Anda di halaman 1dari 21

MARASMUS

KELOMPOK 1

1. Wastu Widya (1610104025)


2. Diana Septianingsih K W (1610104022)
3. Adik Intan Pradina (1610104027)
4. Selvi Andriani (1610104028)
 4 masalah gizi utama di Indonesia :
KEP, gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI),
anemia defisiensi besi, dan defisiensi vitamin A
 Indonesia  10 negara dengan jumlah dan prevalensi
gizi kurang dan gizi buruk pada balita terbanyak di
Dunia.
 Data di Indonesia
 (2005)  8,8 %

Tahun Total Penduduk Total Balita Prevalensi Jumlah balita dengan

Gizi buruk Gizi Kurang Buruk+Kurang Gizi Buruk Gizi Kurang Buruk+Kurang
1989 177,614,965 21,313,796 6.3 31.2 37.5 1,342,769 6,643,510 7,986,279
1992 185,323,458 22,238,815 7.2 28.3 35.6 1,607,866 6,302,480 7,910,346
1995 195,860,899 21,544,699 11.6 20.0 31.6 2,490,567 4,313,249 6,803,816
1998 206,398,340 20,639,834 10.5 19.0 29.5 2,169,247 3,921,568 6,090,815
1999 209,910,821 19,941,528 8.1 18.3 26.4 1,617,258 3,639,329 5,256,587
2000 203,456,005 17,904,128 7.5 17.1 24.7 1,348,181 3,066,977 4,415,158
2001 206,070,543 18,134,208 6.3 19.8 26.1 1,142,455 3,590,573 4,733,028
2002 208,749,460 18,369,952 8.0 19.3 27.3 1,469,596 3,545,401 5,014,997
2003 211,463,203 18,608,762 8.3 19.2 27.5 1,544.527 3,572,882 5,117,409
APA ITU
MARASMUS ?
Pengertian Marasmus menurut para ahli

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat


kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori


protein. (Suriadi, 2001:196).
CIRI CIRI DAN TANDA GEJALA
Gambaran Klinis
MARASMUS
 Tampak sangat kurus, hanya tulang berbungkus kulit.
 Pertumbuhan terhenti.
 Rambut mudah dicabut, kusam, kemerahan namun tidak
seberat kwashiorkor.
 Wajah seperti orang tua (old man face).
 Cengeng, rewel.
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada, pada bagian bokong “baggy pants”.
 Perut cekung, iga gambang.
 Sering disertai penyakit infeksi kronis berulang, diare
kronik, atau susah buang air besar.
 Tidak ada oedem.
Budaya pantangan bahan makanan tertentu, tingkat kepadatan penduduk yang Malabsorbsi, infeksi, Kegagalan melakukan sintesis
tinggi, keadaan sosial, dan politik tidak stabil. anoreksia protein dan kalori Kemiskinan

Intake protein dan kalori kurang dari kebutuhan tubuh

Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Marasmus (Defisiensi kalori) Penurunan daya


tahan tubuh

Katabolisme Keadaan umum


karbohidrat: glukosa lemah
(inadekuat)

Resiko Infeksi
Katabolisme lemak: asam Katabolisme protein:
lemak, gliserol, dan badan asam amino
keton Risiko gangguan
diare keseimbangan cairan:
Penurunan asam amino kurang dari
Hilangnya lemak di esensial dan albumin kebutuhan tubuh
bantalan tubuh
Gangguan kebutuhan
Atrofi/pengecilan otot
Turgor kulit menurun nutrisi: kurang dari
dan keriput kebutuhan tubuh
Keterlambatan
pertumbuhan dan
Kerusakan
perkembangan
integritas kulit
Penyebab penyakit marasmus

• Masukan makanan yang kurang


• Kepadatan penduduk
• Faktor social
• Faktor pendidikan
• Faktor ekonomi
• Faktor infeksi
• Prematuritas/tidak tercukupinya kebutuhan ASI sewaktu bayi.
• Marasmus paling sering terjadi pada anak
di negara berkembang, seperti Afrika,
Amerika Selatan, dan Asia Selatan. Dimana
kemiskinan, persediaan makanan yang
tidak memadai dan air yang terkontaminasi
lazim terjadi. Air yang terkontaminasi
dapat mengandung bakteri atau parasit lain
yang akan masuk ke tubuh kita ketika kita
meminumnya.
Kasus Marasmus yang Terjadi
di Indonesia

Liputan6.com, Bogor: Julian Pratama, bayi


berusia 20 bulan asal Bogor, Jawa Barat,
meninggal dunia karena menderita gizi
buruk. Korban meninggal saat dirawat di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
Kota Bogor, baru-baru ini. Selain marasmus,
almarhum juga dinyatakan terjangkit TBC
(tuberculosis). Menurut pihak keluarga
almarhum, selama ini pihak keluarga tidak
menyangka Julian menderita kurang gizi.
Sebab, sehari-harinya dia tetap tampak ceria
meski beratnya hanya 5 kilogram.
Kasus gizi buruk yang menimpa Julian bukan
yang pertama di Bogor. Karena, dalam dua
bulan terakhir ini, sedikitnya ada empat balita
yang dirawat di sejumlah rumah sakit karena
gizi buruk.(ZIZ/Budi Santoso)
Penatalaksanaan Penyakit
Marasmus
1. Memberikan ASI eksklusif
2. Memberikan makanan yang
mengandung banyak proteinbernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup
cairan, vitamin dan mineral
3. Penanganan terhadap penyakit
penyerta.
4. Tindak lanjut berupa pemantauan
kesehatan penderita dan penyuluhan
gizi terhadap keluarga.
Pemenuhan kebutuhan makan /
Pola Nutrisi
• Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan
kandungan protein yang dianjurkan adalah 3,0 ± 5,0 g/kg
BB sehari. Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan
pula penambahan vitamin dan mineral, khususnya vitamin
A, vitamin B kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, 1. Diet tinggi kalori 150-220
magnesium, dan besi. kali / kg BB / hr
• Energi : biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 sampai
2. Suplemen zat besi ( feSO4)
1.400 kalori per hari.
10 mg. Kg BB / X 3x /hari
• Kalsium : dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari.
• Zat besi : anak balita membutuhkan 7 mg per hari.
• Vitamin C dan D.Tubuh anak terdiri dari struktur tulang,
otot, peredaran darah, jaringan otak, dan organ-orangh lain.
Tujuan pengobatan pada

Pengobatan Marasmus penderita marasmus adalah


pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein serta mencegah
kekambuhan.

• Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35°C, atau suhu rektal 35,5°C).
2. Atasi/cegah hipotermia Bila suhu rektal < 35,5°C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau letakkan dekat lampu atau pemanas.
3. Atasi/cegah dehidrasi Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi Pada KEP berat
6. Mulai pemberian makanan Pemberian diet
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”) Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan seperti pada fase-
fase tersebut di atas.
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.
10. Siapkan follow up dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Peran bidan
• Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih
“efektif ” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan.
• Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih
“efektif ” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan.
• Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara
penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.
Kesimpulan
VIDEO MARASMUS
• C:\Users\USER\Downloads\Marasmus.wmv.mp4
Dafar Pustaka
• Fitri.2014.Marmus:Definisi ,Gejala,Faktor Risiko ,Pecegahan.
http://sehat.link/marasmus-definisi-gejala-faktor-risiko-pencegahan.info. (22 november 2017
)
• Fatiham Siti. 2014. Makalah Marasmus.
http://blogshyfa.blogspot.co.id/2014/11/makalah-marasmus.html. Diakses tanggal
26 November 2017 jam 00.32
• http://kompilasiartikelakbidakper.blogspot.co.id/2009/10/marasmus.html
• http://tiyaarisma.blogspot.co.id/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo_11.html
SEKIAN
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai