Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading

Sepsis Berat dan


Syok Septik
Identitas Jurnal
 Judul Jurnal
 Severe Sepsis and Septic Shock

 Penulis
 Derek C. Angus, M.D., M.P.H., and Tom van der Poll,
M.D., Ph.D.

 Penerbit
 New England Journal Of Medicine

 Tahun Terbit
 2013
Pendahuluan
 Sepsis merupakan salah satu yang paling tua dan
sindrom paling berat di kedokteran

 Hasil dari serangan penjamu oleh organisme pathogen


dan menyebar melalui pembuluh darah.

 Pada 1992, mengartikan sepsis sebagai respon inflamasi


sistemik terhadap suatu infeksi

 “sepsis berat” menggambarkan sepsis berkomplikasi


dengan hipotensi yang refrakter terhadap resusitasi
cairan, takikardi, meningkatnya sel darah putih , terjadi
pada kondisi infeksius maupun non infeksius dan

 “sepsis berat” dan “sepsis” kadang digunakan untuk


menggambarkan sindrom dari infeksi yang komplikasi
dengan adanya disfungsi organ.
Insidensi
 Amerika serikat, sepsis berat tercatat 2% dari
pasien yang berada di Rumah Sakit

 Separuhnya diterapi di ruang perawatan Intensif


(ICU)

 Menggambarkan 10% dari pasien yang berada


di ICU

 Kasus di Amerika Serikat mencapai 750.000


setiap tahun

 Sekitar 19 juta kasus didunia per tahun


Penyebab
 Sepsi berat terjadi dari infeksi yang didapat dari
komunitas dan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan

 Pneumonia merupakan penyebab yang umum,


diikuti dengan infeksi intraabdominal, dan saluran
kemih

 Staphhyloccus aureus dan Streptococcus


pneumonia merupakan kuman gram positif yang
sering ditemukan

 Eschericia coli, spesies klebsiela, dan Pseudomonas


aeruginosa mendominasi pada bakteri gram
negative
Faktor Resiko
 penyakit kronis (contoh; AIDS, Penyakit paru
obstruktif kronis, dan kanker)

 Penggunaan obat imunosupresif

 Umur, jenis kelamin, dan ras

 Pada kelompok bayi dan orang tua lebih tinggi


daripada kelompok umur lain

 Lebih tinggi pada pria

 Lebih tinggi pada kulit hitam daripada putih


Gambaran Klinis
 Bentuk pertahanan dari respirasi sering bermanifestasi
sebagai Sindrom Distrs pernafasan Akut (ARDS), yang
mana didefinisikan sebagai hipoksemia bilateral

 Bentuk pertahanan cardial sering berbentuk


bermanifestasi utama sebagai hipotensi atau
peningkatan serum laktat

 Sistem saraf pusat biasanya tetrkena dengan


bermanifestasi sebagai penurunan kesadaran atau
delirium

 Cedera ginjal akut sering bermanifestasi sebagai


penurunan pengeluaran urine dan peningkatan kreatinin
serum

 Ileus paralitik, peningkatan aminotransferase, penurunan


control glikemik, trombositopenia, dan gangguan
koagulasi intravaskuler, disfungsi adrenal, dan sindrom
eutiroid
Kriteria
Diagnosis
Sepsis
Hasil
 Sebelum adanya perawatan intensif modern sepsis berat dan
syok sepsis sering sekali mematikan.

 Bahkan dengan adanya perawatan intensif, tingkat kematian


dalam rumah sakit karena syok septik sering terjadi pada 80%
kasus pada 30 tahun lalu

 Perawatan dan monitoring yang lebih baik, dan penggunaan


terapi lebih awal untuk mengobati infeksi yang ada dan bantuan
untuk organ yang terkena, kematian saat ini lebih dekat pada 20
hingga 30% dalam banyak serial kasus

 pasien yang bertahan pada rumah sakit setelah sepsis meningkat


resiko kematiannya dalam beberapa bulan dan tahun

 Yang bertahan sering mendapatkan gangguan fisik maupun


fungsi neurologis, gangguan mood, dan kualitas hidup yang
rendah
Patofisiologi
 Respon Penjamu

 Imun Bawan

 Abnormalitas Koagulasi

 Mekanisme Antiinflmasi dan Imunosupresi

 Disfungsi Organ
Respon Penjamu
 gambaran klinis dari sepsis merupakan hasil dari
kejadian inflamasi. Lebih lanjut
 Respon awal inflamasi memberikan jalan kepada
“sindrom respon antiinflamasi terkompensasi”.
 Mekanisme proinflamatori maupun antiinflmatori
berperan dalam penyingkiran infeksi dan pemilihan
jaringan pada sisi lain dan cedera organ dan infeksi
sekunder pada sisi lainnya.
 Respon spesifik dari pasien bergantung pada
pathogen penyebab (jumlah dan virulensi) dan
juga penjamu (karakteristik gen dan penyakit yang
telah ada), dengan respon yang berbeda pada
local, regional maupun sistemik
Respon Host dalam Sepsis
Imun Bawan
 Pathogen mengaktifkan sel imun melalui inteaksi
dengan reseptor rekognisi berpola, dimana
empat kelas utama (toll like receptor, C type
lectin receptor, gen asam retinoid 1 reseptor,
dan reseptor ikatan nucleotide)sebagai
protein kompleks yang dikenal dengan
inlmamasomes  Resptor ini mengenali struktur
yang dikenali diantara spesies mikroba
berhubungan dengan pathogen dan bentuk
molekuler regulasi dari gen inflamasi transkripsi
dan inisiasi dari imun bawaan.
Abnormalitas Koagulasi
 Sepsis berat sering dikaitkan dengan penurunan
koagulasigangguan koagulasi intravaskuler.

 Sumber fibrin dikuasai oleh koagulasi melalui


mekanisme factor jaringanglikoprotein
transmembran diekspresikan oleh beberapa tipe
selmekanisme antikoagulansystem protein C
dan antitrombinkompensasi penghilangan
fibrin  penurunan system fibrinolitik  Reseptor
protease teraktivasi dari hubungan molekuler
antara koagulasi dan inflamasi.
Kegagalan Organ dan Disfungsi Endotel dan
Mitokondria
Mekanisme Antiinflmasi dan
Imunosupresi
 Fagosit dapat berubah menjadi fenotip
antiinflamasi yang mempromosikan perbaikan
jaringan, dan regulasi sel T dan turunan myeloid
sebagai penekan sel yang lebih jauh dapat
menurunkan inflamasi.
 Mekanisme neural dapat menghambat inflamasi.
 Pada reflex neuroinlfmasi, input sensoris terbentan
antara aferen nervus vagus hingga batang
otakeferen nervus vagus mengkatifkan nervus
splenicus pada plexus celiacamenghasilkan
pelepasan norepinefrin pada limpa dan sekresi
asetilkolin oleh CD4+ sel TPelepasan asetilkolin
memiliki target pada a7 reseptor kolinergik pada
makrofagmenekan pelepasan sitokin proinflmasi.
Disfungsi Organ
 Mekanisme kegagalan organ pada sepsis telah diketahui
hanya sebagian, oksigenasi jaringan memainkan peran
penting

 Beberapa factor – termasuk hipotensi, penurunan sel


darah merah, dan thrombosis mikrovaskular –
berkontribusi terhadap penerimaan oksigen pada syok
septik.

 Inflamasi dapat menyebabkan disfungsi dariendotel


vaskuler, diikuti dengan kematian jaringan dan hilangnya
integritas barrier, sehingga memberikan peningkatan
pada subkutaneus dan cavitas edem.

 Jejas mitokondrial disebabkan oleh stress oksidatif dan


mekanisme lain pada penggunaan oksigen seluler
Terapi
 Dua "bundel" perawatan:
 bundel manajemen awal untuk dicapai 6 jam setelah pasien
datang
 bundel manajemen untuk dicapai di ICU

 Prinsip-prinsip bundel manajemen awal adalah untuk


memberikan resusitasi kardiorespirasi dan mengurangi
ancaman langsung dari infeksi yang tidak terkontrol.

 Resusitasi memerlukan penggunaan cairan infus dan


vasopressor, dengan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
yang diperlukan

 Pilihan terapi empiris tergantung pada yang diduga


tempat infeksi, di mana infeksi berkembang (yaitu, rumah,
panti jompo, atau rumah sakit)
Terapi
 Setelah 6 jam pertama, perhatian berfokus pada
pemantauan dan dukungan dari fungsi organ,
menghindari komplikasi, dan de-eskalasi
perawatan bila memungkinkan
 De-eskalasi terapi spektrum luas awal dapat
mencegah munculnya organisme resisten,
meminimalkan risiko toksisitas obat, dan
mengurangi biaya
 Terapi imunomodulator yang saat ini dianjurkan
adalah pemberian hidrokortison singkat (200
hingga 300 mg per hari hingga 7 hari atau sampai
dukungan vasopressor tidak lagi diperlukan) untuk
pasien dengan syok septik refraktori
Guidline Terapi
Kesimpulan
 Sepsis berat dan syok septik merupakan salah satu
masalah tertua dan paling mendesak dalam kedokteran.

 Dengan kemajuan dalam perawatan intensif,


peningkatan kesadaran, mengurangi risiko kematian
dekat terkait dengan sepsis.

 kekhawatiran atas gejala sisa-sisa apa yang sebelumnya


mematikan.

 Strategi juga dibutuhkan untuk mencapai banyak pasien


dengan sepsis yang jauh dari perawatan intensif modern.

 kemajuan dalam biologi molekuler telah memberikan


kompleksitas patogen
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai