Anda di halaman 1dari 10

DISPEPSIA

Dispepsia – Pengertian, Gejala & Pengobatan Di dalam


masyarakat penyakit dispepsia sering disamakan dengan
penyakit maag, dikarenakan terdapat kesamaan gejala antara
keduanya. Hal ini sebenarnya kurang tepat, karena kata maag
berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung, sedangkan
kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua
kata yaitu “dys” yang berarti buruk dan “peptei “ yang berarti
pencernaan, jadi dispepsia berarti pencernaan yang buruk.
Pengertian dan Gejala Dispepsia
Dispepsia adalah sekumpulan gejala berupa nyeri,
perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang
menetap atau berulang disertai dengan gejala lainnya
seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang,
kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual,
muntah, dan dada terasa panas yang telah
berlangsung sejak 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul dalam 6 bulan sebelumnya
Gejala – gejala tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit, tentunya termasuk juga di
dalamnya penyakit maag, namun penyebabnya tidak
harus selalu oleh penyakit maag, oleh karena itu
dalam medis untuk menggambarkan sekumpulan
gejala tersebut digunakanlah istilah sindrom
dispepsia.
Berdasarkan ada tidaknya penyebab dispepsia dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Dispepsia tipe organik apabila dispepsia diketahui penyebabnya dengan
jelas yaitu ditemukannya kelainan organ misalnya maag kronis, tukak
lambung, kanker lambung, batu empedu, liver, dan penyebab lainnya.
2. Dispepsia tipe fungsional apabila dispepsia tidak diketahui penyebabnya,
dan tidak didapati kelainan pada pemeriksaan saluran pencernaan
sederhana, atau tidak ditemukannya kelainan organ. Ada kemungkinan
bahwa dispepsia jenis ini berhubungan dengan gangguan pada motilitas
(pergerakan) saluran pencernaan bagian atas mulai dari kerongkongan,
lambung hingga usus halus bagian atas.
Berdasakarkan gejala dominan yang muncul dispepsia dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :
1. Dispepsia tipe ulkus apabila keluhan yang dominan adalah nyeri ulu hati.
Dispepsia tipe dismotilitas apabila keluhan yang dominan adalah perut
kembung, mual dan cepat kenyang.
2. Dispepsia tipe nonspesifik apabila keluhan tidak jelas untuk
dikelompokkan pada salah satu jenis di atas.
3. Dispepsia tipe nonspesifik apabila keluhan tidak jelas untuk
dikelompokkan pada salah satu jenis di atas.
Patofisiologi Dispepsia
Adanya perubahan pada gaya hidup dan perubahan
pada pola makan masih menjadi salah satu
penyebab tersering terjadinya gangguan
pencernaan, termasuk dispepsia, namun bagaimana
dispepsia ini bisa terjadi hingga saat ini masih
belum sepenuhnya dimengerti dan penelitian-
penelitian yang ada masih terus dilakukan terhadap
faktor – faktor yang dicurigai berperan dalam
menyebabkan dispepsia adalah sebagai berikut:
 Gangguan pergerakan saluran pencernaan seperti gangguan pengosongan
dan pengembangan lambung dapat menyebabkan terjadinya gangguan
penyaluran makanan ke usus halus. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya
keluhan rasa penuh saat makan, cepat kenyang, mual dan muntah.
 Saluran pencernaan yang terlalu sensitif terutama lambung dan usus halus
terhadap rangsangan pengembangan lambung, asam lambung, asam
empedu, dan lemak dapat mengakibatkan timbulnya keluhan nyeri setelah
makan, bersendawa, dan mual.
 Pengeluran asam lambung yang berlebihan dan gangguan pembersihan
asam lambung menuju duodenum dapat menyebabkan terjadinya iritasi
pada lambung yang menimbulkan keluhan nyeri pada ulu hati Stres,
gangguan cemas dan depresi telah dilaporkan berhubungan dengan
penurunan kontraksi lambung dan peningkatan pengeluaran asam lambung
oleh karena itu semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi risiko untuk
mengalami dispepsia
 Infeksi lambung Helicobacter pylori mungkin mempengaruhi terjadinya
kelainan-kelainan pada lambung dan tingkat keparahan gejala dispepsia
namun masih belum dapat disimpulkan dengan pasti hubungan yang kuat
diantaranya
 Pengobatan Dispepsia Pengobatan akan
tergantung pada penyebab dispepsia, penggunaan
obat adalah pengobatan yang paling umum
diterapkan. Jika ternyata ada ulkus lambung, maka
itu bisa disembuhkan dengan meminum obat maag
penurun asam lambung seperti antasida, ranitidin,
lansoprazole dan omeprazole. Jika disertai dengan
infeksi lambung, maka diperlukan juga antibiotik
untuk membunuh bakteri penyebab.
 Apakah obat-obatan untuk dispepsia memiliki efek
samping?

Obat-obatan untuk dispepsia paling sering hanya


memiliki efek samping ringan yang akan hilang
sendiri
Ubah Pola Hidup

1. Makan sedikit-sedikit tapi sering, bukan dua atau tiga kali dalam porsi
besar.
2. Setelah makan, tunggu 2-3 jam sebelum berbaring. Jangan makan terlalu
larut malam.
3. Hindari coklat, mint, dan alkohol karena dapat memperburuk dispepsia.
4. Makanan pedas, makanan yang memiliki banyak asam (seperti tomat
dan jeruk), dan kopi dapat membuat dispepsia lebih buruk pada
beberapa orang. Maka sebisa mungkin handarilah
5. Jangan merokok atau mengunyah tembakau.
6. Jangan mengenakan pakaian ketat di sekitar perut. Hindari stress, baca
juga: stress penyebab dispepsia.
7. Tidak mengonsumsi banyak obat anti-inflamasi seperti ibuprofen, aspirin,
naproxen dan ketoprofen. Parsetamol adalah pilihan yang lebih baik,
karena tidak begitu menganggu lambung.

Anda mungkin juga menyukai