Sirosis Hepatis

Grup 2
DEFINISI
 Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis,
disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit.

Dita Mutiara Fajar Budhiarta. Penatalaksaan Dan Edukasi Pasien Sirosis Hepatis Dengan Varises Esofagus DI Denpasar T ahun 2014. E-Jurnal Medika. 2016 Vol 5.No 7
– Perubahan arsitektur jaringan hati  regenerasi nodular yang bersifat difus dan
dikelilingi oleh septa-septa fibrosis. Perubahan (distorsi) struktur 
peningkatkan aliran darah portal, disfungsi sintesis hepatosit, serta
meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler (KHS).
EPIDEMIOLOGI
The 15 Leading Causes of Death
in 2014 in US
1. Heart Disease 9. Kidney Disease
2. Cancer 10. Self-harm
3. Chronic Lower Respiratory 11. Septicemia
Disease 12. Chronic Liver Disease and
4. Accident Cirrhosis
5. CVD (Stroke) 13. Hypertension
6. Alzheimer’s Disease 14. Parkinson’s Disease
7. Diabetes Melitus 15. Pneumonitis
8. Influenza and Pneumonia

Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

Epidemiologi Sirosis Hepatis

Pada Tahun 2010 Sirosis

Hepatis  Penyebab
Kematian terbesar urutan
ke-23 di dunia

Terutama pada pasien

umur 45 – 54 tahun.
The National Center for Health Statistics and Centers for Disease Control (2015)
Etiologi Primer Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis

Hepatitis B Kronik
16,4%
37,30% Alcoholic Liver Disease

22,30% Hepatitis C Kronik

Non-Alcoholic Fatty Liver

Disease
24,10%

Journal of Clinical and Experimental Hepatology (2015)

Prevalensi Sirosis Hepatis di US

The National Center for Health Statistics and Centers for Disease Control (2015)
 Prevalensi Sirosis
hepatis di US
berdasarkan
kelompok usia dengan
HCV dan non HCV

The National Center for Health Statistics and Centers for Disease Control (2015)
 Epidemiologi Sirosis Hepatis di
Indonesia
– Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia:
– Rata-rata prevalensi sirosis hati sebesar 3,5% seluruh pasien yang dirawat di
bangsal Penyakit Dalam
– Atau rata-rata 47,7% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat

Indonesian Association for The Study of The Liver (2013)

Epidemiologi Sirosis Hepatis di Indonesia
berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
per 100.000 populasi

Laki-laki
• 52,7%

Perempuan
• 16,6%

World Health Organization (WHO)

MANIFESTASI
KLINIS
 Manifestasi Klinis

– Stadium awal  umumnya tanpa gejala, kadang ditemukan pada saat pasien
melakukan pemeriksaan rutin

– Stadium lanjut  gejala lebih menonjol, terutama bila disertai komplikasi

kegagalan hati & hipertensi portal

Setiawan, Poernomo D. Sirosis Hati: In Iskandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga.
2007. page 129-136.
Setiawan, Poernomo D. Sirosis Hati: In Iskandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga.
2007. page 129-136.
ETIOLOGI
 Virus Hepatitis Alkohol Hemakromatosis

Penyakit Wilson

Longo DL, Fauci AS. Harrison : Gastroenterologi & Hepatologi. 2014: EGC Jakarta.
TATALAKSANA
Tujuan terapi

– Mengurangi progresifitas dari penyakit.

– Menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakan hati.
– Pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tatalaksana

Non
Medikamentosa
Medikamentosa
Terapi Non-medikamentosa
Diet cair tanpa protein, rendah garam, dan pembatasan jumlah
cairan kurang lebih 1 liter/hari.

Jumlah kalori harian dapat diberikan 2000-3000 kkal/hari.

Aktivitas fisik untuk mencegah inaktivitas.

Berhenti konsumsi alkohol dan merokok.

Pembatasan obat-obatan hepatotoksik dan nefrotoksik.

Terapi Medikamentosa

Nutrisi parenteral: infus kombinasi NaCl 0,9 %

dan dextrose 10%

Perdarahan sal.cerna: terapi kumbah lambung

dengan air dingin tiap 4 jam  sterilisasi usus
(paramomycin, cefotaxime, laktulosa)

Terapi hemostatik: as.traneksamat

Terapi Medikamentosa

Pemberian obat-obat pelindung mukosa lambung: antasida,

omeprazole, sucralfat. Gejala mual: ondansetron

Asites: diet rendah garam, disertai terapi diuretik  pilihan

awal spironolakton (100-200 mg/hr)  jika anadekuat dapat
dikombinasi furosemid (20-40 mg/hari, dosis max: 160
mg/hari), parasentesis asites

Transfusi albumin (I kolf/hari)

Indikasi transfusi albumin

– Peritonitis bakterialis spontan

– Sindroma hepatorenal tipe 1
– Sebagai pengembang plasma sesudah parasentesis volume besar (> 5 liter)
– Meningkatkan respons terapi diuretika
TERIMA KASIH