Anda di halaman 1dari 74

Presentasi Kasus Bangsal Melati 2

Bernita Nur Cahyani


Mia Munawaroh Y.
Rahma Herviastuti
Rakyan Artha Dewi R.
M. Reyhan Hadwiono
Nila Arifatusshoimah
Nurul Hanifah
Ditha Marissya
Emma Widyaningrum A.
Identitas Pasien
• Nama : An. IWR
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Usia : 0 Tahun 7 bulan 15 hari
• Tanggal Lahir : 1/1/2017
• Tempat tinggal : Jetis Wetan, Pedan, Kab. Klaten
• Tanggal masuk : 14 Agustus 2017, pukul 14.51 WIB
• Tanggal pemeriksaan : 15 Agustus 2017, pukul 20.00

Ayah Ibu
Nama Bp. TR Ny. KJS
Pekerjaan Swasta Swasta
Pendidikan SMU SMU

Alamat Pedan Pedan


ANAMNESIS

Keluhan utama:
Demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
3 MSMRS pasien demam 38-39oC terus menerus. Sesak(-), batuk(-), ruam kulit(-),
BAK dan BAB tidak ada keluhan
12 HSMRS pasien kontrol ke poli tumbuh kembang, diberi obat penurun panas.
10 HSMRS pasien demam, sesak napas(+), batuk(+), ruam kemerahan(+),
dikatakan campak dirawat di PICU RSIA Klaten. Pasien mengalami kejang 1 kali,
sehari kemudian pindah rawat bangsal dan dikatakan infeksi pernapasan.
4 HSMRS pasien bebas demam dan mengeluhkan BAB cair 4x sehari, lendir (-)
darah (-) dikatakan bau amis, ampas (-)
2 HSMRS pasien mengalami demam lagi (38-39oC)
1 HSMRS pasien dipulangkan, demam membaik, BAB cair frekuensi (3x), lendir(-),
darah(-), dan diberi obat turun panas dan suplemen tambahan.
Riwayat Penyakit Sekarang
HSMRS pasien demam sampai dengan 39,8oC dibawa ke IGD RS Sardjito,
sesak nafas(-), batuk(-), BAB cair frekuensi (4x), lendir(-), darah(-), bau
amis, tampak haus

Pasien merupakan pasien poli tumbuh kembang yang kontrol rutin tiap 2
minggu dengan keterangan diagnosis sindoma Apert.

Berdasarkan hasil CT SCAN sebelumnya dikatakan ada gangguan


perkembangan otak bagian depan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Echo sebelumnya dikatakan ada lubang di


antara serambi jantung.
Riwayat penyakit dahulu

• Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)


• Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa (-)


Riwayat kelainan kongenital (bibir sumbing) pada adik dari ibu pasien
Ayah seorang perokok berat, sehingga sering batuk
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat alergi (-)
Silsilah Keluarga

71 th 51 th 60 th 55 th

28 th 24 th
Riwayat bibir sumbing
dan pertumbuhan
terhambat, meninggal
usia 4,5 th
7 bln

Kesimpulan : riwayat penyakit keluarga bibir sumbing pada paman pasien


Riwayat Natal Care
Bayi lahir cukup bulan dengan Sectio Caesarean atas indikasi
presentasi bokong dan lilitan tali pusar. Lahir tidak langsung
menangis, laki-laki 2300 gram.

Kesimpulan : kondisi bayi saat lahir tidak baik (LBW)


Riwayat Post Natal
Care
Bayi tidak diimunisasi karena berat badan lahir rendah dan
diinkubasi selama 5 hari di NICU. Di NICU diberi ASI dan
susu formula. Riwayat kuning(-), riwayat kejang(-). Dikatakan
dokter bahwa ada kelainan bawaan (jari tengah dan jari
manis menyatu serta alat kelamin kecil) dan pertumbuhan
akan terhambat.

Kesimpulan : bayi tidak diimunisasi, terdapat kelainan bawaan


(syndactyly jari 3-4 dextra)
Status Nutrisi
Pasien diberikan susu formula di NICU sejak lahir.
Setelah dari NICU, pasien diberikan ASI sampai saat ini. Biasanya
menyusui setiap 1 jam selama 15 menit
Berat badan saat usia 5 bulan 3000 gram, lalu diberikan tambahan susu
formula
Tinggi badan tidak diketahui

Kesimpulan : Berat badan sangat rendah, tidak diberikan ASI eksklusif


Riwayat perkembangan
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial

Mengangkat Menggenggam (+) Berceloteh (-) Tersenyum


kepala (+) Meraih manik- Menengok saat diajak
Mengangkat manik (-) saat ada berinteraksi
kepala 45o (+) suara(-) (-)
Mengangkat Tertawa (-) Berusaha
kepala 90o (-) Berteriak (-) mencapai
Tengkurap (-) mainan (-)
Duduk tanpa
dibantu (-)

Kesimpulan : Perkembangan terlambat, tidak sesuai dengan


mayoritas anak seusianya
Status Imunisasi
Jenis Waktu pemberian Waktu rekomendasi
imunisasi PPI
Hep B - 0-7 hari, 2, 3, 4 bulan,
BCG - 0 – 2 bulan
Hib - 2, 3, 4 bulan
DPT - 2 , 3, 4 bulan
Polio - 2, 3, 4 bulan
Campak - 9 bulan

Kesimpulan: imunisasi belum dilakukan


Sosial Ekonomi dan
Keluarga
Rumah : serumah dengan ayah, kakek, dan nenek. Ayah
merokok. Luas rumah kurang lebih 36m2 , terdapat 3 kamar.
Sumber air : sumur – jarak sumur dengan kamar mandi sekitar 2 m.
Ventilasi : baik
Lantai : ubin
Jamban di dalam rumah
Pendapatan per bulan cukup

Kesan : Lingkungan baik, ekonomi menengah ke bawah


Anamnesis Sistem
Termoregulasi : demam (+)
CNS : riwayat kejang (+),
CVS : biru(-), keringat dingin(-)
Respiratori : sesak (-), nafas cepat (-)
GIT : BAB (+) cair 4 kali sehari
GUT : BAK (+) jarang, nyeri (-), warna kuning
Integumen : kulit tidak ada keluhan
Ekstremitas : akral hangat
12/23/2017

Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum : CM, tampak lemah

Tanda Vital :

- Nadi : 155x/menit, tegangan kuat

- Suhu : 37,5ᴼC aksilla

- Respirasi : 30x/menit
Pemeriksaan Fisik
 Antropometri  Status Gizi
PB : 46 cm BB/U = z < -3
BB : 3,25 kg TB/U = z < -3
Lingkar kepala : 35 cm BB/TB =0<z<2
Lingkar dada : 32 cm
Ukuran UUB : 3x3 cm
Lingkar lengan atas: 8,5cm

Kesimpulan : WAZ severely wasted, LAZ severely stunted, WHZ normal


normally fed with past history of malnutrition
Pemeriksaan Fisik
Kepala

o Bentuk : Mikrocephal
o Ubun-ubun : Sudah Tertutup
o Mata : Edema palpebra (-), Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)
o Hidung : discharge (-), hiperemis (-) simetris (-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Mukosa kering (-), stomatitis (-)
o Pharynx : Sulit dinilai

Kesimpulan : microcephaly, craniosynostosis


Pemeriksaan Fisik

Thorax : simetris, retraksi (-)

Jantung :

- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi : batas jantung dbn
- Auskultasi : S1 tunggal, S2 split tidak konstan,
bising(-)

Kesan : terdapat S2 split tidak konstan


Pemeriksaan Fisik
Paru-paru :

Kanan Kiri

Simetris Inspeksi Simetris


Retraksi (-) Retraksi (-)
Ketinggalan Gerak (-) Ketinggalan Gerak (-)
Penggunaan otot Penggunaan otot bantu
bantu napas (-) napas (-)
Fremitus taktil normal Palpasi Fremitus taktil normal
Sonor (+) Perkusi Sonor (+)
SD vesikular (+) Auskultasi SD vesikular (+) N
Tidak ada suara Tidak ada suara
tambahan tambahan

Kesan : Pulmo dalam batas normal


Pemeriksaan Fisik

Abdomen :

- Inspeksi : supel, distensi (-)

- Auskultasi : BU (+) normal

- Perkusi : timpani (+)

- Palpasi : turgor kembali cepat


- Hati : tidak teraba
- Limpa : tidak teraba

Kesan : abdomen dalam batas normal


Pemeriksaan Fisik

- Kulit : tidak terdapat kelainan

- Otot : tidak tampak deformitas

- Tulang : tidak tampak deformitas

- Sendi : tidak tampak deformitas

- Leher : limfonodi tidak teraba

-Genitalia : mikropenis, testis bilateral tak teraba

Kesan : mikropenis, testis bilateral tak teraba


Pemeriksaan Fisik

Ekstremitas

Ekstremitas Kanan Kiri

Atas Edema (-) Edema (-)


Akral Hangat Akral Hangat
Syndactyly jari 3-4
Deformitas jari 1
Bawah Edema (-) Edema (-)
Arteri dorsalispedis Arteri dorsalispedis
teraba teraba
Akral hangat Akral hangat

Kesan : terdapat Syndactyly jari 3-4, deformitas jari 1


Pemeriksaan Penunjang : Darah Rutin

Nilai
normal Elektrolit
Hb 10.4-15.6 11,4 Nilai
normal
AL 6.00-18.00 12,57
Na+ 136-145 145
Hct 35.0-51.0 35,1
K+ 3.6-5.8 5,04
MCV 78.0-102.0 83,6
Cl- 96-107 109
MCHC 32.0-36.0 32,5
AT 150-450 154
Neutrofil 20.0-40.0 57
Limfosit 48.0-78.0 40
Monosit 2.0-11.0 0
Eosinofil 1.0-4.0 0
Basofil 0-2.0 0
GDS 74-140 146
Urin rutin
Nilai Hasil Nilai
normal normal
glukosa Negatif Negatif eritrosit 0-25 19
blood Negatif 1+ leukosit 0-20 9
nitrit Negatif negatif bakteria 0-100 180,4
L.E. Negatif negatif Sel epitel 0-40 12,3
Berat 1,005- >1,030 Silinder 0-1,2 1,2
jenis 1,030
Kristal 0-10 0,1
Warna colorless kuning
Yeast like 0-25 0,0
cell
Small 0-6 0,0
round cell
FESES RUTIN Pemeriksaan Hasil
pH 5,5
Sudan III negatif
Telur
Ascaris 0
Pemeriksaan Hasil Lumbricoides 0
Ankylostoma 0
Sisa Makanan Duodenale 0
Serat Daging 0 Oksiuris Vermicularis
Granula Amilum 0 Strongiloides
Globule Lemak 0 Stercoralis
Sisa Tumbuhan 0
Sel
Eritrosit 0
Leukosit 0
Epitel 0
Parasit
Entamoeba 0
Histolitica 0
Entamoeba Coli 0
Basil Koli
Hasil MSCT Scan
Kesan:

Gangguan perkembangan otak di regio fronto-temporo-parietalis


dengan kalsifikasi di korteks lobus frontalis sinistra, sangat mungkin e.c.
Viral

Ukuran kepala lebih kecil daripada usia anak 5-7 bulan, menurut
Fortschr
Echocardiography
Small sekundum ASD L-R shunt  3-4mm

EF: 74,3%
Kesimpulan

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

1. Demam >10 hari 1. Gizi sangat kurang 1. Darah rutin :


2. BAB cair 4x/hari 2. Kepala microcephal Neutrofil: 57
3. Berat badan menurun 3. Jantung terdapat S2 split Limfosit: 40
4. Lemah tidak konstan GDS: 146
5. Riwayat kejang 1x 4. mikropenis, testis
bilateral tak teraba 2. Urin rutin:
5. Terdapat Syndactyly jari Bakteri: 180,4
3-4, deformitas jari 1
3. CT Scan
Gangguan perkembangan
otak di regio fronto-temporo-
parietalis

4. Echocardiography
Small sekundum ASD L-R
shunt  3-4mm; EF: 74,3%
Diagnosis
1. Prolonged fever ec bacterial infection
2. Diare cair akut tanpa dehidrasi
3. DA: ASD Sekundum; DF: tanpa gagal jantung ; DE: PJB
Asianotik
4. Sindroma Apert
5. Global Developmental Delay
6. Gizi Buruk tipe Marasmik
7. Immunization not carried out due to medical condition
8. Susp. Primary immunodeficiency
Plan
Monitor keadaan umum, tanda vital, balans cairan, dan diuresis.
Ampisilin 50 mg/kgBB tiap 6 jam
Gentamisin 7.5mg/kgBB/24 jam
Paracetamol 10-15mg/kgBB/6 jam
Zinc 20 mg/ 24 jam
Manajemen gizi buruk:
asam folat 1 mg/ 24 jam
San B Plex 0.3 mg/ 24 jam
Vit A 100.000 IU
Definisi
Demam didefinisikan sebagai keadaan kenaikan suhu tubuh diatas suhu normal

Suhu tubuh normal pada anak berkisar antara 36,1 – 37,8oC atau (37 ± 1-1,5) oC

Terdapat variasi diurnal pada tubuh, dimana suhu tubuh rendah pada pagi hari pukul
02.00-06.00 dan tinggi di sore hari pukul 17.00-19.00.
Definisi
Hiperpireksia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh 41oC atau lebih.
Demam tanpa kausa jelas atau fever of unknown origin adalah keadaan
temperatur tubuh minimal 37,8 – 38oC terus menerus untuk periode waktu
paling sedikit selama 3 minggu tanpa diketahui sebabnya setelah dilakukan
pemeriksaan medis lengkap.
Demam tanpa kausa jelas, yaitu demam 8 hari atau lebih pada anak setelah
dilakukan anamnesis dengan teliti dan cermat, sedangkan pada pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium awal tidak ditemukan penyebab demam
tersebut.
Definisi Demam Berkepanjangan
Berdasarkan Bherman, demam berkepanjangan adalah demam yang menetap
lebih dari 7-10 hari tanpa diketahui sebabnya.
Menurut kepustakaan lain, demam berkepanjangan, yaitu
1. Riwayat demam >1 minggu
2. Demam tercatat selama perawatan di rumah sakit
3. Tidak ditemukan diagnosis setelah dicari penyebabnya selama 1 minggu
di rumah sakit
Etiologi
Penyakit yang paling sering menyebabkan demam tanpa kausa jelas pada anak,
yaitu
1. Infeksi (50%)
2. Penyakit vascular-kolagen (15%)
3. Neoplasma (7%)
4. Inflamasi usus besar (4%)
5. Penyakit lain (12%)
Patogenesis
Demam muncul oleh karena senyawa pirogen : pirogen eksogen dan endogen.

Pirogen merupakan senyawa yang berasal dari luar tubuh dan sebagian besar
terdiri dari produk mikroba, toksin, atau mikroba itu sendiri.

Bakteri gram negatif menghasilkan pirogen polisakarida – endotoksin dan


bakteri gram positif memproduksi pirogen polipeptida – eksotoksin

Pirogen eksogen menginduksi pelepasan pirogen endogen oleh sel monosit


dan makrofag.
Pirogen endogen, yaitu sitokin seperti interleukin (IL-1β, IL-1, IL-6), TNF
(TNF-α dan TNF- β), dan interferon.

Pirogen endogen dihasilkan oleh sel monosit, makrofag, dan sel lainnya
secara langsung atau dengan perantara pembuluh limfe masuk ke
sistem sirkulasi lalu dibawa ke hipotalamus

Menimbulkan perubahan metabolik : sintesis prostaglandin yang


meningkatkan cut off point suhu

Pusat pengendalian suhu tubuh lalu mengirimkan impuls ke pusat


produksi panas untuk meningkatkan aktivitasnya dan ke pusat
pelepasan panas untuk mengurangi aktivitasnya  suhu tubuh
meningkat (demam)
Pendekatan Diagnosis
Beberapa pedoman dalam menghadapi demam berkepanjangan anak
Anak dengan demam yang tidak jelas kausanya umumnya tidak menderita penyakit
yang jarang terjadi, tapi penyakit yang biasa dijumpai dengan manifestasi klinis yang
atipik
Penyakit infeksi dan vascular-kolagen non neoplasma merupakan penyebab terbanyak
demam tanpa kausa jelas pada anak
Perlu dipikirkan kemungkinan demam yang disebabkan oleh obat (drug fever)
Di AS, penyakit infeksi yang sering dikategorikan pada demam tanpa kausa jelas
adalah tuberculosis, bruselosis, salmonelosiis, dan penyakit riketsia.
Pendekatan Diagnosis
Tahapan algoritmik dalam penatalaksanaan demam menurut Behrman
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium tertentu, lalu evaluasi untuk
menentukan adanya gejala atau tanda spesifik
2. Dibagi menjadi 2 kemungkinan :
Bila ditemukan tanda dan gejala fokal tertentu maka dilakukan pemeriksaan
tambahan yang lebih spesifik mengarah pada penyakit yang dicurigai
Bila tidak ada gejala fokal, dilakukan pemeriksaan ulang darah lengkap
3. Pemeriksaan yang lebih kompleks dan terarah, konsultasi ke bagian lain, dan
tindakan invasive dilakukan seperlunya
Anamnesis
1. Umur
Anak <6 tahun sering menderita ISK, infeksi lokal (abses, osteomyelitis), dan juvenile
rheumatoid arthritis (JRA). Anak yang lebih besar sering menderita tuberculosis, radang
usus besar, penyakit imun, dan keganasan.

2. Karakteristik demam
Tanyakan data timbul, lama, pola/tipe, gejala nonspesifik seperti anoreksia, rasa lelah,
menggigil, nyeri kepala, nyeri perut ringan.

3. Data epidemiologi
Perlu ditnyakan konrak dengan binarang atau pergi ke daerah tertentu, latar belakang
genetic pasien, serta paparan terhadap obat (salisilism)
Pengobatan
Risiko apabila memberi terapi percobaan :
1. mengurangi kepekaan pemeriksaan biakan
2. mengubah perjalanan penyakit, tapi tidak sembuh
3. reaksi samping obat mengecohkan penyakit dasar
4. kortikosteroid menurunkan kepekaan uji serologic
5. kortikosteroid memperparah perjalanan penyakit lain
Kegagalan pengobatan pada terapi percobaan hanya 5%
Apabila dugaan diagnosis terhadap infeksi spesifik, terapi
percobaan dapat dibenarkan dengan memberikan antibiotic
spectrum sempit. Pemberian pengobatan diberikan setelah
pengambilan specimen pemeriksaan.
Keberhasilan pengobatan dan penghentian penggunaan antibiotic
dipantau dengan bagan suhu.
DEFINISI

 BAB > 3x dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung <
1 minggu.
 Penyebab kematian pada 42% dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun
KLASIFIKASI
1. Lama waktu 3. Infektif / Non infektif
 Akut  <14 hari 4. Organik / Non organik
 Persisten  14-30 hari
 Kronik  >30 hari
2. Mekanisme patofisiologi
 Osmotik
 Sekretorik
 Malabsorbsi lemak
 Defek pertukaran anion/transport elektrolit aktif
 Motilitas, waktu transit terganggu
 Gangguan permeabilitas usus
 Inflamasi
 Infeksi
Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat


diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan


terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus


untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare
ETIOLOGI
ETIOLOGI
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Anamnesis yang perlu
ditanyakan
 Lama diare frekuensi diare, warna, konsentrasi tinja, lendir dan/darah
dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, BAK
terakhir, demam, sesak kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
 Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
Pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan
 Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
 TANDA UTAMA: gelisah/cengeng, atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit melambat
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah
 BB
 Tanda gg keseimbangan asam basa dan elektrolit, e.g: napas cepat-
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo/hipernatremia)  pada pasien kejang (+)
 Nilai derajat dehidrasi
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum (Doudenal Intubation)
4. Riwayat alergi pada obat-obatan
Penilaian derajat dehidrasi
PENATALAKSANAAN

1.Rehidrasi
2.Diet
3.Obat anti diare
4.Antibiotik
TERAPI CAIRAN
Tanpa Dehidrasi Ringan-Sedang Berat
1. Cairan rumah tangga (seperti  75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk 1. rehidrasi parenteral dengan
air tajin, air teh manis, dsb) ganti 5-10ml/Kg BB setiap diare cairan RL atau ringer asetat
sepuasnya dengan perkiraan 5- cair 100 ml/kgBB :
10 mL/kg BB setiap kali BAB  Parenteral (IV) diberikan jika  < 1 tahun : 30 ml/kgBB dalam
2. ASI terus diberikan anak muntah tiap diberi minum 1 jam I, 70 ml/kgBB dalam 5
3. oralit diberikan tiap bab atau meski sudah diberi leat NGT jam
muntah dengan dosis :  BB 3-10 kg: 200 ml/Kg BB/hari  > 1 tahun : 30 ml/kgBB dalam
 < 1 tahun : 50-100 cc  BB 10-15 KG: 175 ml/Kg BB/hari ½ jam I, 70 ml/kgBB dalam 2½
 1-5 tahun : 100-200 cc  BB >15 Kg: 135 mL/KgBB/hari jam
 > 5 tahun : semaunya  Masukkan cairan p.o jika sudah
mau dan dapat minu, dimulai
dengan 5 ml/Kg BB selama
proses rehidrasi
Antibiotik

 Diberikan jika ada indikasi e.g: disentri (diare berdarah) atau


kolera
 Irrasional  perpanjang lama diare, diare sulit disembuhkan,
percepat resistensi kuman
 Disentri basiler  pemberian AB disesuaikan dnegan data
sensitivitas setempat atau pakai kotrimoksasol sbg 1st line dan
2nd line  jika resisten: 3rd line pakai sefiksim
 Antiparasit untuk amoeba vegetatif: metronidazole 50 mg/Kg
BB/hari dibagi 3 dosis
Edukasi

 ASI tetap diberikan


 Ajari ortu/pengasuh membuat larutan oralit yang benar
 Perbaiki hygiene
 Memberikan makanan yang tepat sesuai usia anak
 Sumber air bersih yang memadai
 Selalu memasak makanan
Referensi

 PPM IDAI. Jilid 1. 2011


 WHO. UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS.
Geneva. 2006
 WHO. Hospital Care for Children. Geneva. 2013
Terima kasih
Mohon asupan

Anda mungkin juga menyukai