Anda di halaman 1dari 13

METODE PENAFSIRAN HUKUM

KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK

1. ARIEF MULYA PRIBADI


2. HENRY ARDIAN PRATAMA
3. MOCHAMMAD FARHAN YUDIANSYAH
4. NUR AYU SEVIA LATJUBA
5. RIZKY LISTYANINGSIH
METODE PENAFSIRAN HUKUM

DOKTRINER A CONTRARIO
OTENTIK
ANALOGIS

HISTORIS SISTEMATIK
PERBANDINGAN

TATA BAHASA / SOSIOLOGIS


GRAMATIKAL
METODE PENAFSIRAN HUKUM

Metode penafsiran merupakan alat untuk mencoba


mengetahui dan memahami arti kaedah-kaedah
hukum.
TATA BAHASA OTENTIK

Penafsiran tata bahasa adalah cara Penafsiran otentik adalah penafsiran atas
penafsiran berdasarkan bunyi kata-kata suatu ketentuan dalam undang-undang
secara keseluruhan, dengan berpedoman dengan melihat pada apa yang telah
pada arti kata-kata yang berhubungan dijelaskan dalam undang-undang
satu sama lain, dalam kalimat-kalimat tersebut.
yang disusun oleh pembuat undang-
undang.
historis sistematik

Penafsiran historis adalah penafsiran atas Penafsiran sistematik adalah penafsiran


undang-undang dengan melihat pada dengan menghubungkan suatu pasal
sejarah dibuatnya suatu undang-undang. dengan pasal yang lain dalam satu
undang-undang yang sama atau
mengaitkannya dengan pasal-pasal
undang-undang yang lain.
sosiologis
perbandingan

Penafsiran sosiologis adalah penafsiran Penafsiran perbandingan adalah


atas suatu ketentuan dalam undang- penafsiran dengan membandingkan
undang yang disesuaikan dengan antara ketentuan hukum yang lama dan
perkembangan dan dinamika kehidupan ketentuan hukum yang berlaku saat ini,
masyarakat. atau ketentuan hukum nasional dan
ketentuan hukum asing.
doktriner analogis

Penafsiran doktriner adalah Penafsiran analogis merupakan


penafsiran dengan cara mengambil penafsiran atas suatu ketentuan
pendapat dari para ahli, khususnya dalam undang-undang dengan cara
ahli-ahli perpajakan dalam buku-buku memberi kiasan pada kata-kata yang
karyanya. tercantum dalam undang-undang.
Penafsiran A Contrario adalah
penafsiran atas suatu ketentuan
dalam undang-undang yang
didasarkan pada perlawanan
pengertian antara soal yang dihadapi
dan soal yang diatur dalam pasal
undang.
KEKOSONGAN HUKUM

• Suatukeadaan kosong atau ketiadaan


peraturan perundang-undangan (hukum)
yang mengatur tata tertib (tertentu)
dalam masyarakat, sehingga kekosongan
hukum dalam Hukum Positif lebih tepat
dikatakan sebagai kekosongan undang-
undang/peraturan perundang-
undangan.
Kekosongan Hukum
MENGAPA TERJADI ?

• Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan memerlukan waktu yang


lama, sehingga pada saat peraturan perundang-undangan tersebut dinyatakan
berlaku namun hal-hal atau keadaan yang hendak diatur oleh peraturan
perundang-undangan tersebut justru sudah berubah
• Selain itu, kekosongan hukum dapat terjadi apabila hal-hal atau keadaan belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan, atau sudah diatur dalam peraturan
perundang-undangan namun kurang jelas atau tidak lengkap.

mengakibatkan

KETIDAKPASTIAN HUKUM
PEMEO

“terbentuknya suatu peraturan perUndang-Undangan


senantiasa tertinggal atau terbelakang dibanding
KA
kejadian-kejadian yang sedang berkembang di dalam RE
masyarakat”
NA

Peraturan perundang-undangan yang berlaku disuatu negara


dalam suatu waktu tertentu merupakan suatu sistem yang formal
sehingga sulit untuk mengubah atau mencabutnya, meskipun hal-
hal atau keadaan masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan
peraturan perundang-undangan tersebut
BAGAIMANA CARA MENGATASI
KEKOSONGAN HUKUM?
 Hakim dituntut untuk dapat menemukan hukum dengan beberapa
pertimbangan tertentu
 Hakim sebagai pemegang kekuasaan yudikatif berkewajiban memberikan
pertimbangan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai peraturan umum
 Dalam memberikan pertimbangan, adakalanya hakim menambahkan
peraturan perundang-undangan, maka hal ini berarti hakim memenuhi
ruang kosong (leemten) dalam sistem bukum formal dari Tata Hukum yang
berlaku (Kansil, 1989:70)
 Hal ini mengandung konsekuensi bahwa hakim dapat dan wajib memenuhi
kekosongan yang terjadi dalam sistem hukum, dengan catatan bahwa
perubahan tersebut tidaklah membawa perubahan yang
mendasar (prinsipil) pada sistem hukum yang berlaku
 Pemerintah dituntut untuk memperbaiki undang-undang tersebut atau
menyusun RUU baru yang sesuai dengan kondisi riil (kenyataan)
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat untuk mengikat masyarakat
dengan suatu hukum

Anda mungkin juga menyukai