Anda di halaman 1dari 18

Refarat

Enuresis Non Organik


Oleh :

Putri
Putri Eka Utari
Eka Utari
1608320147
1308260076

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


RSUD DELI SERDANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
LUBUK PAKAM
2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
Pembimbing : dr. MEDAN
Nauli Aulia Lubis M.Ked (KJ), Sp.KJ

2016
BAB I
Pendahuluan
Secara umum gangguan berkemih yang disebut
mengompol dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu
enuresis dan inkontinensia urin. Enuresis dianggap
sebagai akibat maturasi proses berkemih yang
terlambat, umumnya tidak ditemukan kelainan organik
yang nyata sebagai penyebab. Inkontinensia urin
didefinisikan sebagai pengeluaran urin yang terjadi
tanpa kontrol (involunter) meskipun si pasien berusaha
sekuat mungkin menahannya, kencing bisa menetes dan
tidak lampias, terjadi seketika.
Beberapa Bentuk Enuresis

Enuresis Primer

Enuresis Sekunder

Enuresis Nocturnal

Enuresis Diurnal
BAB II
Pembahasan
Enuresis adalah suatu gangguan yang ditandai oleh
buang air seni tanpa kehendak, pada siang dan/atau
malam hari, yang seharusnya pada saat itu
pengendalian kandung kemih yang diharapkan sudah
tercapai.
Etiologi

Genetik

Faktor Sosial dan


Psikologis

Faktor Tidur
Epidemiologi
 Menurut Tanagho, anak perempuan dengan kandung
kemih normal lebih cepat dapat mengontrol buang air
kecilnya daripada anak laki-laki. Pada usia 6 tahun 10%
masih mengalami nocturnal enuresis, bahkan pada usia 14
tahun sebanyak 5% juga masih ada yang mengalami
nocturnal enuresis. Didapati 50% kasus mengalami
keterlambatan pematangan sistem saraf dan
myoneurogenik intrinsik kandung kemih, 30% kasus
dipengaruhi keadaan psikologis, dan 20% lainnya
disebabkan oleh penyakit-penyakit organik. Dan biasanya
nocturnal enuresis fungsional berhenti pada usia kurang
lebih 10 tahun.
Anatomi dan Fisiologi Normal
Kandung Kemih
 Anatomi Kandung Kemih
Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai
penyimpanan urin. Pada laki-laki terletak tepat dibelakang simphisis pubis dan
didepan rektum, sedangkan kandung kemih wanita terletak dibawah uterus dan
didepan vagina. Kapasitas normal kandung kemih sebanyak 400-500 ml

 Persarafan kandung kemih diurus oleh saraf yang


berasal dari plexus vesicalis dan plexus prostaticus.
Persarafan ini terdiri dari:
• Serabut motoris yang bersifat parasimpatis untuk persarafan otot destrusor
melalui nervus erigentes.
• Serabut sensoris yang bersifat simpatis melalui nervus hypogastricus akan
terangsang pada peregangan kandung kemih sehingga memberi rasa penuh.
• Serabut simpatis untuk mempersarafi pembuluh darah.
• Refleks detrusor memulai kontraksi involunter dari otot kandung kemih
karena peregangan dinding dan terjadi melalui serabut aferen dan eferen.
Refleks detrusor menjadi aktif bila terisi 100-150 cc urin.
Fisiologi Miksi

 Mekanisme miksi bergantung pada inervasi parasimpatis


dan simpatis juga impuls saraf volunter. Pada pengeluaran
urin dibutuhkan kontraksi aktif otot detrusor, maka:
 Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra
berfungsi sebagai sfingter uretra internal yang diinervasi
oleh neuron parasimpatis.
 Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka
dari otot perineal transversa dibawah kendali volunter.
Selain itu bagian pubokoksigeus pada otot elevator juga
berkontriksi dalam pembentukan sfingter.
Diagnosa
Berdasarkan PPDGJ III pedoman diagnostik dari
enuresis adalah:
Suatu gangguan yang ditandai oleh buang air
kecil tanpa kehendak, pada siang dan/atau Tidak terdapat garis pemisah yang tegas antara
gangguan enuresis dan variasi normal usia
malam hari, yang tidak sesuai dengan usia
seorang anak berhasil mencapai kemampuan
mental anak, dan bukan akibat dari
pengendalian kandung kemihnya. Namun
kurangnya pengendalian kandung kemih
demikian, enuresis tidak lazim didiagnosis
akibat gangguan neurologis, serangan terhadap anak dibawah usia 5 tahun atau
epilepsi, atau kelainan struktural pada dengan usia mental kurang dari 4 tahun.
saluran kemih.

Bila enuresis berhubungan dengan suatu


gangguan emosional atau perilaku, yang lazim Enuresis ada kalanya timbul bersamaan dengan
merupakan diagnosis utamanya, hanya bila enkopresis, dalam hal ini enkopresis yang
terjadi sedikitnya beberapa kali dalam diutamakan.
seminggu.
Diagnosa Banding
 Diurnal enuresis
 Obstruksi saluran kemih bagian bawah
 Penyakit Neurogenik
Penatalaksanaan
 Farmakologi
1. Desmopresin Acetate, merupakan antidiuretik yang
meningkatkan reabsorbsi air.
2. Imipramin, merupakan obat antidepresan trisiklik yang
diminum 1-1,5 mg/kgBB diberikan 1-2 jam sebelum tidur.
Pengobatan akan menunjukkan hasil setelah pemberian
1-2 minggu dan bisa diteruskan sampai 6 bulan dengan
mengurangi dosis setiap 3-4 minggu.
3. Obat-obat parasimpatolitik seperti atropine atau
Belladona berguna menurunkan tonus otot detrusor.
Dapat juga digunakan Methaline bromide 25-27 mg
sebelum tidur.
 Non Farmakologi
1. Perubahan kebiasaan.
2. Miksi sebelum tidur, dimana anak diharuskan pergi ke
toilet untuk buang air kecil sebelum tidur pada setiap
malamnya.
3. Menggunakan alarm, yang dilakukan selama 4-6 minggu
disertai dengan pemberian hadiah agar dapat lebih
efektif. Alarm dipasang sebelum tidur dan berbunyi atau
bergetar saat miksi.
4. Psikoterapi, dengan cara adanya konseling pada anak dan
harus dijelaskan pada orang tua bahwa hal ini akan
berhenti dengan sendirinya dan agar lebih efektif
dilakukan beberapa terapi, jadi diharapkan agar orang
tua tidak menghukum anak karena nocturnal enuresis
akan memperberat keadaan anak tersebut.
 Indikasi Terapi
 Enuresis bukanlah sebuah penyakit, dan akan
menghilang dengan sendirinya. Oleh karena itu
sebenarnya masalah ini tidak perlu diterapi akan
tetapi dicegah, dimana orang tua dituntut untuk
melakukan beberapa tindakan untuk menanggulangi
masalah ini. Adapun hal yang sebaiknya dilakukan
berupa perubahan kebiasaan serta pengajaran
terhadap anak untuk miksi sebelum tidur. Sedangkan
penggunaan obat-obatan tidak begitu disarankan,
karena hanya bersifat sementara.
Komplikasi dan Prognosis
 Enuresis dapat sembuh spontan tanpa diobati pada 10-
20% kasus per tahun. Penyembuhan terjadi bila orang
tua dan anak sabar menunggu. Akan tetapi, bila tidak
ada penanganan dan peran orang tua dalam mengatasi
nocturnal enuresis, dapat berkembang menjadi
gangguan psikogenik atau kecemasan.
Kesimpulan
 Gangguan penyerta kejiwaan dengan NE yang umum
di kalangan anak-anak dan remaja membutuhkan
pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui
gangguan kejiwaan dalam kasus-kasus anak. Biasanya
pemeriksaan fisik dan laboratorium pada anak dengan
enuresis adalah normal, penatalaksanaan enuresis
adalah dengan : beberapa anjuran umum, enuresis
alarm, hipnoterapi, akupunktur dan farmakologi.

Anda mungkin juga menyukai