Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

RINITIS ALERGI

Rachma Novriesya Mayzura


2011730081

Pembimbing :
dr. Eman Sulaiman, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK STASE THT


RSUD CIANJUR
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. E
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Alamat : Kp. Pendeuy Raweuy
Rt06/03
No. RM : 754708
Tanggal berobat : 19 Oktober 2016
Keluhan Utama

Hidung bersin-bersin
sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien datang dengan keluhan hidung bersin-bersin
sejak ± 3 minggu SMRS. Keluhan bersin-bersin disertai
rasa gatal dan kadang tersumbat pada hidung.
Semakin berat apabila terpapar AC dan udara dingin.
Pasien mengatakan keluhan bersin ini kadang-kadang
disertai adanya cairan atau ingus yang keluar dengan
jumlah sedang dan berwarna jernih. Pasien tidak
merasa nafas ataupun mulut terasa bau. Pasien tidak
merasa penciumannya berkurang. Pasien menyangkal
adanya nyeri pada kedua mata maupun disekitar bola
mata. Pasien tidak pernah mengalami mimisan.
Riwayat trauma pada hidung dan nyeri pada hidung
disangkal. Nyeri telinga dan tenggorokan disangkal.
Demam disangkal. Batuk disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sudah mengalami penyakit ini
sebelumnya sejak usia 14 tahun, namun
keluhan hilang timbul
- Pasien menyangkal adanya riwayat asma
ataupun keluhan gatal pada kulit
Riwayat Dahulu
- Tidak ada keluhan yang sama di
keluarga
- Ibu pasien menderita asma
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu dan obat-
obatan disangkal. Namun pasien mengaku
alergi terhadap cuaca dingin
Riwayat Pengobatan

Pasien pernah berobat ke


Puskesmas untuk penyakitnya
sekitar 2 tahun lalu, namun tidak
ingat merek obatnya.
C. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Berat badan : 56 Kg
• Tanda Vital : Tekanan darah : 110/80 mmHg

Penafasan : 20 kali/menit

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 36,7°C
Status generalis
1. Kepala : normocephal (+)

2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks

pupil (+/+) isokor, Allergic Shiner (-/-)

3. Telinga : lihat status lokalis

4. Hidung : lihat status lokalis

5. Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-), stomatitis (-)

6. Tenggorok : lihat status lokalis

7. Leher : lihat status lokalis


8. Thorax 9. Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Inspeksi : kedua hemithoraks tampak
simetris, retraksi sela iga (-) • Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea
midclavicularis sinistra
• Palpasi : kedua hemithoraks terangkat
simetris • Perkusi : batas jantung relatif dalam
batas normal
• Perkusi : sonor pada semua lapang paru
• Auskultasi : bunyi jantung I dan II
• Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+),
regular
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
10. Abdomen 11. Ekstremitas
• Inspeksi : datar (+) • Superior : akral hangat, udem (-/-),
• Palpasi : supel, nyeri tekan RCT < 2 detik (+)

epigastrium (-) • Inferior : akral hangat, udem (-/-),


• Perkusi : timpani pada seluruh RCT < 2 detik (+)

kuadran abdomen
• Auskultasi : bising usus (+) normal
D. Status Lokalis THT

1. Telinga
AD TELINGA AS

Normotia, hematoma (-), perikondritis (-), Normotia, hematoma (-), perikondritis (-),
Aurikula
helix sign (-), edema (-) helix sign (-) edema (-)

Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-), Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-),
Preaurikula
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)

Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-), Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan (-),
Retroaurikula
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)
AD TELINGA AS

Hiperemis (-), udem(-), serumen(-), Hiperemis (-), udem(-), serumen(-),


sekret (-), massa(-) MAE sekret (-), massa(-)

Hiperemis (-), udem(-), serumen(+) Hiperemis (-), udem(-), serumen(+)


KAE
kering, sekret (-), massa(-) kering, sekret (-), massa(-)

Intak, refleks cahaya (+) di jam 5, Intak, refleks cahaya (+) di jam 7,
Membran timpani
hiperemis (-), retraksi (-) hiperemis (-), retraksi (-)

+ Uji Rinne +
Lateralisasi (-)
Uji Weber Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa
Uji Schwabach Sama dengan pemeriksa
2. Hidung
a. Rinoskopi anterior
Dextra Rinoskopi anterior Sinistra

Livid (+) Mukosa Livid (+)

- Sekret -

Hipertrofi (+) Konka inferior Hipertrofi (+)

Deviasi (-) Septum Deviasi (-)

(-) Massa (-)

Normal Passase udara Normal


c. Tes penciuman d. Transiluminasi

Kanan : Normal dengan kopi dan tembakau Sinus maksilaris: terang, terang, bulan sabit
Kiri : Normal dengan kopi dan tembakau
Sinus frontalis: terang, terang, sarang
Kesan : normosmia
tawon
3. Tenggorok
a. Nasofaring

Nasofaring (Rinoskopi posterior)

Konka superior Edema (-), Hiperemis (-)

Torus tubarius Hiperemis (-)

Fossa Rossenmuller Edema (-), Massa (-)

Plika salfingofaringeal Edema (-), Hiperemis (-)


b. Orofaring

Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra

Mulut

Hiperemis Mukosa mulut Hiperemis

Simetris (normal) bersih Lidah Simetris (normal) bersih

Simetris (normal) bersih Palatum molle Simetris (normal) bersih

Lubang (+) Pre-molar II Gigi geligi Lubang (-)

Simetris (normal) bersih Uvula Simetris (normal) bersih


Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra

Tonsil
Tenang Mukosa Tenang

TI TI
Besar

- Kripta -
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
Tes pengecapan

Manis Normal

Asam Normal

Asin Normal

Pahit Normal
c. Laringofaring

Laringofaring (laringoskopi indirect)

Epiglotis Tenang (+)

Plika ariepiglotika Tenang (+)

Plika ventrikularis Tenang (+)

Plika vokalis Pergerakan Simetris (+)

Rima glotis Terbuka (+)


4. Maksilofasial

Dextra Nervus Sinistra

I. Olfaktorius
Normosmia • Penciuman Normosmia

II. Optikus
(+)  Daya penglihatan (+)
(+)  Refleks pupil (+)
III. Okulomotorius
(+)  Membuka kelopak mata (+)
(+)  Gerakan bola mata ke superior (+)
(+)  Gerakan bola mata ke inferior (+)
(+)  Gerakan bola mata ke medial (+)
(+)  Gerakan bola mata ke laterosuperior (+)

IV. Troklearis
(+) Gerakan bola mata ke lateroinferior (+)
V. Trigeminal
 Tes sensoris
(+) – Cabang oftalmikus (V1) (+)
(+) – Cabang maksila (V2) (+)
(+) (+)
– Cabang mandibula (V3)

VI. Abdusen
(+) Gerakan bola mata ke lateral (+)
VII. Fasialis
(+)  Mengangkat alis (+)
(+)  Kerutan dahi (+)
(+)  Menunjukkan gigi (+)
(+)  Daya kecap lidah 2/3 anterior (+)

VIII. Akustikus
Normal Tes garpu tala Normal

IX. Glossofaringeal
(+)  Refleks muntah (+)
(+)  Daya kecap lidah 1/3 posterior (+)
X. Vagus
(+)  Refleks muntah dan menelan (+)
(-)  Deviasi uvula (-)
Simetris  Pergerakan palatum Simetris

XI. Assesorius
(+)  Memalingkan kepala (+)
(+)  Kekuatan bahu (+)

XII. Hipoglossus
(-)  Tremor lidah (-)
(-)  Deviasi lidah (-)
5. Leher

Dextra Pemeriksaan Sinistra

Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)


Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)


Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)


E. Resume
Anamnesis

Pemeriksaan THT
♀, 24 tahun
• Hidung bersin-bersin sejak 3 minggu SMRS • Hidung : Livid (+), hipertrofi
• Disertai gatal dan kadang tersumbat
konka (+)
• Semakin berat bila terpapar AC/pagi hari
• Kadang disertai adanya cairan dengan • Gigi berlubang premolar II
jumlah sedang berwarna jernih inferior dexstra
• Keluhan ini sering hilang timbul sejak 14
tahun
• Ibu memiliki riwayat asma
27
F. Pemeriksaan Penunjang

• Hematologi lengkap  Eosinofil & basofil


• Prick test
PENATALAKSANAAN
1. Nonmedikamentosa
- Edukasi penyakit & tatacara pemberian obat
- Istirahat yang cukup
- Tingkatkan kebugaran tubuh dengan olahraga dan konsumsi
makan makanan bergizi
- Pasien pada saat di ruang kerja gunakan jaket dan hindari
paparan AC secara langsung
- Konsul dokter gigi

2. Medikamentosa
- Cetirizine tab 10mg 1 dd 1
- Triamcinolone spray
TINJAUAN PUSTAKA
RINITIS ALERGI
Rinitis Alergi
- Peradangan
- Substansi alergenik
- Atopik

ARIA  Kelainan pada


hidung paska terpapar
alergen
1. Bersin-Bersin
2. Rinore
3. Rasa gatal
4. Hidung Tersumbat
Epidemiologi
- 20% populasi dunia  Alergi
- Rinitis alergi (terbanyak)
- Prevalensi rinitis seasonal : 1-40%
- Rinitis alergi perinnial : 1-18%
- Asthma <> Rinitis alergi
- Pasien Asthma : 74-81% rinitis alergi
- Pasien Rinitis alergi : 40% Asthma
Etiologi
Faktor Risiko

- Genetik/Familial
- Early life exposure
- Polusi
Patofisiologi

1. Sensitisasi : Pembentukan Ig E
2. Early Phase : Sekresi Histamin
3. Late Phase : Eosinofil (Sel
ALLERGEN
Berdasar cara masuknya :
1. Inhalan
2. Ingestan
3. Injektan
4. Kontaktan
Klasifikasi Rinitis Alergi
Sifat berlangsung :
1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever)
2. Rinitis alergi Perennial (sepanjang tahun)

ARIA :
1. Intermitten : 4 hari/mnggu atau < 4mngg
2. Persisten : > 4hari/mnggu atau > 4 mngg

Beratnya :
1. Ringan : Aktivitas tidak terganggu
2. Sedang-berat : Aktivitas terganggu
DIAGNOSIS - Bersin berulang
- Rasa gatal pada
hidung
- Hidung tersumbat
- Mata gatal
- Rinoskopi anterior
1. Mukosa edema, livid
2. Hipertrofi konka
3. Sekret encer
4. Allergic Shiner, salute,
crease
5. Granul pada faring

- Eosinofil & basofil


meningkat
- ELISA (IgE)
- Frick test
- SET
PENATALAKSANAAN
1. Hindari kontak dengan allergen
2. Medikamentosa
1. Antihistamin Generasi 1 (Sedatif) Difenhidramin,
Klorfeniramin, Prometasin, Siproheptadin
2. Antihistamin Generasi 2 (Non-sedatif)
1. Astemisol dan terfenadin (ditarik)
2. Loratadin, Cetirizine, Fexofenadin, Desloratadine & Levocetirizine
3. Kortikosteroid (topikal)  Beklometason, budesonid,
Flunisolid, Flutikason, Mometason furoat, Triamsinolon
4. Antikolinergic Topikal  Ipratropium Bromide
3. Operatif
4. Imunoterapi
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI

1. Polip hidung
2. Otitis media efusi
berulang
3. Sinusitis paranasal
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai