Anda di halaman 1dari 30

CURRICULUM VITAE Rianita Juniati

Tempat/Tgl. Lahir : Surabaya, 15 Juni 1977

Pendidikan
 1995 : SMAN 9 Bandung
 2001 : Dokter Umum FK UNDIP
 2014 : Spesialis Penyakit Dalam FK UNPAD

Pekerjaan
Staf RSUD Raden Mattaher Jambi
PERBEDAAN POSITIVITAS BASIL TAHAN ASAM
DAN KULTUR M. TUBERCULOSIS
ANTARA SPUTUM YANG DIBATUKKAN DENGAN BILASAN
BRONKHOALVEOLAR PADA PENDERITA HIV
TERSANGKA TB PARU

Rianita Juniati
Prayudi Santoso, Yovita Hartantri, Ida Parwati
LATAR BELAKANG

HIV
mengakibatkan Infeksi
Terjadi oportunistik
kerusakan luas
infeksi terbanyak
sistem daya oportunistik
tahan tubuh TB
seluler
-Terinfeksi TB menjadi
HIV sakit TB
-Reaktivasi TB

Morbiditas dan
mortalitas meningkat
Penderita HIV terkena TB

Mempercepat progresivitas infeksi HIV


dengan meningkatkan replikasi virus
HIV dan menjadi penyebab kematian

Petrose C, Richard E. Mycobacterial Infections and HIV Infection. Dalam: Fishman A, Elias J, Fishman J, Grippi M,
Senior R, Pack A, editor. Fishman's pulmonary disease and disorders. Edisi ke-4. New York: Mc Graw Hill; 2008. hlm.
2487-97
Bezuidenhout J, Schneider J. Pathology and pathogenesis of tuberculosis. Dalam: Schaaf H, Zumla A, editor.
Tuberculosis a comprehensive clinical reference. Europa: Saunders; 2009. hlm. 117-28
TB paru pada HIV imunosupresi berat
(CD4≤200sel/µL):

• Respon inflamasi rendah, tidak terbentuk kavitas

• BTA pada sputum cenderung negatif

• Gambaran klinis dan


radiologis atipikal Diagnosis TB Paru
menjadi SULIT

www.themegallery.com Company Name


TUJUAN PENELITIAN

Menilai perbedaan positivitas BTA


antara sputum yang dibatukkan dan bilasan
bronkhoalveolar pada penderita HIV tersangka TB paru
dengan imunosupresi berat

Menilai perbedaan positivitas kultur M. tuberculosis


antara sputum yang dibatukkan dan bilasan
bronkhoalveolar pada penderita HIV tersangka TB paru
dengan imunosupresi berat
KEGUNAAN
PENELITIAN

Kegunaan Ilmiah Kegunaan Praktis

Data informasi Bronkoskopi


kegunaan dapat dilakukan
metode invasif sebagai
(bronkhoskopi) pemeriksaan
untuk tambahan untuk
meningkatkan diagnostik
diagnostik
www.themegallery.com Company Name
KERANGKA PEMIKIRAN

9
TB paru pada HIV

CD4 ≤200 sel/µL


CD4 >200 sel/µL
-Klinis atipikal
Gambaran klinis sama -Respon inflamasi yang rendah
-Sedikit atau tidak terbentuk kavitas
dengan HIV negatif

Penegakkan diagnostik : pewarnaan


ZN dan kultur dari sputum

Sputum yang dibatukkan Sputum dari bilasan bronhko


alveolar

-Jumlah tidak adekuat, -Bahan berasal dari bronkho


-BTA lebih sedikit alveolar
-Jumlah adekuat, BTA lebih
banyak

Apus BTA cenderung ? Apus BTA cenderung positif


negatif
ALUR PENELITIAN
Status HIV (+) tersangka TB paru
dengan CD4 ≤200 sel/µL

Kriteria Inklusi dan Eksklusi dan Informed Consent

Pemeriksaan sputum : pewarnaan ZN dan kultur TB


Pemeriksaan darah : gula darah puasa/sewaktu, ureum,
Kreatinin, analisa gas darah atau pulse oxymetri

Dilakukan bronkoskopi dan hasil bilasan


bronkhoalveolar diperiksakan ZN dan kultur TB
UKURAN SAMPEL
Berdasarkan rumus perbedaan dua
proporsi populasi, taraf kemaknaan
5%, Zα dan Zβ masing-masing sebesar
1,96 dan 0,84 untuk power of test
80% didapatkan jumlah sampel
penelitian minimal 20 orang
ANALISIS
STATISTIK

●Signifikasi menggunakan uji Mc


Nemar
●Kemaknaan hasil uji ditentukan
berdasarkan nilai P≤0,05
HASIL PENELITIAN
Data sekunder dari penelitian yang berjudul “Etiologi Penyebab Infeksi
Paru Pada Pasien HIV di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung + Data
primer selama periode penelitian
(n= 40)

Sampel sputum Sampel bilasan


yang dibatukkan bronkho alveolar
n=40 n=40

Pewarnaan Kultur M. Pewarnaan Kultur M.


ZN tuberculosis ZN tuberculosis
Positif positif positif positif
n=7 n=16 n = 20 n=23

Analisis Data
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian (n=40)

Karakteristik Jumlah (%) Uji Normalitas data


(Nilai P*)
Jenis kelamin 0,526
Laki-laki 23 (57)
Perempuan 17 (43)
Umur (tahun)
Rata-Rata (SD) 32,5 (5,0) 0,504
Rentang 20-40
CD4
Median 22 <0,0001
Rentang 0-190
*) Uji Shapiro-Wilk
Rata-rata umur 32,5 tahun
dengan rentang 20-40 tahun

Sesuai dengan laporan


Kemenkes RI kasus
tertinggi pada rentang
30-39 tahun
Median CD4=22
Rentang CD4=0-190

Infeksi oportunistik TB
paru meningkat pada
penderita HIV dengan
imunosupresi berat
(CD4 ≤200 sel/µL)
dengan gejala klinis
tidak khas
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan BTA dengan
pewarnaan ZN dan kultur M. tuberculosis
pada kelompok sputum yang dibatukkan dan
bilasan bronkhoalveolar
Sputum Bilasan bronkho
n(%) alveolar
n(%)
ZN + 7(17,5) 20(50)
- 33(82,5) 20(50)
Kultur + 16(40) 23(57,5)
- 24(60) 17(42,5)
Tabel 4.3 Perbedaan positivitas pemeriksaan
BTA dengan pewarnaan ZN antara
kelompok bilasan bronkhoalveolar
dan sputum

Hasil Positivitas p*
ZN (%)
+
Sputum 7 7/40(17,5%) 0,0001
Bilasan 20 20/40(50%)
bronkho
alveolar

*) Uji Chi kuadrat Mc Nemar


Positivitas Pemeriksaan BTA
dengan metode ZN
20/40(50%) BAL Sputum

7/40 (17,5%)

Pemeriksaan
BTA

Penelitian di Kumpala, Uganda : BTA positif pada BAL 24 sampel dari 39


sampel (61,5%)
Penelitian di Ethiopia : BTA positif pada BAL 7,5% dibanding sputum 1,7%
Penelitian di Rio de Janeiro, Brasil : sensitivitas pemeriksaan ZN pada BAL
lebih tinggi di banding sputum induksi (36%→40%)
Perbedaan positivitas pemeriksaan BTA
bilasan bronkhoalveolar lebih tinggi dari
dan sputum dan bermakna (p=0,0001)
• Perbedaan yang didapatkan cukup besar
• Pertimbangan melakukan bronkoskopi
pada penderita HIV positif tersangka TB
paru bila BTA sputum negatif
• Mempercepat waktu penegakkan
diagnostik presumptif TB paru dengan
berdasarkan konfirmasi mikrobiologik
Tabel 4.4 Perbedaan positivas pemeriksaan kultur M. tuberculosis antara

kelompok bilasan bronkhoalveolar dan sputum

Hasil kultur Positivitas p*


M. tuberculosis (%)
+
Sputum 16 16/40(40%) 0,039
Bilasan bronkho alveolar 23 23/40(57,5%)
*) Uji Chi kuadrat Mc Nemar
Positivitas Kultur M. tuberculosis

Penelitian di Ethiopia : positivitas kultur M. tuberculosis BAL dibandingkan


sputum (21,9% vs 19,7%)
Penelitian di Kumpala, Uganda : positivitas kultur M. tuberculosis BAL
dibandingkan sputum sama (44%)
Penelitian di Rio de Janeiro, Brasil : positivitas kultur M. tuberculosis BAL
dibandingkan sputum sama (60%)
Perbedaan positivitas kultur M.
tuberculosis bilasan bronkhoalveolar
lebih tinggi dari dan sputum dan
bermakna (p=0,039) :
• Cara pemeriksaan yang akurat karena
memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai diagnosis pasti TB paru
• Dibutuhkan waktu yang cukup lama
sekitar 3-8 minggu
SIMPULAN

1. Pada penderita HIV positivitas BTA dengan


pewarnaan ZN lebih tinggi pada bilasan bronkho
alveolar dibandingkan sputum yang dibatukkan

2. Pada penderita HIV positivitas kultur M.


tuberculosis lebih tinggi pada bilasan bronkho
alveolar dibandingkan sputum yang dibatukkan
SARAN

• Pada penderita HIV dengan


imunosupresi berat bila secara klinis
memiliki kecurigaan TB tetapi BTA
negatif, harus dilakukan bronkoskopi
untuk mendapatkan bilasan bronkho
alveolar
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai