Anda di halaman 1dari 20

ZAT ADITIF

BERBAHAYA
DEFINISI:
Zat yang ditambahkan, dan dicampur pada waktu pengolahan makanan baik
itu disengaja ataupun tidak disengaja
MENGAPA BTP SERING DITAMBAHKAN
KE DALAM PANGAN?
1. Mengawetkan pangan
2. Membentuk pangan
3. Memberikan warna
4. Meningkatkan kualitas pangan
5. Menghemat biaya
6. Memperbaiki tekstur
7. Meningkatkan cita rasa
8. Meningkatkan stabilitas
Penyimpangan/ pelangaran penggunaan BTM oleh produsen :
 Menggunakan bahan tambahan yg dilarang utk makanan
 Menggunakan BTM melebihi batas yg diijinkan

Persyaratan BTM
 Telah diuji dan dievaluasi secara toksikologi
 Tdk membahayakan kesehatan konsumen pd kadar yg
diperlukan dlm penggunaannya
 Hrs dipantau terus menerus dan dievaluasi kembali jika
perlu, sesuai perkembangan teknologi dan hasil evaluasi
toksikologi
 Hrs memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yg
tlh ditetapkan
 Hrs dibatasi penggunaannya
Penggunaan BTM hanya dibenarkan utk tujuan :
 Mempertahankan nilai gizi makanan
 Konsumsi segolongan orang tertentu yg memerlukan diit
 Mempertahankan mutu/kestabilan makanan/ memperbaiki sifat
organoleptiknya hingga tdk menyimpang dari sifat alamiahnya
 Keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan,
pewadahan, pembungkusan, pemindahan, pengangkutan makanan

Tidak diperbolehkan utk :


 Menyembunyikan cara pembuatan/ pengolahan yg tidak baik
 Mengelabuhi konsumen (memberi kesan baik padahal dibuat dr
bahan yg kurang baik mutunya)
 Menurunkan nilai gizi makanan
Penggunaan BTM
• Dosisnya dibawah ambang batas yang telah ditentukan.
• Jenis BTP ada 2 :
1. GRAS (Generally Recognized as Safe)
→ aman dan tidak berefek toksin (cth : glukosa).
2. ADI (Acceptable Daily Intake)
→ harus ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake).
• SK Menteri Kesehatan RI No.722/MenKes/Per/IX/88 →
mengenai bahan tambahan pangan
Golongan BTM yang diijinkan
• Golongan BTM yang diijinkan oleh Menkes RI
No.722/MenKes/Per/IX/88, antara lain:
1. Antioksidan (Antioxidant)
2. Antikempal (Anticaking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)
5. Pemutih dan pematang telur (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer,
Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour
Enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)
Golongan BTM yang dilarang

• Bahan Tambahan yang dilarang menurut Permenkes RI No.


722/Menkes/Per/IX/88, sebagai berikut:
1. Natrium Tetraborat (Boraks)
2. Formalin (Formaldehyd)
3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominanted Vegetable Oils)
4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)
5. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
8. P-Phenetilkarbamida
9. Asam Salisilat dan garamnya
• Bahan tambahan lain yang dilarang, antara lain rhodamin B (pewarna
merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis),
dan kalsium bromat (pengeras)
APA ITU FORMALIN ???
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40
persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan,
yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam
bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam
formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan
metanol hingga 15% sebagai pengawet.
PENGGUNAAN FORMALIN
• Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai,
kapal, gudang, dan pakaian.
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
• Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan
bahan peledak.
• Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin dan kertas.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak.
• Bahan untuk insulasi busa.
• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
• Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu,
sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.
DASAR HUKUMNYA…
Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996
tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang
dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan
(Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan


Gizi Pangan
AMBANG BATAS FORMALIN
Berdasarkan standar Eropa, kandungan formalin yang masuk dalam tubuh
tidak boleh melebihi 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter). Sementara
itu, berdasarkan hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada
pemakaian secara terus-menerus (Recommended Dietary Daily
Allowances/RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 miligram per kilogram
berat badan. Misalnya berat badan seseorang 50 kilogram, maka tubuh
orang tersebut masih bias mentoleransi sebesar 50 dikali 0,2 yaitu 10
miligram formalin secara terus-menerus.
MENGAPA PERLU DIWASPADAI ???
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan
hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan
iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan
bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta
orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing
bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan
peredaran darah.
Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau
yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan
mata.
DAMPAK FORMALIN PADA KESEHATAN
MANUSIA
Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : seperti iritasi,
alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut
dan pusing

Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka
waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair,
gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat,
menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker
sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan
kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin,
efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi
akumulasi formalin dalam tubuh.
jika dikonsumsi manusia, formalin bisa menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan, mengganggu fungsi hati, ginjal, dan sistem reproduksi
Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemakaian formalin pada makanan dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang biasa timbut antara
lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah,
timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan peredaran darah.
Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-
kejang), haematuri (kencing darah), dan haimatomesis (muntah darah) yang
berakhir dengan kematian
Formalin atau larutan formaldehida (HCHO) yang biasanya untuk bahan pengawet
mayat, penggunaannya pada makanan dalam dosis tinggi akan menyebabkan
iritasi lambung, menyebabkan kanker, gagal ginjal, lever, limpa dan merusak
jaringan tubuh.
PERTOLONGAN PERTAMA BILA TERJADI
KERACUNAN AKUT
Pertolongan tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami
korban.

Sebelum ke rumah sakit : berikan arang aktif ( norit ) bila tersedia.


Jangan melakukan rangsang muntah pada korban karena akan
menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas.

Di rumah sakit : lakukan bilas lambung ( gastric lavage ), berikan arang


aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu
penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). Untuk
mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat
dilakukan tindakan endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi
formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (tindakan cuci
darah), indikasi tindakan cuci darah ini bila terjadi keadaan asidosis
metabolik berat pada korban.
BAHAYA BORAKS
BORAKS
Kegunaan boraks pada proses pengolahan makanan dibandingkan formalin pada
dasarnya hampir sama, yaitu meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, serta
memberikan rasa gurih dan kepadatan terutama pada jenis makanan yang
mengandung pati. Hasil penelitian di Palembang menunjukkan bahwa 70 %
sampel bakso menunjukkan positif boraks dengan konsentrasi variasi antara 0,2-
0,9 ppm. Boraks pada pembuatan bakso antara 0,1-0,5 % dari berat adonan
atau antara 1000- 5000 ppm.
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg BB.
PENGARUH BORAKS TERHADAP KESEHATAN

-Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar
bernapas, napas pendek, sakit kepala, kanker paru-
paru.
-Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
-Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata,
pandangan kabur, kebutaan.
-Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak
menyebabkan kurang darah, muntah darah, mati.
UJI FORMALIN
Prinsip dari uji formalin adalah mengidentifikasi formalin dalam bahan pangan yakni
mengidentifikasi adanya formalin dengan menggunakan reagen kit FMR dimana
senyawa formalin yang mengalami oksidasi pada bahan pangan membentuk
asam format dikembalikan menjadi senyawa formalin dengan menggunakan
reagen FMR sehingga terbentuk formalin kembali dan dapat membentuk
Kromofor dimana jika hasil uji positif akan menunjukan adanya perubahan warna
sampel menjadi ungu.

FMR merupakan reagen kit yang digunakan untuk menguji keberadaan formalin
dalam sampel. FMR mengandung enam senyawa kimia. Larutan kimia ini bisa
dengan cepat mendeteksi kadar formalin dalam makanan melalui perubahan
warna. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan mengocok makanan yang sudah
dipotong kecil-kecil dan dicampur FMR selama tiga menit. Bila warna larutan
berubah menjadi warna merah atau ungu maka makanan/minuman tersebut
mengandung formalin
UJI BORAKS
Prinsip uji boraks adalah untuk mengidentifikasi Boraks dalam bahan pangan untuk
mengetahui keberadaan boraks dengan penambahan reagen BMR dimana
senyawa kromofor bereaksi dengan natrium tetraboraks jika menunjukan sifat
positif dapat membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah pekat
kecoklatan. BMR (borax main reagent) merupakan reagen kit yang digunakan
untuk mendeteksi adanya boraks dalam suatu sampel. Bahan dasarnya
merupakan cairan berwarna kuning. Apabila bereaksi dengan senyawa
mengandung boraks, warna cairan akan berubah menjadi merah darah

Anda mungkin juga menyukai