Anda di halaman 1dari 46

STANDAR

DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
INDONESIA
Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, Cand. Ph.D
 Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, Cand. Ph.D

Curriculum
 Lahir : Aek Tarum/ 25-05-1987
 Pendidikan :

Vitae 


S3 Keperawatan di Lincoln University Malaysia
S2 Keperawatan Medikal Bedah Sint Carolus Jakarta
 Profesi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
 S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
 D1 Informatika Komputer LPP. Sint Mark Medan

 Aktivitas Sekarang :
 Direktur Akademi Keperawatan Sari Mutiara Medan
 Dosen Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
 Emergency Medikal Team Jakarta Rescue Internasional –Insarag- PBB
 Ketua Sari Mutiara Rescue Medan
 HP. 085297781838
 Konsultan OSCE Laboratory & Akreditasi
 Email : jojo3boy@yahoo.com
 Trainer Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
 Alamat : Jl. Kapten Muslim
No. 79 Medan  Hospital & Academic Clinical Instructor
 Penulis Buku Nasional
LINGKUP BAHASAN
Latar Belakang dan Landasan HukumSDKI

Tujuan Standarisasi Diagnosis


Proses Penyusunan SDKI Penegakan

Diagnosis dengan SDKI

Penerapan SDKI
Standar Kompetensi
 Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis, Ners
Subspesialis
 Kekhususan: Gadar, Kamar Standar Asuhan
Bedah, Kritis, Jiwa, Maternitas, dll. Keperawatan
- Diagnosis
- Intervensi
- Luaran (outcome)
Undang Undang Kep.

SK
No. 38 Tahun 2014

P
Standar
Profesi
P
N
I
SKP
SAK
Standar Kinerja Profesional
 Penjaminan Mutu
 Pendidikan
 Riset
 Etika
 Penilaian Kerja
Pasal 28 UU No. 38 Tahun 2014 tentangKeperawatan
Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasional.
Pasal 30 UU No. 38 Tahun 2014 tentangKeperawatan

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan


keperawatan, perawat berwenang untuk menegakkan
diagnosis keperawatan.

Perawat merupakan
‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI

Bagi Pelayanan Keperawatan


• Menjadi acuan dalam menegakkan diagnosis
keperawatan
• Meningkatkan otonomi perawat
• Memudahkan komunikasi intraprofesional
• Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
• Mengukur beban kerja dan reward perawat
Bagi Pendidikan Keperawatan
• Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran
pada pendidikan keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
konsep inti dalam praktik keperawatan  fokus
pembelajaran
• Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik
dan pendidik keperawatan dalam mempelajari
konsep-konsep dasar untuk dapat memahami
konsep inti.
Bagi Penelitian Keperawatan
• Memperluas area penelitian keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi
fokus penelitian
• Dapat dikembangkan penelitian:
• Penelitian epidemiologis
• Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas
• Penelitian eksprimental
Pengka-
jian
ASUHAN
KEPERAWATAN

Diag- Inter-
Evaluasi vensi
nosis

Diagnosis Keperawatan
merupakan bagian vital dalam
Implemen-
menentukan asuhan tasi
keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal
International Classification for Nursing
Nursing Diagnosis Practice – Diagnosis Classification

Terminologies Clinical Care


Classification
ICNP-DC
Nursing Diagnostic
Systemof the Centre for Omaha
System CCC North American
Nursing Development Nursing
and Research Diagnosis
Association

ZEFP
Nursing NANDA
Diagnosis
Home Health
Care
ICF HHCC Classification
International
Classification of
Functioning, Disability
SNOMED
and Health CT

Systematized Nomenclature of
Medicine Clinical Terms
Membakukan dan
mengesahkan SDKI

Mendapatkan masukan
untuk penyempurnaan

Membahas dan
merevisi Draft SDKI
Finalisasi
& RTL
Tim Kerja menyiapkan
Draft SDKI Revisi Workshop
Kontinu 30 Nov 2016

Template
Pembentukan
Panitia
& Tim Kerja
Pengembangan
SDKI
Panitia SDKI
Rapat pertama Panitia
21 Juni 2016
1. PEMBENTUKAN PANITIA PENGEMBANGAN
SDKI & KESEPAKATAN PENYUSUNAN

• Penerbitan Surat Keputusan Panitia


Pengembangan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) oleh Ketua Umum dan
Sekretaris DPP PPNI.
• Dalam rapat pertama Panitia Pengembangan
SDKI, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• Penjelasan maksud dan tujuan penyusunan SDKI
• Kesepakan cara kerja, termasuk time table penyusunan
SDKI
• Penentuan Penanggung Jawab pada setiap kegiatan-
kegiatan penyusunan SDKI.
2. PENETAPAN TEMPLATE SDKI DAN PEMBENTUKAN
TIM KERJA DIAGNOSIS KEPERAWATAN

• Dalam rapat kedua, Panitia SDKI menyepakati


template
diagnosis keperawatan dan format buku SDKI.
• Pada rapat-rapat selanjutnya dilakukan hal-hal
sebagai
berikut:
• Panitia Pengembangan SDKI membentuk Tim Pokja Diagnosis
Keperawatan (TPDK) yang terdiri atas praktisi dan akademisi
keperawatan.
• Menugaskan TPDK menyiapkan draft awal SDKI sesuai
dengan template yang telah disepakati
• Mengumpulkan referensi-referensi pendukung,
berupa textbook dan jurnal ilmiah serta sumber lain
seperti diagnosis keperawatan dari negara/lembaga
lain, Panduan Asuhan Keperawatan yang telah
diimplementasikan di pelayanan kesehatan
TEMPLATE DRAFT SDKI
PPNI
Level 1 LEVEL OF
Reviu
Sistematik EVIDENCE
Level 2
Studi Kohort

Level 3
Studi Kasus-Kontrol

Level 4
Studi Kasus

Level 5
Opini Ahli

Level of Evidence - Berdasarkan Oxford Centre for Evidence-Based


1. Adventitious breath sounds, 2. changes in respiratory rate,
3. difficult vocalizing, 4. diminished breath sounds, 5. dyspnoea,
6. ineffective cough, 7. orthopnoea, and 8. restlessness
1. Altered heart rate/rhythm, 2. Dyspnea, 3. Labile blood pressure,
4. Rales, 5. Oliguria / anuria, 6. Edema, 7. Cold skin, 8. Fatigue / weakness,
9. Decreased peripheral pulses and 10. Decreased peripheral perfusion
1. Alterations in depth of breathing (sensitivity 96%), 2. pursed-lipbreathing
(sensitivity 99%), 3. altered chest excursion (specificity 97%), 4. prolonged
expiration phase (specificity 99%)
3. REVISI BERKELANJUTAN
DRAFT SDKI
• Mengorganisasi komunikasi dengan TPDK untuk
membahas kemajuan penulisan diagnosis keperawatan.
• Mengompilasi seluruh draft yang telah disusun TPDK
dan dilakukan pertemuan untuk melakukan pembahasan
yang dilakukan dalam tim kecil sesuai area peminatan
keilmuan, kemudian dalam tim besar berupa pleno untuk
mendapatkan masukan dan koreksi. Pertemuan
pembahasan ini menghasilkan draft akhir SDKI.
• Pengembangan draft akhir SDKI dan rapat-rapat.
• Setiap minggu dilakukan rapat untuk membahas dan
menunjukkan kemajuan draft akhir. Panitia Pengembangan SDKI
membantu dalam penyuntingan akhir SDKI.
• Dalam 6 kali rapat, draft akhir dituntaskan dan siap diajukan
untuk Workshop SDKI.
4. WORKSHOP SDKI

• Mengundang para pakar, praktisi dan


akademisi keperawatan untuk memberikan
masukan demi penyempurnaan draft akhir
SDKI.
• TPDK melaksanakan rapat-rapat untuk revisi
draft akhir SDKI sesuai dengan masukan hasil
workshop.
• TPDK melakukan finalisasi draft akhir dalam
bentuk Buku SDKI.
5. FINALISASI & RENCANA
TINDAK LANJUT

• Buku SDKI dibakukan dengan memasang


logo PPNI dan logo SDKI pada sampul serta
dimintakan pengesahan Ketua Umum DPP
PPNI.
• Mencetak Buku SDKI
• Menyelenggarakan sosialisasi
• Melakukan peninjauan ulang dan revisi
secara berkala sesuai dengan masukan-
masukan dari hasil implementasi lapangan.
JENIS DIAGNOSIS

Tanda/Gejala
Aktual Mayor dan Minor
Negatif
Diagnosis Risiko Faktor Risiko
Keperawatan
Promosi Tanda/Gejala
Positif Kesehatan Mayor dan Minor

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of Nursing Practice –
Diagnosis Classification (ICNP,2015)
Komponen Diagnosis Keperawatan
1. Masalah
Merupakan label diagnosis keperawatan yang
menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis
terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan Fokus
Diagnostik
No Deskriptor Fokus Diagnostik
1 Tidak Efektif Bersihan jalan nafas
2 Gangguan Pertukaran Gas
3 Penurunan Curah jantung
4 Intoleran Aktifitas
5 Devisit Pengetahuan
2. Indikator Diagnotik
Pada Diagnosis Aktual, Indikator diagnostiknya terdiri
atas penyebab dan tanda/ gejala dengan uraian sbb :
a. Penyebab (Etiologi)
Faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
 Patofisiologi
 Efek terapis/ tindakan
 Situasional(lingkungan atau personal)
 maturasional
b. Tanda(Sign) dan Gejala(Symptom)
Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
 Mayor -> tanda / gejala ditemukan sekitar 80%-100%
untuk validasi diagnostik
 Minor -> tanda/ gejala tidak harus ditemukan, namun
jika ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnostik

Pada Diagnostik Resiko TIDAK memiliki Etiologi dan Tanda/


Gejala namun hanya FAKTOR RESIKO

Sedangkan pada Dignostik Promosi Kesehatan HANYA


memiliki Tanda/ Gejala yang menunjukkan Kesiapan klien
untuk mencapai kondisi yang lebih optimal
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)

1 • Bandingkan data dengan nilai normal


Analisis Data
• Kelompokkan data (deduktif atau induktif)

2 Identifikasi • Masalah Aktual, Risiko, Promkes


Masalah

3
Perumusan • Three part (Aktual)
Diagnosis • Two part (Risiko dan Promkes)

Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017); Berman, Snyder &
Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
Proses penegakkan diagnosis diuraikan sbb :

1. Analisa Data
Analisa dilakukan dengan tahapan sbb:

A. Bandingkan data dengan Nilai Normal


Data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai
normal dan di indentifikasi tanda/ gejala yang bermakna

B. Kelompok Data
Tanda/ gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan
pola kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan,
eliminasi, aktifitas/istirahat, neurosensori,pertumbuhan dan
perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan/ pembelajaran, interaksi
sosial, dan keamanan/ proteksi.
2.Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien
bersama-sama mengidentifikasi masalah
aktual, resiko dan/atau promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan merujuk ke
label diagnosa keperawatan
3. Perumusan Diagnosa Keperawatan

A. Penulisan Tiga Bagian


Metode penulisan ini terdiri dari atas Masalah, Penyebab dan Tanda/ Gejala.
Metode ini hanya dilakukan pada diagnosis Aktual. Dengan formula sbb :

Masalah Berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/


Gejala

Contoh Penulisan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebihan, mengi,
dispnea, gelisah
B. Penulisan Dua Bagian
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis Resiko dan Diagnosis Promosi
Kesehatan, dengan formasi sbb :
1) Diagnosa Resiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko

Contoh Penulisannya :
Resiko Aspirasi Dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun

2) Diagnosa Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/ Gejala

Contoh Penulisannya :
Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)

Data dikelompokkan berdasarkan kategori/subkategori

Diagnosis Keperawatan

Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan


Respirasi Interaksi Sosial Keamanan &
Nyeri dan Kebersihan Diri teksi
Kenyamanan
Sirkulasi
Penyuluhan &
Integritas Ego Pembelajaran
Nutrisi dan
Cairan
Pertumbuhan &
Perkembangan
Eliminasi

Aktivitas dan
Istirahat

Neurosensori Diadaptasi dari:


Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Reproduksi dan Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges & Moorhouse’s
Seksualitas Diagnostic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013).
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)

Pengkajian Diagnosis Medis

1
Analisis Data

2
Identifikasi
Masalah

3
Perumusan
Diagnosis
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

INDIKATOR
DIAGNOSTIK
Tanda/Gejala
(Sign/Symptom)

Penyebab Faktor Risiko


(Etiology) (Risk Factor)

Indikator
Diagnostik
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

MASALAH / LABEL DIAGNOSIS


Fokus Diagnosis

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan Curah Jantung
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan

Deskriptor

Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan


PERUMUSAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Penulisan Two Part


• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

• Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia “FISIOLOGIS”
Sub Kategori : Respirasi
 D.0001 Berisian jalan nafas tidak efektif
 D.0002 Gangguan penyapihan ventilator
 D.0003 Gangguan pertukaran gas
 D.0004 Gangguan Ventilasi Spontan
 D.0005 Pola nafas tidak efektif
 D.0006 Resiko Aspirasi
Subkategori : Sirkulasi
 D.0007 Gangguan sirkulasi spontan
 D.0008 Penurunan curah jantung
 D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
 D.0010 Risiko gangguan sirkulasi spontan
 D.0011 Risiko penurunan curah jantung
 D.0012 Risiko perdarahan
 D.0013 Risiko Perfusi gastrointestinal tidak efektif
 D.0014 Risiko perfusi miokarad tidak efektif
 D.0015 Risiko perfusi perifer tidak efektif
 D.0016 Risiko perfusi renal tidak efektif
 D.0017 Risiko perfusi serebral tidak efektif
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
 D 0018 Berat Badan lebih
 D 0019 Defisit Nutrisi
 D 0020 Diare
 D 0021 Disfungsi Motolitas Gastrointestinal
 D 0022 Hipervolemia
 D 0023 Hipovolemia
 D 0024 Ikterik Neoatus
 D 0025 Kesiapan peningkatan Keseimbangan Cairan
 D 0026 Kesiapan peningkatan Nutrisi
 D 0027 Ketidakstabilan Peningkatan Nutrisi
 D 0028 Menyusul Efektif
 D 0029 Menyusul tidak efektif
 D 0030 Obesitas
 D 0031 Risiko berat badan
 D 0032 Risiko difisit nutrisi
 D 0033 Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
 D 0034 Risiko hipovolemia
 D 0035 Risiko ikterik neonatus
 D 0036 Risiko ketidak seimbangan cairan
 D 0037 Risiko ketidak seimbangan elektrolit
 D 0038 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
 D 0039 Risiko syok
Subkategori : Eliminasi
 D 0040 Gangguan Eliminasi Urin
 D 0041 Inkontinensia Fekal
 D 0042 Ikontinensia Urin Berlanjut
 D 0043 Ikontensia Urin Berlebih
 D 0044 Inkontinsia Urin Fungsional
 D 0045 Ikontinensia Urin Refleks
 D 0046 Ikontinensia Urin Stres
 D 0047 Ikontinensia Urin Urgensi
 D 0048 Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin
 D 0049 Konstipasi
 D 0050 Retensi Urin
 D 0051 Risiko Inkontinensia urin urgensi
 D 0052 Risiko Konstipasi
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
 D 0053 Disorganisasi Perilaku Bayi
 D 0054 Gangguan Perilaku Bayi
 D 0055 Gangguan Pola Tidur
 D 0056 Intoleransi Aktivitas
 D 0057 Keletihan
 D 0058 Kesiapan Peningkatan Tidur
 D 0059 Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi
 D 0060 Risiko Inteloransi Aktivitas
Subkategori : Neurosensori
 D 0061 Disrefleksi Otonom
 D 0062 Gangguan Memri
 D 0063 Gangguan Menelan
 D 0064 Konfisi Akut
 D 0065 Konfisi Kronis
 D 0066 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
 D 0067 Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
 D 0068 Risiko Konfusi Akut
Subkategori : Reproduksi dan Seksualitas

D 0069 Disfungsi Seksual


D 0070 Kesiapan persalinan
D 0071 Pola Seksual Tidak Efektif
D 0072 Risiko disfungsi seksual
D 0073 Risiko kehamilan tidak di kehendaki
Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia “PSIKOLOGIS”
Sub Kategori : Nyeri dan kenyamanan
 D.0074 Gangguan rasa nyaman
 D.0075 Ketidaknyaman pasca partum
 D.0076 Nausea
 D.0077 Nyeri akut
 D.0078 Nyeri kronis
 D.0079 Nyeri melahirkan
Sub Kategori : Integritas ego
 D.0080 Ansietas
 D.0081 Berduka
 D.0082 Distres spiritual
 D.0083 Gangguan citra tubuh
 D.0084 Gangguan identitas diri
 D.0085 Gangguan Persepsi Sensori
 D.0086 Harga diri rendah kronis
 D.0087 Harga diri rendah situasional
 D.0088 Keputusaan
 D.0089 Kesiapan peningkatan konsep diri
 D.0090 Kesiapan peningkatan koping keluarga
 D.0091 Kesiapan peningkatan koping komunitas
 D.0092 Ketidakberdayaan
 D.0093 Ketidakmampuan koping keluarga
 D.0094 Koping depensiv
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat menjamin mutu
praktik dan keselamatan klien dalam asuhan keperawatan
yang diberikan oleh perawat.
• SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam pelayanan
dan pendidikan, namun dapat masuk ke dalam Sistem JKN
sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan diharapkan
segera dapat disahkan menteri kesehatan.
• SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan bagi
perawat.

Anda mungkin juga menyukai