BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU 2017 PENDAHULUAN Poliomyelitis: penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dan sering dikenal dengan nama flaccid paralysis acute (AFP). Polio virus disebabkan oleh virus dengan genus enterovirus tipe 1,2 dan 3 dan semua tipe dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit polio dapat menyerang semua usia, namun kelompok umur yang paling rentan adalah usia 1-5 tahun. Definisi Penyakit polio adalah penyakit kelumpuhan akut yang menular disebabkan oleh virus polio. Predileksi virus polio pada sel kornu anterior medula spinalis, batang otak dan area motorik korteks otak, → kelumpuhan dan atropi otot. Etiologi Poliomielitis disebabkan: infeksi virus dari genus enterovirus yang dikenl sebagai poliovirus (PV). Virus yang tergolong virus RNA ini biasanya berada di traktus digestivus. Epidemiologi Infeksi virus polio terjadi di seluruh dunia, untuk Amerika Serikat transmisi virus polio liar berhenti sekitar tahun 1979. Negara-negara Barat, eliminasi polio global secara dramatis mengurangi transmisi virus polio liar di seluruh dunia, kecuali beberapa Negara yang sampai saat ini masih ada transmisi virus polio liar yaitu India, Timur Tengah dan Afrika. Patofisiologi Daerah yang biasanya terkena lesi pada poliomyelitis ialah: Medulla spinalis (kornu anterior) Batang otak pada nucleus vestibularis Serebelum terutama inti-inti pada vermis Midbrain terutama masa kelabu, substantia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra Talamus dan hipotalamus Palidum Korteks serebri, hanya daerah motorik Manifestasi Klinis Masa inkubasin adalah 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Kelumpuhan serta atrofi otot Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Minor illnesses (gejala ringan): seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi dan nyeri abdomen. 2. Major illnesses (paralitik, maupun non-paralitik): Non-paralitik Nyeri kepala, nause, muntah gejala ini timbul 1-2 hari kemudian remisi demam atau masuk dalam fase kedua dengan nyeri otot belakang leher, tubuh dan tungkai dengan hipertonia disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak berusaha duduk dari posisi tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas sedangkan kedua tangan menunjang kebelakang pada tempat tidur (Tripod sign) dan terlihat kekakuan otot spinal, Kaku kuduk terlihat secara pasif dengan Kernig dan Brudzinsky yang positif. Paralitik Kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet. Bentuk spinal Dengan gejala kelemahan/paralysis/paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, toraks dan terbanyak ekstremitas bawah. Bentuk bulbar Insufisiensi pernafasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan makan, kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena adalah saraf V, IX, X, XI dan kemudian VII. Bentuk bulbospinal Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar Bentuk ensefalitik Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-kadang kejang Diagnosis banding : Pseudoparalisis non neurogen : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pleiositosis. Disebabkan oleh trauma/kontusio, demam reumatik akut, osteomielitis. Polyneuritis: gejala para plegi dengan gangguan sensibilitas, dapat dengan paralysis palatum molle dan gangguan otot bola mata. Poliradikuloneuritis (Guillain Barre Sindrom): Biasanya diawali demam, paralysis tidak akut tapi perlahan-lahan, bilateral simetris. Miopatia (kelainan progresif dari otot-otot dengan paralysis dan kelelahan disertai rasa nyeri). Diagnosis Pemeriksaan virologik dengan cara membiakkan virus polio baik yang liar maupun vaksin. Pengamatan gejala dan perjalanan klinik. Gejala lumpuh layu yang termasuk Acute Flaccid Paralysis. Pemeriksaan khusus: Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat merujuk secara lebih tepat kerusakan saraf secara anatomic. Pemeriksaan Residual Paralisis: Dilakukan 60 hari setelah kelumpuhan, untuk mencari deficit neurologik. Pemeriksaan Penunjang Darah tepi perifer Cairan Serebrospinal Pemeriksaan Serologik Isolasi Virus Terapi dan Pengobatan Tidak ada obat untuk polio, hanya bisa dicegah dengan imunisasi. Tujuan pengobatan adalah mengontrol gejala selagi infeksi berlangsung. 1. Silent infection : istirahat 2. Poliomielitis abortif : istirahat 7 hari, bila tidak terdapat gejala apa-apa. Fase Pre-paralitik Semua penderita dengan gejala sistemik yang tak spesifik→ terjadi paralisis Tirah baring: untuk menjaga terjadinya footdrop. Bila gelisah: dapat diberikan sedatif ringan. Pada otot yang sakit: dikompres buli-buli panas. Bila demam→ antipiretik Fase paralitik Fase akut→ analgetik Masa konvalesens→ dianjurkan fisioterapi untuk menjegah kontraktur. Fase akut lewat→ fisioterapi aktif. fase akut Antibiotik untuk mencegah infeksi pada otot yang flaccid Analgetik untuk mengurangi nyeri kepala, myalgia, dan spasme Antipiretik untuk menurunkan suhu. Foot board, papan penahan pada telapak kaki, agar kaki terletak pada sudut yang tetap terhadap tungkai fase post-akut Kontraktur, atrofi dan atoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakkan ini dilakukan setelah 2 minggu. Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan. Exercise (active/passive) terutama pada ekskremitas yang mengalami kelemahan atau kelumpuhan Breathing exercise jika diperlukan Vaksin Polio Vaksin OPV adalah adalah virus yang dilemahkan, yang bisa mengalami mutasi sebelum dapat bereplikasi dalam usus dan diekskresi keluar. Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan 2 tetes oral. Imunisasi dasar umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah dengan interval 6-8 minggu. Satu dosis sebanyak 2 tetes (0.1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama vaksin DPT dan Hib.