit 22,6 4-11 x 103 /mm3
Hematokrit 32,4 37-47 %
MCV 81 76-96 fl
MCH 26,6 27-32 pg
MCHC 32,7 31-35g%
RDW 17,6 11,5-50 %
Trombosit 392 150-450 x 103 /mm3
23-12-2016
HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Bilirubin Total 1.1 0.1-1.0 mg/dl
Bilirubin Direk 0,64 0,1-0,3 mg/dl
SGOT 143 10-37 IU/l
SGPT 142 10-42 IU/l
Alkalin Fofatase 145 31-97 IU/l
Total Protein 6,9 6,0-8,3 g
Albumin 3,2 3,2-5,2 g
Globulin 3,7 2,6-3,6 g
Ureum 32 20-40 mg/dl
Kreatinin 0,37 0,2-1,2 mg/dl
Uric 2,8 <7 mg/dl
Acid
Terapi
• Manitol 250 cc/hari
• Methyl Prenidsolon 125mg/8jam
• Paracetamol 1gr/8jam
• Fosmicin 1gr/12jam
• Citicolin 500 cc/12jam
• Ketorolac 3%/8 jam
• Ranitidine 50mg/12 jam

Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bona
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Abses Otak
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral
fokal yang dimulai sebagai serebritis yang lokalisatorik
dan berkembang menjadi kumpulan pus yang
dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai
macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.

Abses atau empyema subdural termasuk


penyakit yang jarang terjadi namun merupakan
infeksi yang mengancam nyawa dan memiliki
kemungkinan gejala sisa neurologis serius bagi pasien
yang selamat
Etiologi Abses Otak
Penyebab Angka kejadian (%)
Sinusitis paranasal (khususnya 67-75
sinus frontalis)

Otitis (khususnya otitis media 14


kronis)

Pasca operasi 4
Trauma 3
Meningitis (lebih sering terjadi 2
pada anak-anak)

Penyakit jantung kongenital 2


Lain-lain 3
Mikroorganisme yang Angka kejadian
didapatkan pada empyema (%)
subdural
Streptokokus aerobik 30-50%
Stafilokokus 15-20%
Streptokokus anaerobik 15-25%
Gram negatif aerobik 5-10%
Anaerobik lainnya 5-10%
Patofisiologi Abses Otak
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang
yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi
lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik
perdarahan. Beberapa ahli membagi perubahan
patologi AO dalam 4 stadium yaitu :

1. Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)


2. Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)
3. Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule
Formation)
4. Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late
Capsule Formation)
Manifestasi Abses Otak
Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat
gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan
gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit
kepala dan kejang.

Tanda dan gejala empyema subdural Angka kejadian (%)


Demam 95
Nyeri kepala 86
Meningismus 83
Perubahan status mental 76
Kejang 44
Nyeri, bengkak, dan inflamasi sinus 42
Mual dan/atau muntah 27
Hemianopsia homonimus 18
Kesulitan berbicara 17
Edema papil 9
CT-Scan Normal CT-Scan Abses Otak
Gambaran CT-Scan
o Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah inflamasi
dan edema. Pada hari pertama terlihat daerah
yang hipodens dengan sebagian gambaran
seperti cincin. Pada hari ketiga gambaran cincin
lebih jelas sesuai dengan diameter serebritisnya.
Didapati mengelilingi pusat nekrosis.

o Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas


dan terdapat nekrosis dari zona central inflamasi.
Gambaran cincin sempurna, 10 menit setelah
pemberian kontras perinfus. Kontras masuk ke
daerah sentral dengan gambaran lesi homogen
 menunjukkan adanya cerebritis.
o Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post
infeksi, fibrosis, hipervaskularisasi pada batas
pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini
dapat terlihat gambaran ring enhancement.
Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi
pusat nekrosis lebih kecil dan kapsul terlihat
lebih tebal.

o Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah


sentral yang hipodens (sentral abses) yang
dikelilingi dengan kontras - ring enhancement
(kapsul abses. Gambaran kapsul dari abses jelas
terlihat, sedangkan daerah nekrosis tidak diisi
oleh kontras.
Tatalaksana Abses Otak
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis
yang tepat dan pemilihan antibiotik didasarkan pada
pathogenesis dan organisme yang memungkinkan terjadinya
abses. Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan
kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole.

Etiologi Antibiotik

Infeksi bakteri gram negatif, bakteri Meropenem


anaerob, stafilokokkus dan stretokokkus

Penyakit jantung sianotik Penissilin dan metronidazole

Post VP-Shunt Vancomycin dan ceptazidine

Otitis media, sinusitis, atau mastoiditis Vancomycin

Infeksi meningitis citrobacter Sefalosporin generasi ketiga,


yang secara umum dikombinasi
dengan terapi aminoglikosida
Empyema subdural merupakan penyakit
infeksi yang membutuhkan operasi segera. Prinsip
tata laksana untuk empyema subdural adalah:

 Tata laksana adekuat pada sumber infeksi


penyebab empyema subdural.

 Drainase pus, baik dengan burr-hole maupun


dengan kraniotomi atau kraniektomi jika
dibutuhkan.

 Identifikasi mikroorganisme penyabab infeksi.

 Tata laksana antibiotik adekuat yang sesuai


dengan mikroorganisme penyebab infeksi.

Anda mungkin juga menyukai