Anda di halaman 1dari 22

HUKUM DAN KEBIJAKAN

LINGKUNGAN
KASUS
Jual Beli Limbah Rumah Sakit
KASUS

Petugas instalasi pengelola limbah (IPL) RSSA


Malang, Rudi Setiono, tertangkap basah melakukan
praktik jual beli limbah medis rumah sakit dengan
lima orang pembeli limbah rumah sakit tersebut.

Diketahui hasil penjualan limbah tersebut dibagi


rata antara petugas pengangkutan, operator IPL
RSSA dan sisanya dijadikan pemasukan dalam kas
daur ulang IPL.

2
Dalam keterangannya pada polisi dia mengaku bahwa
praktek penjualan limbah itu atas perintah dari
atasannya Daryono selaku kepala IPL RSSA. Penjualan
itu pun diketahui oleh manajemen RSSA Malang sudah
bertahun-tahun.

Manajemen Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang


mengaku tak tahu-menahu soal transaksi jual beli
limbah medis yang dilakukan petugas IPL (instalasi
pengelolaan limbah). Sekretaris RSSA drg Lalu Suparna
yang dihubungi malah mengatakan baru tahu kejadian
yang melibatkan lembaganya itu dari surat kabar.
Dari hasil penangkapan itu polisi mengamankan barang
bukti berupa 57,5 kg botol plastik bekas tempat infus, 50
kg botol kaca bekas obat suntik, 50 kg selang plastik untuk
infus, 29 kg alat suntik bekas tanpa jarum.
Sumber Hukum

1. UU No. 23 / 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup
2. PP No. 18 / 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun jo PP No. 85/ 1999 tentang
Perubahan atas PP No. 18/1999
3. Kitab Undang – undang Hukum Pidana
Isu Hukum
1. Apakah Limbah Medis dapat diperjual belikan ?

2. Bagaimana penegakan hukum terhadap kasus


tersebut?

3. Siapakah yang bertanggung jawab atas


perbuatan tersebut?
Analisa Hukum
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 18 UU No. 23/1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup juga PP
No.18/1999 jo PP No. 85/1999 bahwa Limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut PP No. 18 / 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun jo PP No. 85/ 1999 tentang
Perubahan atas PP No. 18/1999 dalam lampiran I menyatakan
bahwa limbah Rumah Sakit termasuk dalam daftar limbah B3
dari sumber yang spesifik dengan kode D227 yang sumber
pencemaranya berasal dari seluruh Rumah Sakit (berarti
RSSA merupakan penghasil limbah B3) dan Laboratorium
Klinik dengan asal/uraian limbah sebagai berikut :
- Limbah klinis
- Produk farmasi kadaluarsa
- Peralatan lab terkontaminasi
- Kemasan produk farmasi
- Limbah laboratorium

Jadi limbah RSSA termasuk B3 sehingga tidak


boleh diperjual belikan
Menurut ketentuan pasal 43 ayat (1) UUPLH :

"Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan


perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan
atau membuang zat, energi, dan/atau komponen lain
yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke
dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air
permukaan, melakukan impor,
ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan
bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya,
padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk
menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun
dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah)”
Unsur-unsur perbuatan pidana pencemaran
lingkungan hidup dalam pasal 43 ayat (1) UU
Pengelolaan Lingkungan Hidup :

1. Barang siapa
Bahwa yang dimaksud “Barang Siapa” dalam kasus ini
adalah “orang adalah orang perseorangan, dan/atau
kelompok orang, dan / atau badan hukum” sesuai dengan
pasal 1 angka 24 UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Rumah Sakit Saiful Anwar merupakan dinas atau instansi
pemerintah dan bentuknya adalah badan hukum.
Maka unsur angka 1 terpenuhi.
2. Melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
Ketentuan perundang – undangan yang dilanggar
adalah Pasal 3 PP No. 18 / 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun jo PP No. 85/ 1999
tentang Perubahan atas PP No. 18/1999 yang
berisi : Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang
membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara
langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
Ketentuan inilah yang dilanggar oleh pelaku, yaitu
melepaskan limbah atau memperjual-belikan limbah ke
masyarakat tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.
Dan dalam ketentuan PP tersebut pasal 63 penjatuhan
pidananya menunjuk pasal 43 UU No.23/1997.

Limbah B3 tidak boleh diperdagangkan (a contrario)

Maka unsur angka 2 terpenuhi.


3. Sengaja
Dalam kasus ini, unsur sengaja dapat dibuktikan dengan
teori pengetahuan yaitu bahwa, pelaku patut diduga
telah mengetahui bahwa melakukan perdagangan atau
melepaskan limbah tersebut ke lingkungan tanpa diolah
terlebih dahulu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup atau perusakan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain.

Maka unsur angka 3 terpenuhi.


4. Melepaskan atau membuang zat , energi dan/ atau
komponen lain yang berbahaya atau beracun
(limbah B3)

Bahwa, pelaku telah melepaskan limbah rumah sakit,


limbah rumah sakit itu termasuk limbah B3 (sesuai
analisis limbah B3 nomor 3 diatas) ke lingkungan yaitu
ke orang lain dengan cara diperdagangkan kepada
pengepul.

Maka unsur angka 4 terpenuhi.


5. Mengetahui atau sangat beralasan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup dan/atau
perusakan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan umum atau nyawa orang lain.
Bahwa sebagai pelaku adalah bergerak dibidang
kesehatan yang jelas mengetahui kandungan –
kandungan zat kimia yang terdapat dalam limbah
yang sifatnya berbahaya yang dibuang serta
dampak bagi lingkungan jika limbah tersebut
dilepaskan ke lingkungan dan dampak bagi
kesehatan masyarakat jika limbah tersebut
beredar di masyarakat.
Maka unsur angka 5 terpenuhi.
Yang Bertanggung Jawab Adalah :
1. Daryono (Kepala IPL) & Rudi Setiono (petugas IPL RSSA)
2. Operator IPL RSSA (Komsul)
3. Petugas pengangkutan, yang melakukan penjualan
limbah B3
4. Bagian kas daur ulang RSSA yang mengetahui bahwa
keuntungan hasil penjualan tersebut adalah berasal dari
penjualan limbah (disebut pihak penjual)
5. Serta lima orang pembeli/pengepul limbah tersebut,
mereka dikenai pasal 43 UU No. 23/1997 jo pasal 55 ayat 1
ke 1 Kitab Undang – undang Hukum Pidana, karena
pembeli tersebut turut serta melakukan perbuatan jual
beli limbah B3
6. Pihak Rumah Sakit Saiful Anwar dalam hal ini dapat
dikenakan pasal 45 UU No. 23/1997 karena Rumah Sakit
tersebut mengetahui dan memerintahkan
penjualan limbah, dapat dipidana denda dengan
diperberat sepertiga yaitu dapat diancam pidana denda
sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Upaya penegakan hukum dapat ditempuh dengan
cara yang sesuai UU No 23/1997 yaitu :

 Upaya penegakan hukum lingkungan secara


administratif
 Upaya penegakan hukum lingkungan secara pidana
 Penyelesaian sengketa, ganti rugi apabila ada
korban
SARAN
Untuk penanganan limbah yang infeksius dan limbah Rumah
sakit berbahaya lainnya yang diharuskan diinsenerasi,
diperlukan insinerator menggunakan suhu lebih dari 1.200
derajat Celsius, dan dilengkapi dengan pengisap
pencemar atau gas berbahaya yang muncul dari hasil
pembakaran.
Untuk memudahkan pengenalan berbagai jenis limbah yang
akan dibuang, digunakan pemisahan dengan kantong-
kantong yang spesifik (biasanya dengan warna yang
berbeda atau dengan pemberian label.

Kontainer pengangkut limbah rumah sakit


harus ditutup dengan baik sebelum
diangkut. Bila digunakan kantong dan
terlebih dahulu harus masuk autoclave,
maka kantong-kantong itu harus bisa
ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat
berlangsung sempurna.

AUTOCLAVE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai