Anda di halaman 1dari 25

ETIKA AHLI KESEHATAN

MASYARAKAT MUSLIM
Di Susun Oleh:
Laelatun Nur Azizah J410161031
Rohmatun J410161028
Denny Savitri J410161041
KESEHATAN

• Menurut WHO • “At Thibbul Wiqo’i “


• sehat adalah memperbaiki kondisi • Adalah ilmu yang berfungsi untuk
manusia, baik jasmani, rohani menjaga individu dan masyarakat
ataupun akal social dan buakan terhadap normalitas kesehatannya
semata-mata memberantas
penyakit.
Hubungan Kesehatan dengan Agama
Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits
ditemui banyak referensi tentang sehat. Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan
oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”
Sesuai dengan Sunnah Nabi, umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri
nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa dikatakan Kesehatan
adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa
syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan
adalah senantiasa menjaga kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran, “Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah
Ibrahim [14]:7).
Terdapat 2 (dua) istilah yang digunakan Islam untuk menunjuk kepada
kesehatan, yaitu istilah Shihhah dan ’āfiah. Secara gramatikal kata shihhah
lebih bersifat fisik-biologis, sementara makna’āfiah merupakan kesehatan
yang bersifat mental-psikologis.
Dengan demikian, maka kesehatan yang dimaksud Islam adalah kesehatan
fisik-biologis sekaligus kesehatan mental-psikologis. Dalam perspekif Ilmu
kesehatan, dikenal juga ada beberapa bentuk kesehatan. Di antaranya
kesehatan fisiologis, psikologis, dan sosial/ masyarakat.
Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan kesehatan
sebagai ketahanan jasmaniah,ruhaniah,dan sosial yang dimiliki manusia
sebagai karunia Allah SWT yang wajib disyukuri dengan cara mengamalkan,
memelihara, dan mengembangkannya.
Pokok – pokok yang terkandung dalam syari’at
Islam tentang kesehatan
Memerangi binatang
Epidemiologi melata, serangga
Sanitation and
(preventif penyakit dan hewan yang Nutrition
personal Hygine
menular) menularkan penyakit
pada manusia

Mental dan psychic


Sex hygine Body built
hygine
Pokok – pokok yang terkandung dalam
syari’at Islam tentang kesehatan

Metode teologis untuk


Occupational medicine menciptakan masyarakat
yang sehat.

Peraturan-peraturan
untuk melayani
Generatris Maternal and child health
kesehatandan dispensasi
pelayanan
KESEHATAN MASYARAKAT
• Kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui upaya bersama
masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pemberantasan
penyakit, pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan peningkatan
derajat kesehatan di masyarakat.
• Ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat ini mencakup beberapa bagian
dalam penerapannya diantaranya adalah ilmu yang mempelajari mengenai
kesehatan lingkungan, pengendalian vektor atau hewan yang menularkan
penyakit, epidemiologi penyakit menular, kesehatan makanan, kesehatan
dan keselamatan kerja, kebijakan kesehatan, dan promosi kesehatan dan
ilmu perilaku.
Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat yang bebas dari
penyakit. Hal demikian yang dimaksud “bersih”adalah kebersihan jasmani, pakaian, dan
kebiasaan seseorang, kebersihan jalan, rumah, saluran air serta kebersihan makanan
dan minuman.
Kebersihan dalam terminologi agama adalah thaharah, membersihkan segala bentuk
kotoran, najis, dan hadas yang menempel pada tubuh bahkan hati agar diri
tetap berada pada maqam yang qarib dengan Al-Khaliq, Sang Maha Suci yang mencintai
kebersihan. Islam sebagai agama yang suci menginginkan umatnya menerapkan pola
hidup yang bersih dan sehat. Tubuh bersih, pakaian bersih, dan lingkungan bersih.
“Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang bertobat dan orang-orang yang bersih." (QS.
Al-Baqarah : 222)
Dalam QS. Al-Mudatsir : 1-5 terdapat perintah menjaga kebersihan yaitu, Watsiya
bakafathahhir (bersihkan pakaianmu,bersihkan tubuhmu, bersihkan lingkunganmu).
Epidemiologi
• Islam menjelaskan berbagai cara pencegahan penyakit menular, juga mencegah
penyebarannya. Di antaranya adalah dengan karantina penyakit. Nabi
Muhammad SAW bersabda:“Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak
dari orang yang berpenyakit lepra”. Dan:“Larilah dari penderita lepra
sebagaimana kamu lari dari harimau.” (HR. Bukhari).
• Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar pencegahan dan penanggulangan
berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah
kolera dan cacar). Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :“Janganlah engkau
masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu
berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.” (HR. Bukhari).
• Hal ini dimaksudkan agar wabah tersebut tidak menyebar ke daerah lain,
karena apabila seseorang berada di daerah yang sedang terjangkit wabah maka
kemungkinan besar ia juga telah terserang infeksi yang dapat ia tularkan ke
masyarakat sekitar.
Kesehatan dan keselamatan kerja
• Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja, dan menjadikan kerja sebagai
ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk
menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Sebagaimana dalam Firman Allah
dalam Surah Al – Qasas Ayat 77 ;
• Artinya ; “ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan.
• Begitu juga, Islam memerintahkan kita melakukan sesuatu kerja dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini
menepati firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 195 berbunyi ;
• Artinya : “Dan infakkanlah (hartamu) dijalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan
(diri sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Kebijakan kesehatan

Kebijakan kesehatan dalam islam dikenal dengan syariah. Syariah memperhatikan pola
makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan seperti perintah untuk
memakan makanan halal dan thayyib (bergizi),larangan atas makanan berbahaya,
perintah tidak berlebihan dalam makan, makan ketika lapar dan berhenti sebelum
kenyang, mengisi perut dengan 1/3 makanan,1/3 air dan 1/3 udara, termasuk
kaitannya dengan syariah puasa baik wajibmaupun sunah. Syariah juga menganjurkan
olah raga dan sikap hidup aktif. Selainitu,syari’ah juga sangat memperhatikan masalah
kesehatan dan pola hidup sehat dalam masalah seksual.Jadi, menumbuhkan pola
baku sikap dan perilaku sehat tidak lain adalah dengan membina kepribadian Islam dan
ketakwaan masyarakat.
Kesehatan dan pengobatan merupakan kebutuhan dasar sekaligus hak rakyat dan
menjadi kewajiban negara. Dalam prakteknya pada masa kekhilafahan Islam kebijakan
kesehatan yang gratis dan berkualitas ini sudah diterapkan semenjak masa
kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah.
ETIKA
• Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom) atau budi pekerti.
• Secara bahasa, pengertian etika adalah peraturan atau norma yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan
suatu kewajiban dan tanggung jawab moral. Etika lebih mengarah pada
penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar
atau salahnya dan perilaku seorang pada orang lain.
Seluruh petugas kesehatan memiliki etika yang harus dijalankan termasuk juga
kesehatan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, ahli kesehatan masyarakat
memiliki prinsip-prinsip etika yang harus dijalankan, diantaranya adalah :
• Autonomy ( Otonomi ), yaitu prinsip yang menghormati hak atau keputusan
pasien
• Beneficience ( Berbuat baik ), yaitu prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien
• Non Maleficience ( Tidak merugikan ), yaitu prinsip menghindari terjadinya
kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
keadaan pasien
• Confidentiality ( Kerahasiaan ), yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang
bisa merugikan seseorang atau masyarakat
• Fidelity ( Menepati janji ), Tenaga Kesehatan setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien
• Fiduciarity ( Kepercayaan ), Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi
antara professional kesehatan dan pasien
• Justice ( Keadilan ), yaitu Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness
dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya
(distributive justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko
secara adil.
• Veracity ( Kejujuran ), menyampaikan kebenaran pada setiap pasien
ETIKA DALAM ISLAM

• Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik


dan rasionalistik.
• Etika Islam menurut Al-Quran:
• keadilan,
• kejujuran,
• kebersihan,
• menghormati orang tua,
• bekerja keras,
• cinta ilmu,
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh Tenaga medis
dan para medis (tenaga kesehatan masyarakat):

Tulus ikhlas
Beriman Penyantun Peramah
karena Allah

Sabar Tenang Teliti


ETIKA PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

• Sebagai tenaga kesehatan masyarakat, dalam melaksanakan upaya kesehatan


masyarakat perlu dilandasi oleh etika yang berazaskan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945. Dengan maksud untuk mewujudkan pengabdian yang
luhur, para profesi Kesehatan Masyarakat Indonesia, dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, telah merumuskan Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat
Indonesia yang diuraikan dalam Bab – bab dan pasal – pasal sebagai berikut:
BAB I KEWAJIBAN UMUM
• Pasal 1 :
• Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
etika profesi kesehatan masyarakat.
• Pasal 2 :
• Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan masyarakat lebih mementingkan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
• Pasal 3 :
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pronsip efektifitas-efisiensi
dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
• Pasal 4 :
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda – bedakan masyarakat atas
pertimbangan – pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan sebagainya.
• Pasal 5 , Hak Anggota :
• Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ahanya melaksanakan profesi dan keahliannya.
BAB II KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
• Pasal 6 :
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
sebagai satu kesatuan yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik,
psikologis dan budaya.
• Pasal 7 :
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan
pembinaan kesehatan yang menyangkut orang banyak.
• Pasal 8 :
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan
keadilan.
• Pasal 9 :
• Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus menggunakan pendekatan
menyeluruh, multidisiplin dan lintas sektoral serta mementingkan usaha – usaha
promotif, preventif, protektif dan pembinaan kesehatan.
• Pasal 10 :
• Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta – fakta ilmiah
yang diperoleh dari kajian – kajian atau penelitian – penelitian.
• Pasal 11 :
• Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan kepada prosedur dan
langkah – langkah yang profesional yang telah diuji melalui kajian – kajian ilmiah.
• Pasal 12 :
• Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memlihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
• Pasal 13 :
• Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau
mempengaruhi kesehatan penduduk.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN
DAN PROFESI DI LUAR BIDANG KESEHATAN
• Pasal 14 :
Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam
saling menghormati dengan anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi
oleh pertimbangan – pertimbangan keyakinan, agama, suku,
golongan, dan sebagainya.
• Pasal 15 :
Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama – sama dengan
profesi lain, hendaknya berpegang pada prinsip – prinsip :
kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan kepeloporan.
BAB IV KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA

• Pasal 16 :
• Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu
dalam mengatasi masalah.
• Pasal 17 :
• Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan
meningkatkan profesi kesehatan masyarakat.
• Pasal 18 :
• Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi, membagi
pengalaman dan saling membantu di antara anggota profesi kesehatan
masyarakat.
BAB V KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
• Pasal 19 :
• Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas dan profesinya dengan baik.
• Pasal 20 :
• Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan Keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB VI PENUTUP

• Pasal 21 :
• Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari harus berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode
etik kesehatan masyarakat Indonesia ini
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai