Anda di halaman 1dari 17

POLIO

Harry Kurniawan
12711060
1
DEFINISI
 Poliomyelitis
(bhs Yunani); polio = abu-2,
myelon = saraf perifer  penyakit akut yang
menyerang sistem saraf perifer

= paralysis infantil

 GejalaUtama ; kelumpuhan (flaccid


paralysis akut) yang dapat mengalami
penyembuhan, namun bila dalam 60 hari
masih ada, paralysis mungkin menetap
EPIDEMIOLOGI

 Poliotersebar di seluruh dunia


 350.000 kasus di 125 negara (pada tahun
1988) menjadi hanya 748 kasus di tahun
2000
 Saat ini, hanya tinggal dua negara yang
masih endemis polio, yaitu Pakistan dan
Afganistan.
 Di Indonesia pernah terjadi polio akibat virus 3
di Jawa Tengah tahun 1995.

 Tahun 2005 tercatat sampai 303 kasus, dan


terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi.

 Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI,


virus polio liar di Indonesia tahun 2005 berasal
dari Sudan atau Nigeria, yang ditularkan oleh
jemaah haji, umroh atau tenaga kerja.
ETIOLOGI

 Genus enterovirus, famili Picornaviridae


 Tipe 1,2,3, Tahan terhadap sabun,
detergen, alkohol, eter dan chloroform
 Tdk tahan formaldehida 0,3%, klorin,
pemanasan dan ultraviolet
 Masa inkubasi: 7-14 hari (3 – 35 hr)
 Manusia satu-satunya reservoir
 Penularan route : oro-fekal, ttp dapat
melalui sekret faring pd sanitasi yg baik
 Semua orang rentan terinfeksi, namun
kelumpuhan hanya terjadi skt 1%.
 Kelumpuhan pd org dewasa non-imun
lebih tinggi dari anak/bayi non-immun.
 Serangan kedua polio jarang terjadi,
umumnya akibat tipe virus yang berbeda
PATHOGENESIS

 Virus masuk melalui mulut (oral)


 Replikasi pada lapisan tonsil dan usus, serta kelenjar
limfe.
 Viremia melalui darah  Susunan saraf pusat  melalui
sel saraf ke medula spinalis
 Motor neuron, pada Cornu anterior medula spinalis, rusak
karena replikasi virus  lumpuh
 Berat-ringan kelumpuhan tergantung banyaknya motor
neuron yang rusak.
Diagnosis
Px Penunjang

Darah • Leukosit normal/meningkat sedikit


• Peningkatan titer Ig G atau Ig M

LCS • 20-300 sel predominan limfosit

Kultur • Kultur dari feses dan apus


tenggorok

Histologi • Ag spesifik enterovirus


DIAGNOSIS BANDING

 Guillain Barré Syndrome (GBS)


 Meningitis non-bakterial akut
 Ensefalitis
Tatalaksana

Medikamentosa
• Tidak ada

Suportif
• Pemberian antipiretik/analgetik
• Ventilasi mekanik
• Trakeostomi
• Rehabilitasi medik

Bedah
• Bedah ortopedi bila terjadi displasia atau kontraktur
Pencegahan
Oral poliovirus vaccine (OPV)
 OPV/Sabin sesuai nama penemunya, bentuk
trivalen (tOPV) untuk mencegah tiga jenis virus
polio.
 Vaksin tOPV adalah vaksin hidup yang dilemahkan
(liveattenuated virus vaccine)
 Lebih efektif untuk pemberantasan poliomielitis
 Dapat mengakibatkan circulating vaccine derived
polio viruses (cVDPVs) dan vaccineassociated
paralytic poliomyelitis (VAPP).
15

Inactivated poliovirus vaccine (IPV)


 IPV/Salk berisi virus inaktif, berisi 3 tipe virus polio
liar.
 Vaksin yang disuntikkan akan memunculkan
imunitas yang dimediasi IgG dan mencegah
terjadinya viremia serta melindungi motor neuron
 Dapat diberikan pada kasus dengan status
immunocompromised
 Dapat mengurangi angka kejadian VAPP dan
VDPV
Prognosis

 Poliomielitis
tipe bulbar memiliki komplikasi
tertinggi dan angka kematian mencapai
60 % dan diikuti poliomielitis tipe spinal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai