Anda di halaman 1dari 78

Rekayasa Lingkungan

Bagian kedua:
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan
Sistematika Kuliah Rekayasa Lingkungan

• Bagian pertama: Amdal pertambangan


– Sejarah dan Perkembangan Amdal di Indonesia
– Peraturan perundang-undangan tentang Amdal
– Metodologi dan proses penyusunan Amdal Pertambangan
• Bagian kedua: Pengelolaan Lingkungan
Pertambangan
– Pengelolaan Lingkungan pada kegiatan pertambangan
– Penilaian kinerja pengelolaan lingkungan pada kegiatan
pertambangan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 2


PENCARIAN (FINDING) PEMBUKTIAN (PROVING)
-geologi regional -pemboran rapat
-geokimia ENDAPAN MINERAL -pembuatan shaft dan/atau
-geofisika terowongan
-pemboran - geologi -evaluasi
-sampling - mineralogi
- metode penambangan
OPENING & DEVELOPING - pengolahan mineral
- ekonomis PERENCANAAN
-pembuatan shaft dan -seleksi metode
terowongan - kontrol lingkungan penambangan
-stripping & keperluan fasilitas
-konstruksi underground & -perancangan & rekayasa
surface

geologi sampling

surveying perawatan
kestabilan penggalian PENAMBANGAN kesehatan & keselamatan
perancangan & -pemberaian ventilasi
perekayasaan -pemuatan kontrol air
pengadaan -pengankutan kontrol lingkungan
power -kontrol biaya
bijih untuk diproses lebih lanjut

PROCESSING reduksi ukuran


klasifikasi konversi dari bahan konsentrasi
benefisiasi mentah mineral menjadi perancangan mill & pabrik
peleburan dan pemurnian produk untuk konsumen kontrol lingkungan

produk untuk konsumen

menetapkan kadar MARKETING ilmu material & teknologi


spesifikasi & standar produk untuk pabrik atau sifat dan penggunaan
transportasi penggunaan lainnya produk mineral
ke konsumen saluran penjualan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 3


Penyelidikan Umum

Eksplorasi

Studi Kelayakan:
Teknis – ekonomis
Lingkungan (Amdal)

Arsip Menguntungkan

Persiapan
Penambangan (konstruksi)

Penambangan

Pengolahan &
Pemurnian

Pengangkutan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 4


Dampak potensial pada tiap tahapan
Penyelidikan Umum Kegiatan fisik sangat terbatas
sehingga dampak yang dominan
Eksplorasi adalah dampak sosial (ekspektasi
masyarakat)
Studi Kelayakan:
Teknis – ekonomis
Lingkungan (Amdal) Terutama dari kegiatan
pengeboran
Dampak biogeofisik:
Arsip Menguntungkan • Tumbuhan
• Cuttings – pencemaran tanah
dan air
Persiapan Dampak sosial-ekonomi:
Penambangan • Sikap/persepsi
• ekspektasi
Penambangan

Pengolahan &
Pemurnian

Pengangkutan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 5


Dampak potensial pada tiap tahapan
Penyelidikan Umum Kegiatan pembangunan sarana &
prasarana:
Eksplorasi • Pelabuhan, jalan, workshops,
kantor, gudang, perumahan dan
sarana lain
Studi Kelayakan:
Teknis – ekonomis • Dampak: kebisingan, pencemaran
Lingkungan (Amdal) udara, lahan, pencemaran air ,
dampak terhadap biota

Arsip Menguntungkan Kegiatan pre stripping (pembukaan


lahan, pengupasan dan penimbunan
tanah penutup dan tanah pucuk) –
Persiapan dampak: debu & kebisingan, lahan,
Penambangan kualitas air
Penambangan
Dampak sosial dan ekonomi –
penduduk setempat kalah bersaing
Pengolahan &
dengan pendatang.
Pemurnian

Pengangkutan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 6


Pembersihan Lahan: Pemberaian, penggalian, pemuatan, pengangkutan &
• hilangnya flora & fauna penimbunan:
• peningkatan erosi debu, getaran, erosi lahan terbuka, bentang alam,
perubahan aliran limpasan, air asam tambang,
kualitas air, kualitas tanah

Reklamasi lahan bekas tambang: Penimbunan bijih/batubara, pengolahan,


kembalinya flora & fauna, perbaikan kondisi pemuatan untuk pengapalan:
lingkungan debu, kualitas air, kualitas tanah

7 Rudy Sayoga Gautama


1/10/2018
- Teknik Pertambangan ITB
Kegiatan vs dampak lingkungan penting

• Penambangan:
– Debu (dari kegiatan peledakan, penggalian, pengangkutan,
penimbunan baik untuk overburden maupun bijih atau
batubara)
– Getaran (peledakan, gerakan truck/alat berat)
– Kebisingan (penggunaan alat berat, peralatan statis)
– Kualitas air akibat erosi dan pelindian/leaching (air asam
tambang), air limpasan
– Kuantitas air (air permukaan maupun air tanah)

8 Rudy Sayoga Gautama


1/10/2018
- Teknik Pertambangan ITB
• Pengolahan bijih atau pencucian batubara:
– Debu (kegiatan crushing, stockpiling)
– Getaran (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
– Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
– Kualitas air limbah dari proses pengolahan
• Penanganan konsentrat:
– Debu (drying, stockpiling)
– Getaran (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
– Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
– Kualitas air limbah dari proses dewatering dan pengeringan
• Penanganan tailing:
– Di laut - kualitas air laut
– Di darat - timbunan tailing
• Penanganan & timbunan batubara tercuci
– Debu (penumpahan dari belt conveyor)
– Getaran dan kebisingan (operasi peralatan di timbunan)
– Kualitas air (air lindian bersifat asam)

9 Rudy Sayoga Gautama


1/10/2018
- Teknik Pertambangan ITB
Dampak lingkungan pada kegiatan penunjang
• Transportasi & penimbunan BBM
– Ceceran BBM, terutama jika terjadi kebocoran – berakibat pada
kualitas air
• Workshops
– Ceceran oli dan BBM – berakibat pada kualitas air
– Kebisingan
• PLTU dan PLTD
– Kualitas udara
– Kebisingan & getaran
– Limbah B3 (fly and bottom ash, used oil)
• Transportasi orang & barang
– Getaran dan debu
• Pemukiman
– Domestic waste – berakibat pada kualitas air
• Sarana kesehatan
– Limbah rumah sakit

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 10


Baku Mutu Air Limbah dari Kegiatan
Pertambangan
• Kepmen LH No. 113/2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
dari kegiatan pertambangan Batubara
• Kepmen LH No. 202/2004 tentang Baku Mutu Air Limbah
bagi Usaha dan atau kegiatan pertambangan emas dan
atau tembaga
• Permen LH No. 04 tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan
timah
• Permen LH No. 09 tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
nikel
• Permen LH No. 21 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
besi

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 11


1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 12
1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 13
1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 14
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN
PENAMBANGAN BIJIH TIMAH

Kadar
Parameter Satuan
maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 200
Cu mg/l 2
Zn mg/l 5
Pb mg/l 0.1
As mg/l 0.2
S 2+ mg/l 0.05
Fe mg/l 5
Mn mg/l 2
Sn mg/l 2
Cr total mg/l 0.5

Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada


di bawah atau di atas baku mutu air, maka dengan rekomendasi
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan
kadar maksimum untuk parameter pH sesuai dengan kondisi
1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 15
alamiah lingkungan
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN
PENGOLAHAN BIJIH TIMAH

Kadar
Parameter Satuan
maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 200
Cu mg/l 2
Zn mg/l 5
Pb mg/l 0.1
As mg/l 0.2
S 2+ mg/l 0.05
Fe mg/l 5
Mn mg/l 2
Sn mg/l 2
Cr total mg/l 0.5

Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada


di bawah atau di atas baku mutu air, maka dengan rekomendasi
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan
kadar maksimum untuk parameter pH sesuai dengan kondisi
1/10/2018 alamiah lingkungan
Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 16
BAKU MUTU LIMBAH BAGI USAHA DAN KEGIATAN
PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

Kadar Maksimum
Parameter Satuan
Penambangan Pengolahan

pH 6-9 6-9
TSS mg/l 200 100
Cu mg/l 2 2
Cd mg/l 0,05 0,05
Zn mg/l 5 5
Pb mg/l 0,1 0,1
Ni mg/l 0,5 0,5
Cr 6+ mg/l 0,1 0,1
Cr total mg/l 0,5 0,5
Fe mg/l 5 5
Co mg/l 0,4 0,4

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 17


Baku mutu air limbah kegiatan pertambangan bijih besi

No Parameter Satuan Kadar Maksimum


Penambangan Pengolahan bijih besi Pengolahan pasir besi
1 pH - 6–9 6–9 6–9
2 TSS mg/L 200 50 50
3 Fe mg/L 5 5 5
4 Mn mg/L 1 1 1
5 Zn mg/L 5 5 5
6 Cu mg/L 1 1 1
7 Pb mg/L 0,1 0,1 0,1
8 Ni mg/L 0,5 0,5 0,5
9 Cr (VI) mg/L 0,1 0,1 0,1

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 18


Stream standard
• PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
• Klasifikasi:
1. Kelas 1 – air baku air minum
2. Kelas 2 – prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman
3. Kelas 3 – pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
mengairi pertanaman
4. Kelas 4 – idem

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 19


Beberapa parameter kualitas air untuk
berbagai klasifikasi

Parameter Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

Residu terlarut mg/l 1000 1000 1000 1000


Residu tersuspensi mg/l 50 50 400 400
pH 6-9 6-9 6-9 6-9
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0

Arsen mg/l 0.05 1 1 1


Kadmium mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01
Air raksa/merkuri mg/l 0.001 0.002 0.002 0.005
Krom (VI) mg/l 0.05 0.05 0.05 1
Tembaga mg/l 0.02 0.02 0.02 0.2
Timbal mg/l 0.03 0.03 0.03 1

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 20


Kegiatan penambangan
Dampak
terhadap
lingkungan
 terutama
terhadap
LAHAN dan
AIR (air
permukaan
maupun air
tanah)

AIR ASAM
TAMBANG

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 21


Mengapa Air Asam Tambang?
• Air asam tambang – AAT (acid mine drainage - AMD atau air asam
batuan – acid rock drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam
(tingkat keasaman yang tinggi dan ditandai dengan nilai pH yang
rendah di bawah 5) sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida yang
terpapar atau terdedah (exposed) di udara dengan kehadiran air
• Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah penggalian
dan penimbunan, dapat memicu proses pembentukan AAT karena
mengakibatkan mineral sulfida yang terkandung dalam batuan
terpapar ke udara, air dan mikroorganisme
• Dampak yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota
perairan, baik secara langsung karena tingkat keasaman yang tinggi
maupun karena peningkatan kandungan logam di dalam air (air
yang bersifat asam mudah melarutkan logam-logam)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 22


Mengapa Air Asam Tambang?
• AAT menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan
pertambangan yang harus dikelola tidak saja karena
dampaknya terhadap lingkungan perairan permukaan atau air
tanah, tetapi juga karena:
– Sekali telah terbentuk akan sulit untuk menghentikannya (kecuali
salah satu komponennya habis)
– Bisa berdampak sangat lama, melampaui umur tambang; pengalaman
menunjukkan bisa berlangsung sampai ratusan tahun
• Eropa dan Amerika Serikat menghadapi masalah dengan AAT
yang terbangkitkan dari bekas-bekas tambang atau tambang
yang sudah ditutup puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang
lalu, karena pengelolaannya menjadi tanggung jawab
pemerintah dan biaya yang dikeluarkan mencapai milyaran
dollar Amerika

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 23


Mengapa pengelolaan AAT?
• Memang tidak semua tambang dapat menghasilkan AAT –
misalnya pada tambang bijih yang batuannya didominasi oleh
batuan oksida (bauksit, nikel) – AAT terutama dapat terjadi di
tambang batubara dan bijih yang mengandung mineral sulfida
• Risiko yang dihadapi oleh pertambangan terhadap AAT tidak
saja pada masa operasi tetapi yang lebih penting adalah pada
masa pascatambang
• Bila (masih) terjadi kasus AAT pada pascatambang, bisa
membuat pelaku usaha pertambangan bertanggungjawab
selamanya atau harus mengeluarkan biaya yang sangat besar
untuk melakukan penggalian & penimbunan kembali batuan
penutup (re-mining)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 24


Pembentukan AAT
Genangan di pit

(Sumber: GARD Guide, 2009)

Sungai yang tercemar AAT Pit lake yang terisi AAT

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 25


Pembentukan AAT
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena tersedianya:
– Mineral sulfida – sumber sulfur/asam
– Oksigen (dalam udara) - pengoksidasi
– Air – pencuci hasil oksidasi
– Kehadiran bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans
• Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di
dalam batuan – yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang
terdapat dalam bentuk mineral sulfida:
– FeS2 - pirit MoS2 - molybdenite
– FeS2 - marcasite CuFeS2 – chalcopirit
– FexSx - pyrrhotite PbS - galena
– Cu2S - chalcocite ZnS - sphalerite
– CuS - covellite FeAsS - arsenopirit

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 26


2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O  2 Fe2+ + 4 SO42- + 4 H+

Pyrite + Oxygen + Water  Ferrous Iron + Sulfate + Acidity


4 Fe2+ + O2 + 4 H+  4 Fe3+ + 2 H2O
Mineral Sulfida
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity  Ferric
(terutama
Iron +pirit,
WaterFeS2)

FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O  15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+


Acidithiobacillus
Pyrite + Ferric Iron + Water  Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
ferrooxidans

Fe2+ + ¼ O2 + 5/2 H2  4 Fe(OH)3  + 2 H+


Air

FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O  Fe(OH)3  + 2SO4= + 4H+


Oksigen

Pyrite + Oxygen + Water  "Yellowboy" + Sulfuric Acid

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 27


Prinsip pengelolaan AAT
• Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada
mengolahnya (prevention is always better than treatment)
karena:
– Lebih andal untuk jangka panjang
– Meminimalkan risiko
• Langkah pertama dari pencegahan – identifikasi batuan yang
berpotensi membentuk asam dan yang tidak berpotensi
membentuk asam – “karakterisasi geokimia batuan”
• Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis batuan berdasarkan
karakteristiknya dalam pembentukan AAT – dapat disusun
perencanaan pencegahan yang baik
• Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi, perencanaan &
perancangan, konstruksi, penambangan, dan pascatambang

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 28


Konsep karakterisasi batuan
Batuan dapat terdiri atas:
• Mineral sulfida
• Mineral penetral asam
Karakterisasi batuan bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah:
• Potensi pembentukan asam lebih
besar dari pada potensi penetralan
asam  batuan berpotensi
membentuk asam (potentially acid
forming = PAF)
• Potensi penetralan asam lebih besar
dari potensi pembentukan asam 
batuan tidak berpotensi membentuk
asam (non-acid forming = NAF)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 29


Uji potensi pembentukan asam
• Ada dua jenis uji untuk menentukan potensi pembentukan
asam, yaitu:
– Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara independen
komponen yang dapat membangkitkan dan menetralkan asam →
dikenal sebagai ABA (Acid-Base Accounting)
– Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang
digunakan untuk menggambarkan kemungkinan asam yang
dibangkitkan atau pelepasan asam yang terkandung dalam sampel →
NAG test dan paste pH
• Uji-uji di atas relatif tidak mahal sehingga dapat dilakukan
untuk jumlah sampel yang banyak – hasilnya seringkali dipakai
untuk kriteria penapisan dalam klasifikasi batuan
• ABA awalnya dikembangkan untuk batubara tetapi
selanjutnya juga digunakan pada tambang bijih

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 30


Uji potensi pembentukan asam
• Uji yang umum dilakukan untuk mengkarakterisasi batuan
adalah:
– Penentuan total sulfur
– Kapasitas penetralan asam atau acid neutralizing capacity
(ANC)
– Pembentukan asam neto atau net acid generating (NAG)
– pH pasta atau paste pH
• Uji-uji tersebut seringkali dikelompokkan sebagai uji statik
(static test) karena tidak dapat menentukan laju reaksi
pembentukan AAT

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 31


Neraca asam-basa (acid-base accounting, ABA)

• Untuk mengklasifikasi batuan menjadi:


– Batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF)
– Batuan bukan pembentuk asam (NAF)
• Cara perhitungan:
– Hitung potensi keasaman maksimum (maximum potential of acidity
MPA) = total sulfur x 30,62 dalam satuan [kg H2SO4/ton batuan]
– Hitung potensi pembentukan asam neto (net acid producing potential
NAPP) = MPA – ANC dalam satuan [kg H2SO4/ton batuan]
– Hitung nisbah potensi neto (net potential ratio NPR) = ANC/MPA
• Kriteria batuan PAF
– NAPP > 0
– NPR < 1
– pH NAG < 4,5 (diperoleh dari NAG test)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 32


Uji kinetik (kinetic test)
• Uji kinetik (kinetic test) dilakukan untuk
– memvalidasi hasil uji statik,
– Memperkirakan laju pelapukan (reaksi pembentukan AAT) jangka
panjang
– Memperkirakan potensi batuan untuk menghasilkan penyaliran yang
dapat berdampak terhadap lingkungan
• Uji kinetik adalah simulasi proses oksidasi (pelapukan) yang
prosedurnya disesuaikan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama
(reasonable)
• ada dua jenis uji kinetik yang dikenal secara umum:
– Humidity cell test (HCT) – suatu uji standar pada kondisi beroksigen
dengan pencucian (flushing) secara periodik
– Column leach test

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 33


Uji kinetik

humidity cell

column leach

Field column leach test

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 34


Pendekatan dalam pengelolaan AAT

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 35


Pengelolaan AAT
Harus dilakukan karakterisasi geokimia batuan overburden yang dilanjutkan
dengan pembangunan model geokimia overburden  gambaran tentang
sebaran batuan PAF dan NAF baik secara lateral maupun vertikal, disertai
dengan jumlahnya

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 36


Pengelolaan AAT
• Karena sekali AAT sudah terbangkitkan akan sangat sulit untuk
menghentikannya, maka prinsip utama pengelolaan AAT →
sedapat mungkin mencegah terbentuknya AAT = upaya
preventif
• Tetapi pada kenyataannya pada kegiatan penambangan
terbuka hal tersebut tidak dapat mencegah secara total
terjadinya AAT → AAT yang terbentuk di dalam pit (baik di
dinding atau pit wall maupun di dasar atau pit floor) tidak
akan mungkin dicegah – sehingga perlu ditangani (mitigasi)
• Upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah terbentuknya
AAT di daerah penimbunan batuan penutup – rencana
pengelolaan overburden (overburden management plan)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 37


Penanganan overburden
• Melalui upaya segregasi dapat dipisahkan antara material PAF dan
NAF
• Metode yang umum diterapkan dalam penimbunan overburden
adalah encapsulation dan layering → menempatkan material PAF
dan NAF sedemikian untuk menghindari terjadinya pembentukan
AAT (mencegah oksidasi mineral sulfida dan/atau aliran air)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 38


Contoh metode encapsulation

Sumber: PT Kaltim Prima Coal

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 39


Mengapa perlu pengolahan AAT
• Pengolahan AAT diperlukan agar effluent memenuhi baku
mutu lingkungan sebelum dilepaskan ke badan perairan alami
• Walaupun metode pencegahan telah dilakukan dengan baik,
tetap saja ada AAT yang terbangkitkan dan perlu diolah,
misalnya:
– Dari mine pit
– Pengotor hasil dari pencucian batubara atau tailing
– Stockpile batubara atau bijih
• Pengolahan AAT dapat digolongkan menjadi:
– Pengolahan aktif (active treatment)
– Pengolahan pasif (passive treatment)
– Pengolahan ditempat (in situ treatment)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 40


Pengolahan aktif - berbagai jenis material
alkali
Material/senyawa alkali Kebutuhan Alkali Efisiensi Netralisasi Biaya relatif
(ton/ton of (% yang terpakai) ($ / ton)
keasaman)
Batu kapur, CaCO3 1.00 30 - 50 10 – 15
Hydrated lime, Ca(OH)2 0.74 90 60 – 100

Kapur tohor, CaO 0.56 90 80 – 240


Soda abu, Na2CO3 1.06 60 - 80 200 – 350
Caustic soda, NaOH 0.80 100 650 – 900
Magna lime, MgO 0.4 90 Project specific
Fly ash Material specific - Project specific

Kiln dust Material specific - Project specific

Slag Material specific - Project specific

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 41


Contoh instalasi penambah kapur

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 42


Pengolahan pasif (passive treatment)
• Merupakan proses pengolahan secara alami yang tidak
memerlukan intervensi, operasi atau perawatansecara reguler
oleh manusia – namun sistem pengolahannya umumnya
buatan manusia
• Suatu sistem pengolahan AAT yang memanfaatkan sumber
energi yang tersedia secara alami (seperti gradien topografi,
energi metabolisme mikroba, fotosintesis dan energi kimia);
namun membutuhkan perawatan secara reguler (walaupun
jarang) untuk dapat beroperasi sepanjang umur
rancangannya (Pulles et al, 2004, dalam GARD Guide, 2009)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 43


Sistem pengolahan pasif (passive treatment)

Aplikasi pada penyaliran


Teknologi pengolahan pasif
tambang

Lahan basah aerobik (aerobic


Net alkaline drainage
wetlands)
Anoxic limestone drains Net acidic, low Al3+, low Fe3+, low
(ALD) dissolved oxygen drainage
Lahan basah anaerobik Net acidic water with high metal
(Anaerobic wetlands) content
Reducing and alkalinity Net acidic water with high metal
producing systems (RAPS) content
Net acidic water with high metal
Open limestone drains (OLD)
content, low to moderate SO4.

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 44


Lahan basah buatan (constructed wetlands)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 45


PERCOBAAN SAPS

OPEN LIMESTONE
CHANNEL

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 46


Definisi (UU No. 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral & Batubara)
Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan
usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya.

Pasca/Penutupan tambang
Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya disebut pascatambang,
adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut
kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 47


Kewajiban untuk melakukan reklamasi & pascatambang:

• Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana


reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan
permohonan IUP atau IUPK Operasi Produksi
• Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan
sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang
• Peruntukan lahan pascatambang dicantumkan dalam perjanjian
penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan
pemegang hak atas tanah
• Pemegang IUP & IUPK wajib menyediakan dana jaminan
reklamasi dan dana jaminan pascatambang

Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78 tahun


2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (20 Des 2010)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 48


Menurut Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010
tentang reklamasi dan pascatambang:

• Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib


melaksanakan reklamasi terhadap lahan terganggu kegiatan
eksplorasi
• Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang terhadap
lahan terganggu pada kegiatan pertambangan, baik dengan
sistem dan metode penambangan terbuka maupun bawah tanah

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 49


Prinsip-prinsip lingkungan hidup pertambangan meliputi:
a. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut,
dan tanah serta udara berdasarkan standar baku mutuatau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati;
c. penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan
penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur buatan
(man-made structure) lainnya;
d. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
e. memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan
f. perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 50


Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
a. perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja; dan
b. perlindungan setiap pekerja dari penyakit akibat kerja.

Prinsip-prinsip konservasi mineral dan batubara meliputi:


a. penambangan yang optimum ;
b. penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan pemurnian
yang efektif dan efisien;
c. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral
kadar rendah , dan mineral ikutan serta batubara kualitas rendah;
d. pendataan sumberdaya cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang (yang tidak mineable) serta sisa pengolahan atau
pemurnian.

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 51


• Penutupan tambang bukan hal baru, selama ini ribuan
tambang di dunia telah ditutup
• Namun dengan semakin berkembangnya pemikiran tentang
pembangunan berkelanjutan, tuntutan semakin tinggi
sehingga isu penutupan tambang menjadi isu penting dari
kegiatan pertambangan
• Tuntutan agar kondisi sosial ekonomi daerah tidak akan
“turun” setelah tambang ditutup (isu sustainability) – bahkan
jika mungkin akan meningkat
• Bahkan menurut Strongman (2000): “closing mines
successfully has been more problematic than opening mines
successfully”.

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 52


• Dalam praktek penambangan modern kegiatan reklamasi
tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian yang
terintegrasi pada tahapan kegiatan pertambangan
• Hartman & Mutmansky (2002) menyatakan bahwa waktu
terbaik untuk memulai proses reklamasi/penutupan tambang
adalah sebelum penggalian pertama kali dilakukan (the best
time to begin the reclamation processof a mine is before the
first excavations are initiated)
• pemikiran tentang gambaran pasca tambang harus sudah
menjadi bagian yang terintegrasi sejak tahap eksplorasi

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 53


Sumber: ICMM,
2008

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 54


Tahapan Reklamasi

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 55


footprint

Pre-Operation Mining Operation Post-Mining

Reclamation Prov ision Mine Closure Prov ision


1600
Cummulative Area Disturbed Cumm. Progressive Reclamation Cumm. Residual Reclamation
1400

1200
A rea to be reclaimed
during clo sure
1000
Area (ha)

800

600

400

200

0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Year

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 56


Kegiatan Penutupan Tambang
1997 1999

2004 2005
Kegiatan Penutupan Tambang
Kegiatan Penutupan Tambang
Rencana Tahura

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 60


Rencana Tahura

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 61


Rencana Tahura

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 62


Rencana Tahura
Pemanfaatan Areal Bekas Tambang

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 64


Pemanfaatan Areal Bekas Tambang

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 65


Pemanfaatan Areal Bekas Tambang

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 66


KRITERIA PENILAIAN PROPER

 Disusun berdasarkan Peraturan


perundang-undangan yang
berlaku
 Kriteria Penilaian Proper
merupakan bentuk evaluasi
terhadap upaya penaatan
peraturan LH oleh setiap pelaku
usaha/kegiatan
 Kriteria Penilaian Proper dibuat
secara terintegrasi dan bersifat
multi media:
 Udara
 Air
 Pengelolaan limbah B3
 Lahan (khusus tambang)

Rudy Sayoga Gautama - Teknik


67 1/10/2018
Pertambangan ITB
PRINSIP DASAR PENILAIAN PROPER
X BOBOT =

Penerapan Pelaksanaan N EMAS


S Pemanfaatan
Sistem Pengembangan I
K Sumber Daya Masyarakat Passing Grade
O Manajemen L
Lingkungan (Community
R A HIJAU
Development)
E I
Passing Grade
Best Practices ; Best Available Technology;
Best Corporate Social Responsibility
BEYOND COMPLIANCE AREA

POTENSI KERUSAKAN LINGKUNGAN TAAT BIRU


PENGENDALIAN PENCEMARAN LAUT
PENGELOLAAN LIMBAH B3 MERAH
BELUM TAAT
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENERAPAN AMDAL TIDAK ADA UPAYA HITAM

PENTAATAN TERHADAP PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP


1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 69
1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 70
1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 71
HASIL DARI TAHUN KE TAHUN
UNTUK PERUSAHAAN TAMBANG

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 72


Emas
• Selama ini belum pernah ada perusahaan
tambang yang mendapat “emas”
• Tetapi tahun ini (2012) ada, yaitu PT ADARO
INDONESIA (tambang batubara di Kalimantan
Selatan)

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 73


Peringkat HIJAU
12

11
10

7 7
6
6

3
2
2

1
0
2002-2003 0
2003-2004 2004-2005 2006-2007 2008-2009 2010 2011 2012

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 74


Peringkat BIRU
50

45 47

40

35 36
33
30

25
25

20
19
15

10

0
2006-2007 2008-2009 2010 2011 2012

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 75


Peringkat MERAH
20

18 19

16

14

12

10 11 11

8
8

6 7

0
2006-2007 2008-2009 2010 2011 2012

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 76


Peringkat HITAM
• Sejak tahun 2006/2007 setiap tahun ada 1 (satu)
perusahaan tambang mendapat peringkat HITAM
• Namun tahun 2012 ada 4 (empat) perusahaan
tambang yang mendapat peringkat HITAM

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 77


Jadilah pelaku pertambangan yang
bertanggungjawab!!!

1/10/2018 Rudy Sayoga Gautama - Teknik Pertambangan ITB 78

Anda mungkin juga menyukai