DEPARTEMEN ILMU JIWA RS HAJI MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA 2017 Terapi dengan obat-obat psikofarmaka yaitu meliputi obat-obat yang memiliki efek utama terhadap proses mental disusunan saraf pusat, seperti proses pikir, perasaan dan fungsi motorik atau perilaku. Berdasarkan efek klinis, psikofarmaka dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu, obat-obat antipsikotik, antidepresan, antianxietas dan antimanik / mood stabilizer. Obat antipsikotik adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis. Berdasarkan rumus kimia: • Fenotiazine (ex: Chlorpromazine) /low potency • Non Fenotiazine (ex: Haloperidol) / high potency
Menurut caranya terhadap reseptor dopamine
• Dopamine reseptor antagonis (DA)/ Tipikal • Serotonin Dopamine Antagonis (SDA)/ Atipikal Metabolisme obat antipsikotik secara farmakokinetik dipengaruhi oleh beberapa hal: pemakaian bersama enzyme inducer seperti carbamazepin, phenytoin, ethambutol, barbiturate. Kombinasi dengan obat-obat tersebut akan mempercepat pemecahan antipsikotik sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi.
Clearance inhibitors seperti SSRI (Selective Serotonin
Receptor Inhibitor), TCA (Tricylic Antidepresan), beta blocker, akan menghambat ekskresi obat-obat antipsikotik sehingga perlu dipertimbangkan dosis pemberiannya bila diberikan bersama-sama. Kondisi stress, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan gagal hati dapat mempengaruhi ikatan protein obat-obat antipsikotik tersebut. Obat-obat antipsikotik: bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine dan serotonin di otak, dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, waham dan lain-lain. Sistem Dopamine yang terlibat: • Ningrostriatal (jika hambatan berlebihan: gangguan aktivitas motoric) • Mesolimbokortikal (jika hambatan berlebihan: gangguan fungsi kognitif) • Tuberoinfundibuler(jika hambatan berlebihan: gangguan fungsi endokrin) Akatisia Berupa perasaan tidak nyaman, gelisah, dan merasa harus menggerak-gerakkan tungkai, kaki. Distonia Akut
Terjadinya kekakuan dan kontraksi otot secara tiba-
tiba, biasanya mengenai otot leher, lidah, muka dan punggung. Parkinsonism
Kumpulan gejala yang terjadi atas bradikinesia,
rigiditas, fenomena roda gerigi, tremor, muka topeng, postur tubuh kaku, gaya berjalan seperti robot dan drooling (tremor kasar tangan seperti sedang membuat pil). Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan reaksi idiosinkrasi yang sangat serius dengan gejala utama berupa rigiditas, hiperpiretik, gangguan sistem saraf otonom dan delirium. gejala biasanya berkembang dalam periode waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah pemberian antipsikotik. terhadap system gastrointestinal sering dijumpai efek antikolinergik perifer, rasa kering dimulut, sehingga pasien sering merasa haus. Haloperidol merupakan antipsikotik yang bersifat D2 antagonis yang sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergiknya sangat minimal. • Efek samping :Sedatif lemah, digunakan terhadap sindrom positif dengan gejala dominan antara lain halusinasi, waham, apatis, menarik diri, hipoaktif, kehilangan minat dan inisiatif dan perasaan tumpul. • Dosis dan Pedoman Klinis :Waktu paruh haloperidol 12 jam, sehingga cukup diberikan 2 kali sehari. (anjuran: 5-15 mg/ hari) Chlorpromazine merupakan antipsikotik yang memiliki efek samping hipotensi yang tinggi dari pada haloperidol, klorpromazin juga memiliki efek samping sedatif kuat yang digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku. • Dosis dan Pedoman Klinis : Klorpromazin dapat diberikan dosis awal 30- 75 mg 3 kali sehari namun untuk dosis pemeliharaan diberikan 100 mg 2 kali sehari. (dosis anjuran: 150-600 mg/ hari) Risperidone Risperidone jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengakibatkan gejala ekstrapiramidal dibandingkan haloperidol. • Efek samping : Penambahan berat badan, anxietas, mual dan muntah, rhinitis, disfungsi ereksi, dan disfungsi orgasmic dikaitkan dengan penggunaan risperidone. Dosis anjuran: 2-6 mg/ hari Olanzepine Konsentrasi puncak dicapai dalam 6 jam, dan waktu paruh rata-rata 30 jam. Oleh karena itu, obat ini efektif dengan dosis sekali sehari. • Efek samping: Somnolen, mulut kering, pusing, konstipasi, dyspepsia, meningkatnya nafsu makan dan tremor terkait dengan penggunaan olanzepine. • tersedia dalam tablet 2,5, 5, 7,5, 10 dan 15 mg. Dosis awal untuk terapi psikotis biasanya 5 atau 10 mg, dan untuk terapi mania akut biasanya 10 atau 15 mg diberikan sekali sehari. Clozapine Kadar plasma puncak dicapai dalam 1-4 jam. Waktu paruh stabil selama 10-16 jam biasanya dicapai dalam 3-4 hari jika digunakan dosis 2x/hari. • Efek samping: Efek samping terkait obat yang paling lazim adalah sedasi, pusing, sinkop, takikardia, hipotensi, perubahan elektrokardiogram (EKG), mual dan muntah. • Dosis dan pedoman klinis: Tersedia tablet 25 dan 100 mg. Dosis awal 25 mg 1-2x/hari, meskipun dosis awal konservatif adalah 12,5 mg 2x/hari. Kemudian dosis dapat ditingkatkan secara bertahap (25 mg/hari setiap 2 atau 3 hari) hingga 300 mg/hari dalam dosis terbagi, biasanya 2- 3x/hari. Dosis hingga 900 mg per hari dapat digunakan. Ziprasidone Konsentrasi Plasma puncak ziprasidone dicapai dalam 2-6 jam. Waktu paruh stabil selama 5- 10 jam dicapai pada hari ke 3, dan diperlukan dosis 2x/hari. ziprasidone memiliki efek anti depresan. • Dosis dan pedoman klinis : Dosis ziprasidone harus dimulai dengan dosis 40 mg/hari. Dibagi menjadi 2 dosis harian. Beberapa studi telah menunjukan efektivitas ziprasidone pada kisaran dosis 80 hingga 160 mg/hari, dibagi menjadi dua dosis. Aripiprazole Aripiprazole bukanlah SDA, tetapi merupakan agonis parsial reseptor dopamin D2. Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 3 hingga 5 jam. • Efek samping: Aripiprazole tampak terkait dengan risiko gejala ekstrapiramidal yang rendah, sedasi ringan, penambahan berat badan ringan, tidak ada perpanjangan QT, dan peningkatan prolaktin. • Dosis dan pedoman klinis: Aripiprazole tersedia dalam tablet 10, 15, 20, dan 30 mg. Aripiprazole terlihat efektif dalam kisaran dosis 10 hingga 30 mg/hari. Obat antipsikotik adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis. Antipsikotik mempunyai 2 klasifikasi, yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Dapat juga terjadi efek samping akut berupa SNM (Syndroma Neuroleptik Maligna) yang merupakan kondisi emergensi karena dapat mengancam kelangsungan hidup pasien. Obat-obat DA juga sering disebut antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut juga antipsikotik atipikal. Obat-obat SDA makin berkembang dan menjadi pilihan karena efek klinis yang diperoleh setara dengan obat-obat konvensional disertai dengan efek samping yang jauh lebih ringan.