Anda di halaman 1dari 27

SUSTAINABLE AGRICULTURE

KELOMPOK 1
NEFRINA WIJARINI 1513100011
ANDIS RIHANDOKO 1513100061
LUCKY ANZELINA 1513100069
AMILA RIZQINA RAMADHANI 1514100079
SUSTAINABLE AGRICULTURE
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang
dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.

Keberlanjutan yang dimaksud meliputi: penggunaan


sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta
lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Sistem pola tanam berkelanjutan merupakan bagian dari pertanian yang berkelanjutan
(sustainability) dengan mengacu pada kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al.,
1992, menitikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal,
regional dan nasional/global.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992 di
atas, suatu sistem pengelolaan tanah dapat dikatakan berkelanjutan
atau sustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut:

1. Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu


2. Menekan gangguan gulma
3. Menekan serangan hama dan penyakit
4. Menekan erosi tanah
5. Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)
FUNGSI SUSTAINABLE AGRICULTURE
Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara
praktik produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dan dalam jangka panjang
memiliki fungsi sebagai berikut:

• Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia


• Meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan
kebutuhan ekonomi pertanian
• Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara sangat efisien
• Menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan
memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan
• Meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan
Dampak Positif

• mengurangi kerusakan
lingkungan
• mempertahankan produktivitas
pertanian
• meningkatkan pendapatan
petani
• meningkatkan stabilitas dan
kualitas kehidupan masyarakat
di pedesaan.
Perbedaan Pertanian Konvensional/Modern
Pertanian Berkelanjutan
• Sangat tergantung pada kemajuan inovasi • Sangat tergantung pada manajemen,
teknologi pengetehauan serta keterampilan petani
• Membutuhkan investasi modal yang besar untuk • Pada umumnya tidak membutuhkan investasi
produksi dan pengembangan teknologi modal yang besar
• Sistem tanam: monokultur • Sistem tanam: diversifikasi
• Penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi secara • Meminimalisir penggunaan pupuk dan pestisida
luas kimiawi, mengalihkannya dengan pupuk dan
• Dibutuhkan sedikit tenaga kerja pestisida alami
• Dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja
STUDI KASUS 1
1513100061
• Kualitas organik pada tanah dan pertanian
konvensional di New Mexico, US
Latar Belakang
PERTANIAN ORGANIK PERTANIAN ANORGANIK
Peningkatan produksi Peningkatan produksi lebih
cepat
Penggunaan pupuk dan
ppestisida kimia organik Penggunaan pupuk kimia dan
pestisida kimia
Kualitas tanah terjaga(+)
Penurunan kualitas tanah(-)
Peningkatkan kandungan
seny. Organik di tanah (+) Rusaknya rantai makanan(-)
Terjaganya siklus alami di Hilangnya unsur organik tanah
tanah (-)
Meminimalkan dampak
negatif dari pertanian (+)
melihat keberlanjutan
jangka panjang dari sistem
Tujuan: budidaya organik
berdasarkan kualitas tanah
Metode
Tempat
◦ 1152 mdpl di Anthoni, New Mexico, USA
◦ N 32° 01’58’’, W 106° 38’15’’
◦ Jenis tanah Harkey (kasar-berlumpur, campuran, berkapur)
◦ Suhu 19-20°C
◦ Iklim gersang dgn curah hujan tahunan 180-230 mm
Metode_2 (pengolahan tanah)
Metode_3 Pengukuran
Sampling dan Analisis
◦ Sample rangkap 3, dengan kedalaman bervariasi : 0-10, 10-20, 20-30 cm
◦ Digali 60 cm utk penentuan kedalaman perakaran.
◦ Pengukuran C organik dan anorganik
◦ Pengukuran ketersediaan air dan kelembapan
Pengukuran biomassa
◦ Pengukuran biomassa dari tanaman
Batas kritis sifat fisik dan kimia tanah.
Hasil
Tekstur tanah di semua kedalaman adalah lanau lempung untuk
bidang konvensional dan lempung untuk bidang organik OF6, dan
OF9.
Dalam of3, tekstur tanah bervariasi dari lempung pada kedalaman
0-10 cm lanau lempung di 10-20 dan 20-30 kedalaman cm
Sifat-sifat tanah memiliki koefisien variasi (CV)> 35% adalah K s,
amonium-N dan nitrat-N konten;
CV < 35% berarti pH, kandungan air konten, dan pasir, lumpur dan
tanah liat konten di bidang dan kedalaman.
CV untuk hasil biomassa <35%
Kesimpulan
Terjadi peningkatan penerapan pertanian organik di negara bagian
New Mexico, US
Analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
sifat tanah dengan pertanian organik
Diperlukan sistem manajemen pertanian organik yang berkelanjutan
untuk mengurangi dan mencegah terjadinya penurunan kualitas
tanah.
Studi Kasus II
Latar Belakang Penelitian

• Paradigma pembangunan berkelanjutan menurut Bank Dunia diterjemahkan


dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan (Environmentally
Sustainable Development Triangle) yang bertumpu pada keberlanjutan
ekonomi, ekologi, dan sosial.

• Berkelanjutan secara ekonomis mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan


pembangunan harus mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi,
pemeliharaan kapital, penggunaan sumberdaya, serta investasi secara efisien.

• Berkelanjutan secara ekologis berarti bahwa kegiatan tersebut mampu


mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan,
dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati
(biodiversity).

• Keberlanjutan secara sosial diartikan bahwa pembangunan tersebut dapat


menciptakan pemerataan hasil – hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi
sosial, partisipasi masyarakat,pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan
pengembangan kelembagaan (Serageldin, 1996 dalam Dahuri 1998).
• Pertanian berkelanjutan mempunyai beberapa prinsip yaitu
:
(a) menggunakan sistem input luar yang efektif,produktif, murah,
dan membuang metode produksi yang menggunakan sistem input
dari industri, (b) memahami dan menghargai kearifan lokal serta
lebih banyak melibatkan peran petani dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan pertanian, (c) melaksanakan konservasi
sumberdaya alam yang digunakan dalam sistem produksi
(Shepherd, 1998 dalam Budiasa, 2011).
• Persoalan yang sering dihadapi dalam mewujudkan
pertanian berkelanjutan adalah adanya tarik - menarik antara
berbagai kepentingan pembangunan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pertanian berkelanjutan antara
lain faktor sosial, ekonomi, dan kelembagaan (Purwanto dan
Cahyono, 2012);
• faktor pilihan teknis konservasi yang tepat, sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya masyarakat (Sabiham
dalam Arsyad, S. dan E. Rustiadi, 2008); faktor individu,
ekonomi, dan kelembagaan (Illkpitiya danGopalakrishnan,
2003); faktor kelembagaan, kebijakan pemerintah, dan
perubahan teknologi (Ananda dan Herath,2003)
Kondisi Lingkungan
METODOLOGI
• Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana peningkatan penerapan
prinsip – prinsip pertanian berkelanjutan di Kecamatan Selo.
• Metode yang digunakan adalah AHP (Analytic Hierarchy Process).
Rumusan kriteria dan alternatif diperoleh dari penelusuran pustaka (data
sekunder) dan wawancara dengan narasumber (data primer).
Narasumber dipilih dengan metode purposif sampling yaitu para ahli,
tokoh, yang berkompeten, yang karena pengalaman, pengetahuan,
kewenangannya dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan
dengan tujuan penelitian.
Narasumber merupakan perwakilan dari akademisi, pemerintah, komunitas
petani, kalangan bisnis yang mengetahui permasalahan pertanian
berkelanjutan, khususnya di Kecamatan Selo atau lereng Gunung Merapi
dan Merbabu Adapun narasumber yang dipilih terdiri dari : (a) Akademisi
sejumlah 3 (tiga) Orang, (b) Pemerintah terkait dengan pertanian sejumlah 9
(sembilan), (c) Komunitas petani sejumlah 3 (tiga) Orang, (d) Kalangan
pebisnis pertanian 2 (dua) Orang.
KESIMPULAN

• Salah satu metode pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas


berbagai alternatif pilihan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode AHP mendasarkan pada hasil penilaian para pengambil keputusan
berdasarkan tingkat kepentingan kriteria dan alternatif terhadap tujuan
yang ingin dicapai.
• Hasil penelitian berdasarkan matriks faktor pembobotan pendapat
gabungan semua kriteria menunjukkan bahwa urutan prioritas kriteria
terpenting menurut penilaian responden guna perencanaan pertanian
berkelanjutan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali adalah kriteria
kelembagaan (25,04%), Sosial Budaya (20,74%), Teknologi Pertanian
(20,68%), Ekonomi (18,22%), dan Kebijakan Pemerintah (15,31%).
• Sedangkan urutan prioritas alternatif pilihan terpenting antara lain
penguatan kelembagaan petani, mengembangkan pengkaderan petani /
kelompok tani sadar pertanian berkelanjutan, dan peningkatan kegiatan
demplot teknologi pertanian berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai