Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
HALUSINASI
PENGERTIAN
 Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana
terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
sensorik (persepsi indra yang salah).
 Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi
sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan atau pengecapan).
 Menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
Psikodinamika
Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang


paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan
gangguan jiwa. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara –
suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien
menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri,
bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa
juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi
tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada
orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
Psikopatologi dari halusinasi pendengaran yang pasti
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan menekankan
pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain.
Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga dalam
kondisi normal, otak dibombardir oleh aliran stimulus yang
datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini
akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke
alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama
sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal, maka
materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious
bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain
mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
keinginan yang direpresi ke unconsicious dan karena sudah
terjadi retaknya kepribadian serta rusaknya daya menilai
realitas, maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam
bentuk stimulus eksterna.
ETIOLOGI
Penyebab halusinasi secara spesifik tidak diketahui,
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti:
a. Faktor biologis: epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik, penggunaan obat (anti depresi, anti
kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, halusinogen)
b. Psikologis: skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia
c. Sosial budaya: konsumsi alkohol
Stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis,
pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme
koping.
KLASIFIKASI

1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik): mendengar suara yang


membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam
padahal tidak ada suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual): melihat pemandangan orang,
binatang atau sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau/hirup (olfaktori) → jarang didapatkan:
mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau
mayat, yang tidak ada sumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik) →biasanya terjadi bersamaan
dengan halusinasi bau / hirup: merasa (mengecap) suatu rasa
di mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinestetik): merasa ada
seseorang yang meraba atau memukul → Bila rabaan ini
merupakan rangsangan seksual, halusinasi ini disebut
halusinasi heptik.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI
(Struart & Laraia, 2005)
FASE-FASE HALUSINASI
1. Comforting, Ansietas sedang: halusinasi
menyenangkan
2. Condemning, Ansietas berat: halusinasi
menjadi menjijikkan
3. Controling, Ansietas berat: Pengalaman
sensori menjadi berkuasa
4. Consquering, Panik: Umumnya menjadi
melebur dalam halusinasinya
TANDA DAN GEJALA
1. Tahap I 2. Tahap II
 Menyeringai atau tertawa yang  Peningkatan sistem saraf otonom
tidak sesuai yang menunjukkan ansietas
 Menggerakkan bibirnya tanpa misalnya peningkatan nadi,
menimbulkan suara pernafasan dan tekanan darah
 Gerakan mata yang cepat  Penyempitan kemampuan
 Respon verbal yang lambat konsenstrasi
 Diam dan dipenuhi sesuatu yang  Dipenuhi dengan pengalaman
mengasyikkan sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan
antara halusinasi dengan realitas.
3. Tahap III 4. Tahap IV
 Lebih cenderung mengikuti  Prilaku menyerang teror
petunjuk yang diberikan oleh seperti panik
halusinasinya daripada  Sangat potensial melakukan
menolaknya bunuh diri atau membunuh
 Kesulitan dalam berhubungan orang lain
dengan orang lain  Kegiatan fisik yang
 Rentang perhatian hanya beberapa merefleksikan isi halusinasi
menit atau detik seperti amuk, agitasi,menarik
 Gejala fisik dari ansietas berat diri atau katatonik
seperti berkeringat,  Tidak mampu berespon
tremor,ketidakmampuan untuk terhadap petunjuk yang
mengikuti petunjuk kompleks
 Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
halusinasi adalah Resiko mencederai diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
PENATALAKSANAAN
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu
mengatasi masalah yang ada
4. Memberi aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses
perawatan
PENGKAJIAN
Focus pengkajian pada kasus halusinasi :
Persepsi : halusinasi
[ ] pendengaran
[ ] penglihatan
[ ] perabaan
[ ] pengecapan
[ ] penghidung
Isi halusinasi …………………….
Waktu terjadinya ……………….
Frekuensi halusinasi …………….
Respons pasien …………………..
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
1. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh
individu untuk mengatasi stress.
a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di
besarkan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
berhubungandengan halusinasi
2. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
5. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri
rendah kronis
6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan
koping keluarga tIDak efektif
7. Kerusakan komunikasi verbal
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
9. Koping individu tidak efektif
PERENCANAAN
HALUSINASI INTERVENSI.docx

Anda mungkin juga menyukai